Jumat, 16 Januari 2009

ISRAEL, AMERIKA & OBAMA


Tadi pagi di radio disampaikan pernyataan Obama Presiden terpilih Amerika yang mengatakan sejak hari pertama dilantik akan bekerja keras untuk menyelesaikan permasalahan Israel dan Hamas. Publik tahu sejak awal invasi agresor Israel ke Gaza, Obama selalu menghindar untuk memberikan komentar dengan alasan ia belum dilantik. Terakhir ia pernah mengutarakan kekuatiran mengenai begitu banyaknya korban sipil diantaranya wanita dan anak-anak Palestina yang tewas akibat serbuan brutal Israel.

Bagaimana prospek Amerika dibawah Obama? Ini suatu pernyataan menarik. Perlu diketahui posisi Presiden Amerika hanya salah satu bagian dari sistem besar yang menguasai negara kapitalis tersebut. Dalam suatu pembicaraan dengan salah seorang pemilik media massa, yang bersangkutan mengatakan bahwa dalam suatu pembicaraan serius antara Presiden Bush dengan seorang tamu negara tiba-tiba diinterupsi oleh dering telepon yang tidak bisa diabaikan oleh Bush. Bush segera mengangkat telepon dan tidak satu patah pun kata yang keluar dari Mr. President tersebut selain “yes sir … yes sir.” Belakangan diketahui bahwa telepon tersebut datang dari kelompok lobby Yahudi di Amerika dan siapapun presidennya tidak akan bisa menolak permintaan mereka. Jadi apa yang bisa kita harapkan dari Presiden Amerika sekali pun orang tersebut bernama Obama.

Saat ini sebenarnya Amerika menghadapi permasalahan yang serius terjebak dalam defisit anggaran. Congress Budget Office memperkirakan defisit anggaran AS mencapai USD 407 Milyar. Dengan dikeluarkan dana talangan 700 Milyar untuk mengatasi krisis finansial defisit anggaran pemerintah AS bisa mencapai satu triliun dollar AS pada tahun 2009. Sungguh angka yang menakjubkan. Seorang analis Jeffre Sachs dalam Common Wealth : Economic for Crowded Planet (2008) mengatakan bahwa dominasi AS akan berakhir pada kuartal kedua abad ke-21 dan pusat gravitasi ekonomi dunia akan beralih ke Asia. Hal ini terlihat dari persentase pendapatan penduduk Asia terhadap pendapatan global meningkat menjadi 49% menjelang tahun 2025 dan 54% menjelang tahun 2050. Jaman keemasan Asia kembali bersinar. Negara-negara Asia seperti China, India, Jepang, Korea dan Indonesia akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap konstelasi kehidupan global.

Ramalan kejatuhan Amerika telah disampaikan pula oleh pengamat lain. Menurut Fareed Zakaria dalam Post American World, 2008, mengatakan bahwa kemunduran kekuatan AS bukan hanya disebabkan oleh kemunduran ekonominya, tetapi juga karena kebangkitan kekuatan lain (the rise of others). Memang dalam sejarah kehidupan peradaban dunia sejak ribuan tehun lalu kita saksikan banyak kekuatan-kekuatan super power yang kemudian mengalami kemunduran seperti yang terjadi pada bangsa Romawi, Mesir Kuno, Persia, Inca dan Maya di Amerika Latin. Jika benar ramalan para pengamat tersebut, tentu saat ini Amerika sedang memasuki gerbang kemundurannya dan tak pelak hal ini berdampak pada Israel sponsor utama Zionisme.

Bagaimana Obama memposisikan dirinya dalam kepemimpinan Amerika? Menurut Noam Chomsky dalam “What We Say Goes, 2007” Obama harus terus memupuk kemampuan melihat masalah bukan hanya dari sudut pandang AS, tetapi juga mencoba melihat dari sudut pandang lain agar dapat menemukan kebijakan alternatif yang dapat diterima banyak pihak.

Kembali ke masalah Israel, Amerika dalam kepemimpinan Obama tentu sangat dipengaruhi oleh cara Obama memandang isu strategis hubungan internasional Amerika dikaitkan dengan upaya untuk tetap mempertahankan superioritasnya. Terpilihnya dua orang yang pro Israel dalam kabinet Obama memberikan indikasi tertentu. Salah satunya adalah Hillary Clinton pesaing Obama saat konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Keputusan Obama menempatkan Hillary Clinton sebagai Menteri Luar Negeri memperlihatkan bagaimana Obama tetap memprioritaskan Israel dalam hubungan internasionalnya. Kecuali jika Obama mengikuti apa yang disarankan oleh Noah Chomsky, kemungkinan Obama untuk lebih objektif dalam merespon isu-isu yang ada di Timur Tengah khususnya yang berkaitan dengan relasi Palestina-Israel dapat saja terjadi. Apakah Obama dalam menghadapi isu Palestina akan lebih objektif atau terjebak pada dukungan historis Amerika ke Israel? Hal ini menjadi sesuatu yang sangat menarik dan kita nantikan perkembangannya.

Tidak ada komentar: