Selasa, 28 April 2009

ANALISA KESEPADANAN KEPRIBADIAN CALON PRESIDEN DAN CALON WAKIL PRESIDEN

Perkembangan perpolitikan di tanah air paska Pemilu Legislatif menunjukkan meningkatnya tensi politik sehubungan dengan persiapan penjaringan Calon Presiden (CP) dan Calon Wakil Presiden (CWP) oleh berbagai kekuatan politik. Proses pembentukan koalisi terlihat masih dalam proses tarik ulur. Belum mengentalnya pembentukan koalisi ini tampaknya terkait pula dengan permasalahan CP dan CWP.

Perkembangan politik terakhir menunjukkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah Musyawarah Nasional Partai Demokrat dapat dipastikan akan diusung sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrat. Demikian pula PDIP akan mengusung Calon Presiden Megawati Soekarnoputri. Akan halnya Jusuf Kalla (JK), walaupun Rapimnas Golkar menetapkannya sebagai Calon Presiden, namun perkembangan terakhir khususnya kemarin dan hari ini menunjukkan adanya kemungkinan fleksibilitas posisi JK dari Capres menjadi Cawapres, terutama setelah adanya sinyal kemungkinan Golkar akan membuka kembali komunikasi dengan Partai Demokrat. Mengenai dua calon potensial lainnya Wiranto dan Prabowo Subianto masih belum jelas apakah akan mendeklarasikan sebagai Capres atau Cawapres.

Menilik perkembangan tersebut pada kesempatan ini akan dibuat kajian ringkas secara psikologis tentang kesepadanan kepribadian antara Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dengan asumsi bahwa yang menjadi Calon Presiden adalah SBY, Mega dan JK.

Analisa psikologis ini menggunakan konsep Team Role dari Meredith R. Belbin yang menekankan bahwa suatu tim yang baik atau pasangan yang baik hendaknya memiliki tipe peran yang saling melengkapi bukan melemahkan bahkan bertolak belakang.

Menurut Belbin setidaknya ada 9 tipe peran seseorang dalam tim, yaitu :

1. Coordinator
2. Shaper
3. Plant
4. Monitor Evaluator
5. Implementer
6. Team Worker
7. Resource Investigator
8. Completer
9. Specialist

Coordinator biasanya seseorang yang mampu berperan untuk mengorganisasikan tim secara baik, mampu mengakomodasi kepentingan pihak dan mendorong anggota tim untuk mencapai tujuan tim. Shaper seorang yang mampu bertindak cepat serta dapat memberikan arahan secara jelas, cenderung pada task-orientation. Pant seseorang yang memiliki banyak gagasan, memiliki kemampuan analisis dan menyukai untuk berpikir secara konseptual. Monitor Evaluator adalah seseorang yang jeli dalam melihat suatu permasalah atau kekurangan, dapat mengidentifikasi isu-isu penting dan menginisiasi suatu pemecahan masalah. Implementer adalah seorang yang pragmatis dan fleksibel dalam menyesuaikan cara untuk bekerja. Bekerja sesuai dengan tujuan dan bertindak dengan cara-cara praktis. Team worker adalah seseorang yang berusaha menyesuaikan diri dengan berbagai pihak, cenderung menghindari konflik namun sekaligus kurang memiliki prinsip yang kuat. Resource investigator seseorang yang mampu membangkitkan semangat tim, namun cenderung hanya bersemangat diawal, seorang pemberi informasi dan memiliki kesedian untuk mendukung anggota tim yang lain. Completer adalah seseorang yang selalu berpegang pada standar pekerjaan, senantiasa memperhatikan kemajuan kinerja tim, namun sering mengabaikan hal-hal detail, disisi lain mampu mendelegasikan secara baik. Specialist adalah seseorang yang menyenangi untuk mengkaji suatu isu secara spesifik, cerderung berkutat pada domain konseptual dan senang untuk mengkaji suatu permasalahan.

Memperhatikan deskripsi diatas, dalam kesempatan ini dicoba untuk mengkaji tipe peran dari masing-masing calon tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Latar belakang calon
2. Perjalanan penugasan
3. Isu-isu yang disampaikan baik saat kampanye maupun kesempatan yang lain
4. Analisa pemberitaan massa
5. Sikap dan perilaku yang ditunjukkan

Tentu kesimpulan ini memiliki keterbatasan, namun secara maksimal diupayakan untuk mencari ciri-ciri yang terdekat dengan tipe peran yang sesuai berdasarkan pertimbangan tersebut diatas. Kesimpulan yang dapat diambil meperlihatkan tipe peran dari masing-masing calon tersebut adalah sebagai berikut :

1. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) = bertipe COORDINATOR
2. Megawati Soekarnoputri (MEGA) = bertipe MONITOR EVALUATOR atau COMPLETER
3. Jusuf Kalla (JK) = bertipe SHAPER


SBY yang bertipe Coordinator, terlihat sebagai sosok yang mampu mengorganisasi secara baik, mampu mendengar dan mengakomodasi kebutuhan orang lain. Iapun tampak sebagai seorang yang mampu memanfaatkan kemampuan anggota timnya. Dapat mendorong orang lain untuk membuat keputusan kemudian mampu memperoleh konsensus. Ia seseorang yang bersedia berkonsultasi dan dapat menaruh kepercayaan pada orang lain. Iapun seseorang yang mampu memberikan motivasi.

MEGA cenderung bertipe antara Monitor Evaluator dan Completer. Sebagai Monitor Evaluator, MEGA adalah seseorang yang mampu mengidentifikasi permasalahan, terbuka untuk bekerja dengan seseorang yang kaya gagasan, mementingkan pemecahan masalah secara praktis. Sebagai seorang Completer, MEGA berpegang pada standar pekerjaan, menekankan pentingnya aturan, dan mampu mendelegasikan pekerjaan secara baik.

JK, sebagai seorang yang bertipe Shaper memiliki kemampuan untuk memberikan arahan secara jelas dan cepat dalam mengambil keputusan. Lebih menekankan pada pencapaian target dan kurang begitu mempertimbangkan proses. Lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas (task-orientation). Mampu menetapkan prioritas kerja secara baik dan secara optimal memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada.

Dengan memperhatikan uraian tersebut diatas, agar kepemimpinan mereka sebagai Presiden dapat berjalan secara sukses, disarankan agar mereka memilih Calon Wakil Presiden yang memiliki tipe peran yang komplementer.

Untuk SBY yang bertipe Coordinator disarankan untuk memilih Calon Wakil Presiden yang bertipe peran Implementer, yaitu seseorang yang mampu bertindak praktis, dapat mendefinisikan target dan disisi lain dapat bersikap fleksibel dan mampu menerapkan cara yang cukup bervariasi dalam bekerja.

Untuk MEGA yang berkecenderungan antara Monitor Evaluator dan Complementer disarankan mencari Calon Wakil Presiden yang bertipe Coordinator atau Shaper. Dengan tipe peran yang dimiliki MEGA saat ini ia membutuhkan Calon Wakil Presiden yang mampu mengkoordinasikan seluruh Tim Kabinetnya secara efektif, dan itu ada pada seseorang yang bertipe Coordinator. Selain itu MEGA juga membutuhkan seseorang yang mampu mengambil keputusan secara cepat dan efektif dan ini ada pada mereka yang bertipe Shaper. Tampaknya Wiranto yang bertipe peran Coordinator dan Prabowo yang bertipe peran Shaper dapat menjadi pasangan yang cocok untuk MEGA.

Sedangkan JK yang bertipe Shaper dapat memilih mereka yang bertipe Plant atau Team Worker. Hal ini mengingat JK memiliki kepribadian yang kuat dan cenderung dominan diperlukan Calon Wakil Presiden yang sesuai dengan tipe peran tersebut. Tipe Plant yang kaya gagasan namun lemah dalam impelementasi tampak sesuai dengan JK. Demikian pula tipe peran Team Worker yang cenderung akomodatif dan mendukung pasangannya tampak cocok dengan profil JK.

Kesimpulan diatas memang masih sumir karena mengandalkan data sekunder dan lebih kepada observasi yang bersifat umum. Namun, setidaknya gambaran tersebut dapat membantu kita untuk lebih memahami pentingnya kesepadanan kepribadian antara Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, agar kepemimpinan nasional dimasa datang dapat berjalan secara kompak, serasi dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara ini.


Senin, 27 April 2009

TINJAUAN PSIKOLOGIS KASUS MANOHARA DENGAN PANGERAN KELANTAN

Ditengah hiruk pikuknya pemberitaan mengenai pemilu, koalisi dan berita politik lainnya, pemberitaan media massa akhir-akhir ini di Indonesia dipenuhi oleh permasalahan yang menimpa Manohara, seorang model cantik yang menikah dalam usia belia dengan seorang pangeran Kelantan Malaysia. Kasus ini dimulai sejak adanya pembicaraan melalui telepon antara Manohara dengan Ibunya yang sempat terekam. Dalam rekaman tersebut terdengar Manohara terisak mengadukan permasalahan kepada ibunya. Terlepas apakah terjadi kasus KDRT dalam rumah tangga karena memerlukan pembuktiaan lebih lanjut dan perlunya keseimbangan informasi dari keduabelah pihak, memang rumah tangga merupakan suatu wilayah yang sangat potensial terjadinya kekerasan tersembunyi. Apakah kekerasan dalam hubungan suami-istri atau kekerasan terhadap anak-anak yang sangat mungkin terjadi dalam ruangan tertutup dan private yang bernama rumah tangga.

Dalam hubungan suami-istri masalah kekerasan sangat mungkin terjadi pula dalam relasi seksual. Dalam relasi suami-istri kenikmatan seksual bagi orang-orang tertentu didapat dengan cara-cara yang menyimpang, melalui kekerasan. Hal ini bisa berakibat fatal apabila salah satu pasangan merasa tertekan bahkan tersiksa dengan hal tersebut sehingga membuat hubungan suami istri menjadi tidak sehat.

Umumnya penyiksaan dalam kaitan relasi seksual dikenal dengan istilah sadisme dan masokisme. Sadisme adalah suatu tipe perbuatan seksual tak wajar ditandai dengan pencapaian kepuasan atau kenikmatan seksual dengan cara menganiaya pasangannya. Kebalikannya adalah masokisme dimana kesenangan dan kenikmatan seksual diperoleh melalui penderitaan fisik, secara psikoanalisis ditafsirkan sebagai suatu dorongan perusakan atau death instincts melalui kegiatan erotis.

Persoalan kekerasan dalam hubungannya mencari kenikmatan seksual secara psikoanalisis dapat ditilik dari proses pertumbuhan sejak masa balita. Terutama dalam relasi ibu dan anak termasuk bagaimana anak mengamati dan menghayati proses hubungan suami-istri antara ibu dan bapaknya.

Dalam konsep psikoanalisa ini perlu pula dipahamai dua hal yang menjadi enerji penggerak yaitu Eros dan Thanatos. Eros menjadi enerji penggerak kehidupan sedangkan Thanatos menjadi enerji penggerak kematian. Eros akan mendorong munculnya libido sebagai dorongan untuk melanjutkan kehidupan dan Thanatos menjadi dorongan penggerak agresivitas. Konflik antara eros dan thanatos akan berbaur dalam suatu motif yang kemudian tidak secara tegas bisa dipisahkan. Bauran dan ketidaktegasan pemisahan ini akan muncul dalam bentuk perilaku, termasuk diantaranya penyimpangan perilaku seksual atau hubungan seksual yang tidak wajar. Kondisi kenikmatan dan kesakitan bisa berbaur sedemikian rupa sehingga puncak kenikmatan seksual dicapai melalui pemuasan libido dan penyaluran agresivitas.

Seringkali pula ditemukan pelaku tindakan sadistis maupun masokis pada saat kecil mengalami tindak kekerasan. Tindakan kekerasan tidak semata-mata dimaknai sebagi sebuah hukuman tetapi juga sebuah konsekuensi dari sebuah tindakan yang tidak selalu salah (sesorang memperoleh hukuman bukan karena ia melakukan kesalahan) atau adanya kekerasan yang merupakan ekspresi dari ketidaksukaan, penolakan bahkan karena adanya penyimpangan atau gangguan kepribadian. Bagi mereka yang mengalami kekerasan saat masa kecil apabila tidak memperoleh penanganan yang seksama berpotensi menjadi pelaku kekerasa pada saat mereka dewasa, saat memperoleh kekuasaan dan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan kekerasannya, termasuk dalam situasi saat berhubungan seksual. Kenikmatan seksual akan mereka peroleh melalui penyaluran libido sekaligus bersamaan dengan perilaku agresif yang menyakiti baik diri sendiri maupun orang lain.

Minggu, 19 April 2009

MEGALOMANIA

Megalomania, kadang-kadang disebut juga dengan Macromania, termasuk salah satu jenis gangguan dalam kepribadian manusia. Gangguan ini bisa bergerak dari rentang yang ringan sampai dengan berat. Megalomania adalah suatu kecenderungan untuk menilai diri secara berlebihan atau menghargai diri melampaui batas.

Biasanya, megalomania merupakan ciri umum yang ditunjukkan oleh mereka yang memiliki kepribadian narsisistik (narcissistic personality). Tentang narsisistik sendiri telah dibahas tersendiri dalam blog ini sebelumnya.

Megalomania bisa terjadi pada mereka yang memiliki kekuasaan ataupun tidak memiliki kekuasaan. Mereka yang memiliki kekuasaan akan cenderung memperkuat dorongan megalomannya dan bisa secara eksesif menggunakan kekuasaannya untuk memperoleh pengakuan yang berlebihan dari orang lain.

Megalomania dapat menggiring individu untuk semakin menjauhi realitas dan pada titik tertentu akan mendorong munculnya gangguan kepribadian yang serius sehingga mempengaruhi hubungan sosial yang bersangkutan dengan lingkungan. Hal ini akan semakin berbahaya apabila seorang megaloman (orang yang mengalami megalomania) mempunyai posisi strategis dan memiliki kekuasaan sosial politik yang kuat, ia cenderung bertindak berlebihan untuk menyalurkan dorongan patologis dari dalam dirinya dan memaksa pengakuan pihak lain untuk akan “kebesaran” dirinya. Ia dapat bertindak melampaui batas bahkan irrasional.

Banyak pemimpin pemegang kekuasaan secara sosial politik memperlihatkan perilaku seperti ini. Namun, parahnya mereka cenderung memiliki pengikut fanatik yang juga irrasional, sehingga kondisi patologis kepribadiaannya semakin mengental karena memperoleh dukungan dari pengikutnya. Ini mirip situasi simbiose-mutualisme antara pemimpin yang megaloman dengan pengikut yang memerlukan perlindungan secara psikopolitik, saling membutuhkan dan saling memanfatkan, namun kecenderungan kerugian bagi para pengikut lebih besar karena sifat eksploitatif dari seorang megaloman.

Akhir dari seorang pemimpin yang megaloman umumnya tragis. Pada saat mereka kehilangan legitimasi, kehilangan sumber daya dan dukungan untuk berkuasa serta kehilangan kontrol, mereka akan dijatuhkan dan disingkirkan. Kemudian mereka dijadikan kambing hitam terhadap semua persoalan yang ada. Kemudian pengikutnya akan mencari pemimpin baru yang memiliki legitimasi baru.

Senin, 13 April 2009

KEPRIBADIAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY)

Kemenangan Partai Demokrat yang sampai dengan saat ini telah meraup suara lebih dari 20% dalam Pemilu Legislatif cukup spektakuler dibandingkan raihan suara pada Pemilu 2004. Faktor dominan yang menentukan kemenangan Partai Demokrat tersebut tidak terlepas dari figur SBY.

Apabila ditelisik lebih mendalam faktor figur SBY sangat ditentukan oleh kepribadian SBY sendiri. SBY seorang mantan militer yang berjiwa demokrat menunjukkan pesona pribadi yang mampu menarik hati rakyat.

Menurut penulis setidaknya ada 3 faktor kepribadian SBY yang membuat ia disenangi oleh sebagian besar rakyat dan pemilih, yaitu :

1. Sikap Santun
2. Rendah hati
3. Sikap hormat

Sikap santun sangat terlihat dari gaya komunikasi SBY. Dalam berkomunikasi SBY selalu berupaya bersikap interaktif. Ia terlihat berupaya mendengar apa yang disampaikan lawan bicaranya, tidak memotong pembicaraan orang lain. Dalam sikap interaktifnya ia tampak sangat menyimak pembicaraan orang lain, menyimpulkan, mengambil intisari kemudian mengomentari secara proporsional.

Ia pun rendah hati, bukan seorang megaloman yang hanya mengagungkan diri sendiri. Ia jauh dari sikap feodal. Ia berupaya secara lapang dada menerima kritikan orang, bahkan kritik yang sangat pedas dan kasar dihadapi SBY dengan tetap mengedepankan sikap rendah hati. Tidak terlihat sikap dendam pada diri SBY dalam menghadapi orang-orang yang pernah menyakitinya (ingat saat kasus dirinya difitnah oleh seseorang).

Perilaku menghormati orang lain terlihat pada diri beliau. Ia menghormati orang apakah karena senioritas, posisi, maupun mereka dari kalangan rakyat biasa yang sedang mengalami permasalahan. SBY berupaya menghormati siapapun yang dihadapinya.

Selain dari ketiga faktor diatas SBY tampak sebagai pribadi yang realistis, setia kawan dan pemaaf. Selain itu kemampuan intelegensi, manajemen dan pengorganisasian juga tampak cukup baik. Ini modal besar bagi seorang pemimpin untuk menjalan tugas-tugasnya. Kekuatan pribadi yang dimiliki oleh SBY ini tampaknya cukup mampu mengatasi kekurangan yang ada. Ia pun tampak semakin dicintai oleh rakyat dan memperoleh simpati dari berbagai kalangan.

Pemilihan Presiden masih beberapa bulan lagi, namun tampaknya peluang SBY cukup besar, tantangan SBY berikutnya adalah mencari Calon Wakil Presiden yang cukup pas disandingkan dengan dirinya, yang sinerjis dan komplementer dengan kemampuan dirinya.

SELAMAT BUAT PEMENANG

Pelaksanaan Pemilu Legislatif Tahun 2009 telah berlangsung pada tanggal 9 April 2009. Berdasarkan perhitungan Quick Count dari berbagai lembaga survey telah diketahui posisi lima besar partai pemenang Pemilu Legislatif. Sambil menunggu hasil final dari KPU kita ucapkan selamat bagi para partai pemenang, semoga amanat rakyat mampu ditunaikan secara baik nantinya.

Ditengah berbagai catatan kekurangan pelaksanaan Pemilu kali ini, kita perlu bersyukur secara umum pemilu berjalan lancar. Terdapat beberapa masukan terhadap pemilu kali ini yang perlu dicermati kembali agar pada saat Pemilu Pemilihan Presiden/Wakil Presiden nantinya dapat berjalan lebih baik. Sikap para pemenang sejauh ini cukup positif. Partai Demokrat misalnya menyebutkan apa yang dicapai saat ini dengan ucapan "mensyukuri" tanpa harus bertepuk tangan. Pimpinan Partai Golkar memberikan ucapan selamat bagi Demokrat. Demikian juga PDIP memberikan kritikan yang konstruktif, termasuk Pimpinan Gerindra dan Hanura memberikan masukan yang konstruktif pula. Kita layak mengapresiasinya disamping perlu dengan sungguh-sungguh menelusuri dan menindaklanjuti berbagai laporan yang disampaikan ke Bawaslu.

Hasil Quick Count berbagai lembaga survey dan hasil tabulasi KPU sejauh ini menunjukkan korelasi yang positif. Dengan demikian hampir dapat dipastikan komposisi raihan suara saat ini tidak akan jauh berbeda dengan hasil akhir nantinya. Berbagai sinyal koalisi telah mulai muncul. Partai demokrat melalui Ketua Dewan Pembina-nya SBY, mulai memunculkan wacana rules yang jelas dalam koalisi. Hal ini tampaknya berkaca pada pengalaman 2004 dimana koalisi sangat kabur dan tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan pegangan. Kontrak koalisi merupakan kesepakatan yang harus dipatuhi dan sebagai konsekuensinya harus siap menanggung secara bersama-sama setiap kebijakan yang nantinya akan dikeluarkan.

Gambaran siapa yang akan menjadi Calon Presiden tampak semakin jelas, meskipun demikian untuk posisi Calon Wakil Presiden tampaknya masih terjadi proses tarik-menarik antara berbagai kekuatan politik. Tentunya harapan kita siapapun yang akan menjadi Capres dan Cawapres hendaknya komplementer dan sinerji, saling melengkapi, saling memperkuat dan bukan sebaliknya.

Ditengah berbagai catatan kekurangan penyelenggaraan Pemilu 2009, kita patut berbangga hati Pemilu dapat berjalan sesuai jadwal. Pemilu sebagai bagian penting dalam proses demokrasi telah mampu menghantarkan kita menjadi sebuah negara Demokrasi yang semakin kukuh. Kejadian diberbagai negara lainnya seperti Thailand, Malaysia, membuat kita harus mensyukuri bahwa bangsa ini adalah sebuah bangsa yang beradab dimana pohon demokrasi tumbuh secara bertahap dan semakin rimbun .

Selamat buat anda semua para peserta Pemilu yang telah memberikan andil positif bagi penyelenggaraan Pemilu kali ini. Dan acungan "two thumbs" buat seluruh Rakyat Indonesia karena anda semua-lah pemenang sejati yang sesungguhnya dalam Pemilu ini.


Rabu, 08 April 2009

MARI MEMILIH


Besok tanggal 9 April 2009 berlangsung Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Setelah melalui masa tenang dan sebelumnya hiruk piku kampanye, saatnya rakyat menentukan pilihan. Memilih adalah hak demokratis rakyat dan hasilnya merupakan amanat rakyat yang harus diemban secara sungguh-sungguh bagi mereka yang sudah memilih.

Pemilu merupakan salah satu wadah penyalur aspirasi rakyat dalam alam demokrasi. Esensi demokrasi adalah rakyat memiliki peran dan kesempatan dalam menentukan pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi adalah mahal dan memerlukan usaha serta kesabaran untuk mewujudkannya. Bukankah biaya penyelenggaraan Pemilu ini sangat besar? Jadi sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja atau bahkan sangat disayangkan kalau sampai terjadi gangguan saat pelaksanaannya.

Namun Pemilu dan Demokrasi memerlukan pengawalan secara terus menerus oleh rakyat. Seluruh sistem dan struktur kenegaraan harus memastikan bahwa fungsi kontrol dari rakyat terhadap penyelenggara pemerintah dan kenegaraan tetap berlangsung. Rakyat harus tetap bisa memastikan bahwa penyelenggara pemerintahan dan kenegaraan sesuai dengan konstitusi yang berlaku dan sejalan dengan amanat rakyat.

Bukankah Hitler juga terpilih secara demokratis? Namun, apa yang terjadi berikutnya, fungsi kontrol rakyat Jerman tumpul, Hitler berkuasa bagaikan Dewa, terjadilah tragedi kemanusiaan pada periode Perang Dunia ke-2. Namun, kita juga menemukan kasus ada pemimpin yang terpilih tidak secara demokratis, alias turun temurun dan penunjukkan, tetapi mereka mampu memainkan peran yang demokratis bahkan dicintai rakyatnya.

Jadi bagaimana peran Demokrasi? Jelas demokrasi bertujuan menampung aspirasi dan partisipasi rakyat dalam kehidupan berpolitik, namun ia tidak berhenti hanya pada saat Pemilu. Demorasi harus terus hidup sebelum, selama dan setelah Pemilu. Manusia harus dikontrol, Pemimpin harus senantiasa diamati. Sistem dan Struktur kenegaraan-lah yang bisa memastikan hal tersebut dapat terlaksana dan yang terpenting komitmen Pemimpin dan elit nasional yang bisa menjamin demokrasi akan tetap tegak.

Sebaiknya sebelum menentukan siapa yang akan anda pilih perhatikan rekam jejak orang yang bersangkutan. Bagaimana komitmen mereka terhadap demokrasi, hukum dan hajat hidup rakyat. Gaya hidup mereka layak pula dipertimbangkan, apakah seorang yang bergaya hidup sederhana, kerakyatan? Setelah itu perhatikan kompetensi mereka, bisa dilihat dari pengalaman penugasan, pengalaman organisasi, maupun pengalaman dalam berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan lainnya. Setelah melihat masing-masing pribadi mereka baru anda perhatikan bagaimana komitmen partai politik dimana mereka bernaung. Karena Partai Politik juga adalah kumpulan orang-orang, maka perilaku elit politik menjadi cerminan bagaimana partai politik itu nantinya akan berkiprah. Jadi perhatikan pribadi dan perilaku elit partai politik tersebut sebagai bahan pertimbangan anda untuk memilih.

Pesta politik nasional akan berlangsung besok, silakan anda memilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Putuskan siapa yang menjadi wakil anda dan kontrol mereka setelah terpilih nantinya. Selamat mengikuti Pemilu.

Selasa, 07 April 2009

PERSONALITY DISINTEGRATION


Personality Disintegration atau Disintergrasi Kepribadian merupakan salah satu kajian penting dalam psikologi dalam menganalisa problema perilaku (yang merupakan cerminan kepribadian). Dalam terminologi psikologi, disintegrasi dapat berarti hilangnya (biasanya progresif) keteraturan, ketidakpaduan dan pecahnya suatu kesatuan dalam bagian-bagian yang lebih kecil yang bergerak secara sendiri-sendiri.

Personality atau kepribadian menurut James Drever merupakan suatu istilah yang digunakan dalam banyak arti, baik secara populer maupun psikologis, meliputi suatu organisasi dinamis dan gabungan dari sifat-sifat sosial, moral, mental dan fisik dari seorang individu. Hal ini berkaitan pula dengan impuls-impuls bawaan, tingkah laku dan minat, pikiran, perasaan maupun cita-cita. Meliputi pula opini dan kepercayaan serta hal-hal yang berkaitan dengan cara membangun relasi dalam pergaulan sosial.

Disintegrasi kepribadian dapat pula berarti pecahnya kepribadian, terpisahnya berbagai unsur dalam kepribadian yang kemudian saling berjalan sendiri. Sebagian dari unsur kepribadian tersebut seperti pikiran, perasaan dan perilaku. Apabila terjadi disintegrasi kepribadian maka antara pikiran, perasaan dan perilaku menjadi tidak sinkron. Pernahkah anda menyaksikan orang yang menceritakan kesedihan dengan cara tertawa-tawa atau menceritakan kegembiraan sambil menangis tersedu-sedu? Secara psikologis ini bisa saja disebut terjadinya disintegrasi, namun hal ini bisa terjadi secara situasional atau temporer dan akan berbeda artinya apabila hal ini bersifat permanen sehingga dapat didiagnosa sebagai gangguan kepribadian. Situasional atau temporere apabila mengalami goncangan psikologis sesaat, misalnya terjadi musibah tertentu. Jika permanen telah menjadi bagian perilaku yang bersangkutan dan telah menjadi habit, hal ini merupakan gangguan kepribadian.

Bagaimana dengan sikap seseorang yang hati, pikiran, ucapan dan tindakannya tidak sejalan? Hal ini dapat pula disebut dengan disintegrasi, namun bisa disintegrasi secara moral bisa pula terjadi integrasi secara kepribadian. Salah satu pembedanya adalah jika disintegrasi kepribadian biasanya disertai waham, halusinasi dan ketidakmampuan dalam memahami realitas. Sedangkan disintegrasi moral tidak mengalami hal tersebut dan umum dilakukan karena sikap yang egosentris dan hedonis.

Bagaimana dengan politisi kita? Bisa saja sebagian dari mereka (tanpa mengurangi rasa hormat kepada politis yang memiliki dedikasi dan integritas yang baik) mengalami disintegrasi moral karena antara kata dan perbuatan mereka tidak sinkron, gampang berjanji gampang mengingkari. Namun, yang sangat mengkuatirkan apabila sebagian dari mereka ada yang mengalami disintegrasi kepribadian namun tidak terdeteksi, tentu ini akan memberikan petaka. Bagaimana orang yang mengalami disintegrasi kemudian memainkan peran sebagai anggota legislatif tentu sangat ironis.

Minggu, 05 April 2009

CALEG BERPOTENSI GILA

Dalam sebuah harian nasional hari ini terdapat tulisan tentang "Caleg (Berbakat) Gila." Penulis dalam hal ini lebih senang menggunakan kata berpotensi dibandingkan dengan berbakat karena kata berpotensi lebih netral, lebih bermakna peluang, bisa muncul bisa juga tidak. Diulas dalam artikel tersebut bahwa pengorbanan yang luar biasa yang dilakukan para Caleg dalam menghadapi Pemilu, membuat Caleg memiliki harapan yang besar untuk terpilih. Jika hasilnya tidak sesuai harapan maka dapat membuat Caleg tersebut terganggu jiwanya. Bahkan disebutkan pula bahwa bagi mereka yang terpilih pun sangat mungkin terganggu jiwa karena tidak siap, kaget dan terjadi perubahan yang mendadak dalam kehidupannya sehingga secara mental mereka tidak siap.

Kondisi gangguan dapat dimulai dari stress, depresi, agresi, bahkan psikosis (gila dalam arti sesungguhnya). Mereka yang terpilih maupun tidak sangat mungkin mengalami stress dan jika tidak diimbangi oleh respon yang tepat dapat mengganggu performa relasi yang bersangkutan.

Yang tidak terplih sangat mungkin mengalami kekecewaan kemudian merasa tertekan dan akhirnya depresi. Depresi dalam kondisi ekstrim dapat mendorong perilaku bunuh diri. Menarik pula kita amati nanti paska pemilu ada berapa banyak caleg yang gagal mencoba melakukan upaya bunuh diri (walau kita tidak mengharapkan ini terjadi).

Perilaku frustrasi akibat tidak terpilih dapat mendorong terjadinya tindakan agresi baik secara verbal maupun perilaku. Secara verbal dapat muncul dengan tindakan mencaci-maki pihak-pihak lain yang dianggap sebagai sumber kegagalannya atau melakukan serangan fisik baik secara langsung atau melalui orang lain. Hal ini perlu diwaspadai mengingat akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan dan masyarakat.

Dalam keadaan kekecewaan dan tekanan yang sangat berat, bagi Caleg yang memiliki kepribadian rentan, kekecewaaan dan tekanan dapat menyebabkan disintegrasi kepribadian yang ujung-ujung caleg dapat menderita psikosis, yaitu gila dalam arti sesungguhnya. Dalam keadaan ini Caleg sudah tidak dapat lagi memahami realitas (gangguan "reality testing"), hidup dalam dunia yang "berbeda", pemikiran dan perasaannya terganggu, timbul halusinasi, waham, abnormal paranoid.

Jika Caleg yang tidak terpilih mengalami gangguan jiwa tentu resikonya terbatas. Lain halnya kalau mereka yang terpilih mengalami gangguan jiwa tentu akan memiliki resiko yang sangat besar, pengelolaan negara dan legislasi kedepan akan diurus oleh mereka yang terganggu jiwanya dan bisa diperkirakan bagaimana amburadulnya pengelolaan negara ini nantinya.

Sabtu, 04 April 2009

SEVEN SOCIAL SINS

Ingatkah anda dengan salah seorang Tokoh Besar Abad ini "Mahatma Gandhi" yang melakukan perjuangan non kekerasan dengan mengedepankan kemandirian. Gandhi adalah seorang pejuang kemanusiaan sejati, namun sayang diujung hayatnya ia ditembak oleh seorang tokoh fanatik yang tidak sependapat dengan dirinya.

Pada tahun 1925 Gandhi menyampaikan apa yang ia sebut dengan "Seven Social Sin" - Tujuh Dosa Sosial, yaitu :

1. Politik tanpa prinsip
2. Harta tanpa usaha
3. Kenikmatan tanpa hati nurani
4. Pengetahuan tanpa karakter
5. Bisnis tanpa moralitas
6. Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan
7. Ibadah tanpa pengorbanan

Tulisan tersebut terpampang dimakam Mahatma Gandhi di New Delhi. Siapapun yang mengunjungi makan tersebut akan terinspirasi dengan kalimat bermagnet tersebut. Gandhi adalah sedikit tokoh yang hati, kata dan perbuatannya berjalan secara sejajar dan merupakan teladan kemanusiaan yang luar biasa.

Memperhatikan tujuh dosa sosial tersebut, tampaknya hal itu mewabah secara luas dinegeri ini. Kita bisa mengamati bagaimana orang berpolitik tanpa prinsip. Orang berpolitik tanpa dilandasi oleh nilai yang luhur, politik menjadi ajang keserakahan, politik menjadi media eksploitasi dan penindasan.

Demikian pula kita saksikan bagaimana sebagian orang memperoleh harta yang sangat luar biasa dan tampaknya tanpa melalui usaha, sekedar mengandalkan koneksi, melakukan praktek-praktek koruptif maupun dengan bertransaksi melalui dunia tipu-menipu dalam perdagangan fiktif.

Sejumlah orang meraih kenikmatan tanpa hati nurani dan bergembira atas penderitaan orang lain. Meraih keuntungan melalui musibah, apakah musibah alam atau musibah akibat perilaku manusia, bahkan menciptakan musibah bagi orang lain kemudian mengeruk keuntungan atas hal tersebut.

Pengetahuan tanpa karakter merupakan sisi lain yang menggejala ditanah gemah ripah ini. Kita sulit membedakan kecendekiaan dengan kebulusan. Pelacur-pelacur ilmu menggadaikan kemampuan pengetahuannya. Ilmu dan pengetahuan telah menjadi barang dagangan, dipatok dengan harga mencekik. Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat mahal jauh dari jangkauan kaum dhuafa. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara membeli tak ubahnya bagai perniagaan, tentunya sangat jauh dari kepedulian untuk membangun karakter. Sebagian ahli dan akademisi telah bermental selebritas, mengagungkan materi dan kemasyhuran.

Lihat pula para pebisnis yang mendewakan keuntungan dengan nilai diluar batas kewajaran. Bisnis tanpa moralitas, karena materialisme menjadi asas utamanya. Kerakusan menjadi enerji utama pengelolaan usaha, ketamakan menjadi pelumas mesin bisnis.

Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan dan bukan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia lagi. Ilmu pengetahuan bahkan menjadi alat untuk mengeksploitasi manusia bahkan cenderung merendahkan derajat kemanusiaan. Ilmu pengetahuan yang pada galibnya bertujuan untuk memuliakan manusia, justru berkhianat terhadap kemanusiaan itu sendiri.

Ibadah tanpa pengorbanan terlihat secara jelas. Ibadah yang seharusnya semakin mendekatkan manusia dengan Khaliknya, semakin mendekatkan antar sesama manusia, justru berseberangan dengan hal tersebut. Ibadah menjadi ajang prestise, ajang ekslusivitas untuk membedakan aku dan dia - membedakan antara kami dan mereka. Entah kemana kata "kita" yang menjadi verba kebersamaan dalam kemanusiaan. Pengorbanan menjadi kata langka bagi kaum "relijius" karbitan.

Tujuh dosa sosial yang pernah diungkapkan Gandhi 84 tahun silam, terlihat secara terang benderang dikehidupan kita sehari-hari dewasa ini. Dosa sosial perlu dikikis secara terus menerus agar kemanusiaan kita tidak semakin tergerus. Dosa sosial harus dilawan tidak dengan sekedar pertobatan sosial, tetapi harus dengan langkah-langkah nyata untuk mengedepankan kemanusiaan, melakukan praktek-praktek pro-sosial dan membangun moralitas sebagai fondasi yang kukuh dalam membangun jiwa dan akhlak yang bermartabat.

Jumat, 03 April 2009

Tuhan Menciptakan Otak atau Otak yang menciptakan "tuhan"?

Judul diatas terasa provokatif. Namun demikianlah kenyataan hidup. Bahwa ada sekelompok orang meragukan keberadaan Tuhan bahkan menganggap tidak ada. Nietzche seorang ahli filsafat bahkan sampai mengatakan tuhan telah mati. Penulis sengaja membedakan antara Tuhan dan "tuhan" yang dalam tanda petik serta diawali dengan huruf "t" yang kecil.

Bagi sekelompok atheis yang tidak percaya Tuhan dan sangat mengagungkan otak dan ilmu pengetahuan menganggap "tuhan" itu diciptakan oleh otak. Proses berpikir manusialah yang menciptakan "tuhan." Termasuk mereka yang mendewakan teori evolusi Darwin (sebagian mengganggap teori evolusi adalah produk Wallace bukan Darwin), bahwa proses kesempurnaan termasuk manusia dimulai secara bertahap dari proses evolusi dari sumber-sumber sebelumnya. Ada yang mengatakan sumber awal kehidupan itu adalah air. Tetapi mengapa mereka tidak berpikir Siapa Pencipta Air sesungguhnya?

Abu Bakr Jabir Al-Jazairi seorang filsuf keagamaan mencoba menjelaskan bahwa memang Tuhan itu ada berdasarkan pendekatan akal, sebagai berikut :

1. Akal mustahil memandang sesuatu tanpa pencipta, bahkan akal memandang mustahil terjadinya sesuatu yang paling luas maupun paling kecil tanpa pencipta. Bagaikan makanan yang tersedian tentu ada yang memasaknya. Demikian juga semua benda dan makhluk yang ada dialam ini tentulah ada yang menciptakannya.

2. Semua Nabi yang menyampaikan firmanNya tentu ada yang memberitakan kepada mereka tentang hal-hal yang sebetulnya diluar kemampuan manusia. Seorang Nabi yang memperoleh berita mengenai peristiwa ribuan tahun sebelum kelahirannya tentu ada Yang Maha Kuasa yang menyampaikannya. Tidak mungkin Nabi tersebut mengarang karena semua apa yang mereka sampaikan hampir tidak terbantahkan sekalipun dengan ilmu pengetahuan.

3. Adanya sistem yang cermat dalam bentuk ketentuan-ketentuan alam pada makhluk, penciptaan dan pengembangan semua makhluk hidup dialam raya ini. Bagaimana planet bisa bergerak secara serasi, bagaimana panas matahari sesuai dengan kebutuhan kehidupan dan bagaimana pertemua sperma dan sel telur akan menghasilkan makhluk baru tentu ada yang mengaturnya. Dan tidak mungkin semua hal tersebut terjadi secara kebetulan. Tidak mungkin kebetulan itu berulang beribu kali bahkan berjuta kali. Itu adalah sistem yang diciptakan oleh Sang Tangan Maha Kuasa.

Jadi jelas otak itu diciptakan dan ada pencitanya. Kemudian tugas otaklah berpikir untuk merenungi proses penciptaan tersebut bukan mengingkarinya. Bahkan sejumlah peneliti menemukan ada yang disebut dengan God Spot di otak yang merupakan sebuah chip pemberian dari Yang Maha Kuasa yang dinstall kedalam otak agar otak tetap mengingat Si Penciptanya. Namun ini sering sekali diingkari oleh ilmulwan sekuler dan atheis.

Kasus-kasus ilmuwan sekuler dan atheis saat mereka mengalami depresi, kesendirian dan keputusasaan hidup dan saat mendekati sakratul maut pengakuan akan KeTuhanan muncul dalam dirinya. Apakah kita harus menunggu sakaratul maut untuk mengakui keberadaan Tuhan? Jangan sia-siakan Chip Ketuhanan yang ada didalam otak anda.

Kamis, 02 April 2009

TRUST, COMPASSION, STABILITY & HOPE

Berkaitan dengan masalah kepemimpinan ada suatu pertanyaan menarik yaitu mengapa sejumlah orang bersedia dipimpin oleh orang tertentu? Why People Follow a Leader? Ini merupakan suatu pertanyaan yang menggugah dan menjadi obyek kajian sejumlah pemerhati masalah kepemimpinan dan manajemen.

Sebuah lembaga riset yaitu GALLUP melakukan sejumlah penelitian dalam kurun waktu antara 2005-2008 untuk menjaring opini seputar kepemimpinan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode random sampling dengan jumlah responden 10.000 pengikut (follower). Penelitian ini mengajukan dua pertanyaan utama yaitu apa sajakah pengaruh paling positif yang ditularkan sang pemimpin terhadap kehidupan sehari-hari sang pengikut dan sebutkan tiga kata yang paling bisa menggambarkan kontribusi sang pemimpin terhadap kehidupan sang pengikut.

Dari hasil penelitian tersebut terlihat tiga hal besar yang memberikan pengaruh mengapa seseorang bersedia menjadi pengikut bagi orang tertentu, yaitu :

1. Trust
2. Compassion
3. Stability

Dari tiga hal tersebut diatas ditambah satu hal lagi, yaitu HOPE.

Trust, kepercayaan adalah fondasi paling dasar dalam kepemimpinan. Orang bersedia dipimpin karena mempercayai pemimpinnya. Basis dari kepercayaan ini adalah terletak pada kejujuran, integritas dan rasa hormat sebagai kontribusi penting dari pemimpin dalam kehidupan pengikutnya.

Compassion, seorang pemimpin harus memiliki rasa belas-kasih yang tulus terhadap pengikutnya. Memiliki empati terhadap apa yang dirasakan pengikutnya. Merasa kesedihan yang sama dengan kesedihan yang dirasakan pengikutnya. Adanya kasih sayang terhadap pengikutnya. Basis dari sikap ini adalah adanya kepedulian, persahabatan dan berbagi kebahagian maupun berbagi kesedihan. Inilah alasan mengapa seseorang bersedia dipimpin oleh mereka yang memiliki compassion.

Stability, pemimpin harus mampu memberikan jaminan, memberikan tempat bersandar dan dapat diandalkan. Pemimpin harus mampu memberikan kepastian kepada pengikut dan memberikan rasa aman terhadap kebutuhan pengikut. Inilah esensi dari stabilitas. Seorang pemimpin juga berarti juga suatu garansi, berarti juga mampu menumbuhkan kepastian.

Terakhir adalah Hope, harapan. Pemimpin harus mampu membangkitkan harapan, memberikan suatu gambaran masa depan yang lebih baik. Pemimpin harus mampu menumbuhkan optimisme sehingga membangkitkan keyakinan bagi para pengikutnya bahwa bersama pemimpinnya situasi nantinya akan lebih baik.

Jadi bagi anda yang sekarang ini marak ingin jadi anggota legislatif bahkan ingin menjadi Presiden atau Wakil Presiden, penelitian Gallup ini layak dijadikan pertimbangan. Jadi Pemimpin berarti anda harus memiliki Trust, Compassion, Stability dan Hope.

PERJALANAN SPIRITUAL



Terhitung mulai tanggal 21 Maret 2009 sampai dengan 31 Maret 2009 penulis melaksanakan ibadah umroh. Persiapan pemberangkatan telah dimulai sejak tanggal 18 Maret 2009. Kegiatan umroh ini merupakan suatu "surprise" buat penulis dimana penulis terakhir ketanah suci sekitar awal 2007. Jadi setelah dua tahun penulis berkesempatan mengunjungi kembali tanah suci. Ini juga merupakan salah satu alasan kenapa selama dua minggu ini blog sepi dari tulisan baru dan mohon maaf untuk para pembaca blog karena blog-nya lama tidak di update.

Kesempatan mengunjungi kembali Tanah Suci penulis peroleh karena kebetulan penulis ditunjuk sebagai Ketua Panitia Seleksi Pemberian Penghargaan Ibadah Umroh di Perusahaan dimana penulis bekerja. Perusahaan dimana penulis bekerja memiliki program pemberian penghargaan kepada karyawan yang dianggap memiliki prestasi baik. Salah satu bentuk penghargaan adalah dalam bentuk penghargaan ibadah dan untuk umat Islam diantaranya adalah pemberian penghargaan umroh.

Peserta umroh kali ini mencapai 107 orang. Lumayan juga mengkoordinasikan jumlah peserta sebanyak itu, namun karena mereka adalah orang-orang terbaik dan pilihan maka perjalanan dapat berjalan lancar dan peserta sangat kooperatif.

Kegiatan umroh dimulai sejak mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Peserta umroh mengambil miqat di Bandara ini (menurut MUI boleh, sebagian yang lain mengganggap miqat harus dimulai sejak Yalamlam, tetapi diatas pesawat sulit juga menentukan posisi Yalamlam ini). Setiba di Bandara King Abdul Aziz Jeddah peserta mulai mandi dan mengenakan pakaian ihram. Selanjutnya dilakukan shalat dua rakaat dan dilanjutkan dengan mengucapkan niat umroh.

Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Mekkah dan singgah sebentar di Hotel Royal Zam Zam untuk meletakkan barang-barang. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Masjidil Haram untuk melaksanakan tawaf. Sesampainya di Masjidil Haram peserta menuju ke arah Ka'bah untuk mengambil posisi sejajar dengan Hajaral Aswad. Memandang kembali Ka'bah bagi penulis sungguh moment yang sangat mengharukan, itulah puncak keharuan tertinggi yang penulis rasakan.

Kami mulai melaksanakan tawaf sebanyak tujuh keliling dilanjutkan dengan sai. Sai adalah suatu kegiatan ritual yang memiliki nilai historis yaitu mengenang Ibunda Hajar istri Nabi Ibrahim saat berlari-lari antara bukit Safa dan Marwah untuk mencarikan air bagi anaknya Nabi Ismail. Atas kekuasaan Allah air bisa muncul ditanah yang gersang di padang pasir. Air muncul didekat kaki Nabi Ismail yang masih kanak-kanak yang berada disekitar Ka'bah dan kelak air tersebut dikenal dengan air Zam-Zam. Setelah selesai sai dilanjutkan dengan tahalul, yaitu memotong rambut minimal tiga helai dan disunatkan untuk mencukur seluruh rambut alias gundul, penulis memilih gundul.

Di Mekkah kami tinggal selama tujuh hari dan penulis sempat melakukan tiga kali umroh. Selain itu alhamdulillah penulis sempat pula mencium Hajaral Aswad setelah melalui perjuangan yang berat. Meskipun dua hari setelah kejadian itu badan penulis masih terasa pegal-pegal namun penulis merasa sangat puas dan bahagia. Disela-sela ibadah di Masjidil Haram kami sempat mengunjungi beberapa tempat seperti peternakan onta, Museum Ka'bah (meskipun tidak sempat masuk), Jabal Rahmah, Jabal Tsur dan beberapa tempat lainnya.

Kemudian penulis menyempatkan diri melakukan napak tilas saat melaksanakan haji tahun 2006. Penulis mengunjungi maktab haji di Shib Amir. Penulis sempat terharu juga memandangi bangunan dimana penulis pernah tinggal selama 1 bulan saat melaksanakan haji di Mekkah tahun 2006. Penulis teringat salah satu petugas Maktab tersebut bernama Zakaria asal Bangladesh. Diwaktu-waktu senggang penulis sering ngobrol dengan Zakaria. Ia berasal dari satu desa kecil di Bangladesh pergi ke Arab meninggalkan istri dan 3 orang anaknya untuk mencari nafkah. Menurut Zakaria sangat sulit mencari pekerjaan di Bangladesh dan kondisi ekonomi negerinya juga sulit sehingga banyak orang Bangladesh yang mencari peruntungan di luar negeri termasuk ke Arab Saudi. Zakaria rela meninggalkan anak istrinya untuk mencari nafkah dan pulang kenegaranya 1-2 tahun sekali. Ketika penulis menanyakan mengapa tidak membawa anak istrinya ikut serta ke Arab Saudi, Zakaria menganggap biaya hidup di Arab Saudi mahal dan tidak mencukupi untuk menghidupi keluarganya, lebih baik keluarganya tetap tinggal di Bangladesh dan ia setiap bulan mengirimkan uang ke mereka.

Zakaria orang yang taat. Kebetulan diruang tamu Maktab ada sebuah pesawat televisi. Zakaria segera mematikan TV apabila waktu shalat telah tiba. Pada malam hari saat sebagian orang menonton TV Zakaria mengingatkan agar mereka lebih baik mengaji atau tafakur di Masjidil Haram. Ia pun melarang kami memilih channel yang aneh-aneh, biasanya dari TV Lebanon atau negara lain, menurut Zakaria itu adalah tontonan kaum-kaum musyrik.

Zakaria juga menyediakan teh, biasanya teh tarik (teh tambah susu) dan penganan ringan. Terkadang jamaah suka rewel minta tambah lagi susu-lah, tambah gula-lah akhirnya tambah air lagi dan tentu harus tambah gula lagi ... he ... he. Zakaria sangat sabar meladeni kami semua. Saat kemarin ke Mekkah dan mengunjungi Maktab penulis tidak menemukan lagi Zakaria yang baik hati ini. Dimanakah engkau sobat? masih di Arab-kah? atau sudah kembali ke Bangladesh? Semoga engkau baik-baik saja.

Kembali tentang cerita Mekkah, kota ini memang memiliki magnet bagi kaum muslimin. Beribadah dikota ini memiliki nilai yang sungguh luar biasa. Sebagian orang juga mengalami peristiwa tertentu yang berdimensi gaib. Penulis sendiri mengalami peristiwa unik, yaitu dalam beberapa kali kesempatan setelah shalat penulis tidak menemukan sendal, padahal sebelumnya sudah menandai nomor tempat penyimpanan sendal atau menandai lokasinya, tetapi tetap sendal tidak ditemukan. Akhisnya penulis istigfar dan berdoa agar sendal dapat ditemukan dan tidak berapa lama sendal ditemukan kembali. Hal tersebut terjadi berulang kali dan setelah istigfar dan berdoa sendal kembali ditemukan. Sampailah pada suatu ketika diahari akhir berada di Mekkah dan setelah itu segera akan berangkat ke Madinah. Setelah tawaf wada penulis kembali mencari sendal ditempat yang sudah ditandai nomor dan lokasinya, sendal tetap tidak ditemukan meskipun penulis telah istigfar dan berdoa. Akhirnya penulis berpikir mungkin sendal ini memang harus tinggal di Mekkah, akhirnya dengan keikhlasan penulis tinggalkan Masjidil Haram bersama sendal yang entah kemana. Dengan tanpa sendal penulis meninggalkan Masjidil Haram menuju Hotel, lumayan panas, kaki terpaksa berjalan berjinjit untuk menghindari panas dan setengah berlari kecil penulis menuju hotel. Pelajaran berharga bagi penulis karena ada perasaan bahwa dengan berdoa sendal pasti ditemukan padahal keputusan dikabulkan atau tidak dikabulkan doa tergantung Allah dan pasti segala sesuatu ada hikmahnya.

Kejadian lainnya adalah setelah selesai shalat subuh di Masjidil Haram penulis tergesa-gesa menuju hotel karena kebelet ingin kebelakang. Penulis tidak sempat menuju kamar dan segera memanfaat toilet yang ada di restauran hotel. Begitu masuk toilet penulis dihadang oleh petugas cleaning service dan ia minta waktu 2 menit untuk membersihkan toilet "just two minutes sir" katanya. Penulis tidak sabar karena sudah kebelet namun ia tetap ngotot menahan penulis dan penulis sempat menggerutu. Yah apa boleh buat terpaksa harus menahan hajat sebentar sambil menggerutu kesal. Setelah selesai membuang hajat penulis menuju kamar, apa yang terjadi??? ternyata pintu kamar tidak bisa dibuka. Terpaksa harus menghubungi receptionist dan engineering. Yah harus menunggu sampai petugas datang untuk membuka pintu. Dalam keadaan menunggu tersebut penulis teringat barangkali penulis telah berbuat salah terhadap cleaning service tersebut. Akhirnya setelah petugas datang penulis berhasil masuk ke kamar. Persoalan berikutnya datang pada saat ingin mengambil sesuatu di safety box, kotak tersebut tidak bisa dibuka, wah ini cobaan lagi. Akhirnya penulis istigfar dan mohon ampun mungkin telah berbuat dosa, akhirnya setelah dibantu petugas safety box bisa dibuka.

Saat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah untuk kembali ke Jakarta, seluruh rombongan diantrikan menuju tempat check-in karena diperintahkan oleh petugas setempat. Namun, ternyata setelah antri rombongan diminta keluar kembali karena belum memegang boarding-pass. Jadilah kita semua mundur lagi kebelakang. Seorang rekan wanita ngedumel "wah-wah bisa bisa kita nginap semalam lagi di Jeddah." Penulis mengingatkan untuk segera istigfar. Setelah menunggu beberapa saat baru kemudian boarding-pass dibagikan satu per satu kesemua rombongan. Nama kita dipanggil satu per satu untuk menerima boarding-pass. Semua telah menerima boarding-pass hanya satu orang yang belum dapat, yaitu rekan wanita yang ngedumel tadi, dicari-cari boarding pass-nya tidak ketemu. Rekan wanita tadi hampir menangis dan merasa ketakutan kalau harus ditinggalkan sendirian, tetapi kami menyabarkannya. Setelah dicari-cari akhirnya ketemu juga, barulah sang rekan dapat tersenyum kembali (kebayang kalau harus ditinggal sendirian di Arab).

Pada saat melaksanakan Haji tahun 2006 penulis juga mengalami sebuah peristiwa unik. Yaitu, saat ingin mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW terlihat pengunjung sangat banyak. Penulis coba masuk namun terjepit diantara orang-orang yang tinggi badannya, ada orang Afrika, Turki, Iran, Arab dan yang lain yang badannya jauh lebih besar. Terjadi dorong-mendorong, penulis terjepit diantara orang yang tinggi besar. Penulis mengalami sesak nafas dan merasa tidak bisa keluar dari kerumunan itu. Penulis berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari situasi tersebut. Dan sekonyong-konyong muncullah orang berbadan tinggi besar seperti orang Afrika dan bersoban. Tubuhnya tampak menonjol diantara yang lain, besar dan tinggi. Tiba-tiba orang hitam yang tinggi besar tersebut meraih badan penulis, mengangkat penulis dan secara berangsur-angsur membawa penulis keluar dari kerumunan. Selamatlah penulis. Namun, karena masih shock penulis tidak sempat mengucapkan terima kasih. Setelah beberapa saat penulis sadar, penulis mencoba mencari orang tersebut namun sudah tidak terlihat lagi. Penulis tidak tahu entah siapa dia.

Pada saat di Mekkah istri penulis ingin melaksanakan tawaf didekat Ka'bah. Beberapa bulan sebelum berangkat haji istri mengalami operasi, penulis sedikit kuatir dengan kondisi kesehatannya. Penulis menyarankan agar tawaf didalam gedung saja, istri menolak dan bertekad tetap ingin tawaf dekat Ka'bah. Penulis akhirnya terpaksa memenuhi keinginannya. Pada saat tawaf penulis mengawal dengan ketat istri. Beberapa kali penulis terpontal-pontal menahan dorongan orang, kemudian merasa ditarik-tarik orang lain, penulis berusaha sekuat tenaga menjaga istri ditengah kerumunan orang bertawaf yang cukup padat. Beberapa kali penulis hampir terjatuh. Selesai tawaf penulis merasa kecapaian yang amat sangat. Kemudian penulis dengan tersengal-sengal menanyakan ke istri apakah ia baik-baik saja. Istri merasa aneh dengan kondisi penulis, ia merasa tawafnya berjalan lancar tanpa hambatan dan merasa sangat dipermudah dan suasananya lapang, sangat berbeda dengan yang dirasakan penulis. Istri tidak merasa berdesak-desakan dan tidak merasa kecapaian sama sekali. Penulis segera istigfar, ternyata prasangka istri yang positif membuat Allah mempermudah tawafnya, sedangkan penulis yang sebelumnya sudah kuatir dan pesimis benar-benar mengalami perjuangan yang luar biasa saat tawaf. Memang prasangka akan mempengaruhi penghayatan kita terhadap kegiatan. Istri memiliki tekad yang cukup kuat untuk melaksanakan ibadah haji sehingga proses hajinya banyak dipermudah oleh Allah. Selama ibadah haji istri boleh dikatakan cukup sehat, rekan-rekannya sendiri banyak yang mengalami sakit. Penulis yang mengkuatirkan kondisinya paska operasi ternyata kekuatiran tersebut tidak terbukti. Tekad kuat istri untuk beribadah membuat ia mampu melaksanakan semua proses haji dengan baik sejak tawaf, sai, wukuf dan melempar jumrah, Allahu Akbar. Memang benar bahwa Allah itu tergantung dari prasangka kita.

Demikian juga saat berusaha mencium Hajaral Aswad. Sewaktu melaksanakan Haji tahun 2006 penulis berusaha mencium Hajaral Aswad, namun saat itu diliputi kekuatiran karena melihat begitu banyaknya orang yang berdesak-desakan. Penulis sudah berhasil mencapai rukun Yamani, namun saat hendak maju ada seorang kakek tua didepan penulis yang telah tersungkur jatuh persis didepan penulis, penulis tidak tega untuk maju karena pasti akan menimpa kakek tersebut, penulis membatalkan usaha untuk mencium Hajaral Aswad. Saat itu tekad penulis tidak kuat dan perasaan penulis diliputi kekuatiran karena melihat begitu banyaknya orang. Namun, saat umroh kemarin dengan berbekal tekad kuat, diawali dengan doa dan melakukan tawaf terlebih dahulu, bersama seorang rekan penulis berhasil mencium Hajaral Aswad, batu dari surga tersebut. Penulis dapat mencium Hajaral Aswad dalam waktu yang lama dan Askar/Petugas Keamanan Arab Saudi membiarkannya. Penulis meninggalkan Hajaral Aswad atas kesadaran sendiri tanpa perlu disuruh pergi oleh Askar karena penulis menyadari masih banyak jamaah lain yang ingin menciumnya.

Ada kejadian lain saat Haji tetapi dialami oleh rekan penulis. Seorang rekan penulis mengalami beberapa kali sejadahnya terkena kotoran manusia. Saat membentangkan sejadah tiba-tiba ada orang lewat dan mengeluarkan kotorannya diatas sejadah. Hal ini terjadi berulang kali. Mungkin ada hikmah tertentu dibalik kejadian tersebut yang hanya yang bersangkutan yang mengetahuinya. Ada juga mereka yang kehilangan uang, namun karena ikhlas keesokan harinya sekonyong-konyong ada orang lain yang memberikan uang kepada yang bersangkutan dengan jumlah yang berlipat dari uangnya yang hilang. Itu adalah sebagian peristiwa unik (atau gaib?) yang pernah penulis alami.

Kembali ke kegiatan Umroh, setelah tujuh hari di Mekkah perjalanan dilanjutkan menuju ke Madinah. Di Madinah rombongan menginap di Hotel Movenvick. Waktu di Madinah banyak dihabiskan di Masjid Nabawi. Alhamdulillah penulis berhasil shalat di raudhah, taman surga, yang terletak antara makam Nabi Muhammad SAW dan Mimbar. Penulis berkesempatan pula berziarah kemakam Rasul yang mulia tersebut. Ini adalah puncak keharuan berikutnya saat berhasil menyambangi makam Nabi Mulia Muhammad SAW.

Di Madinah rombongan mengunjungi beberapat tempat diantaranya adalah kebun kurma, Jabal Uhud, tempat percetakan Mushaf Al-Quran. Semua peserta dibagikan Al-Quran beserta terjemahannya secara gratis. Hal yang menarik juga adalah saat mengunjungi Jabal Magnet, dimana bis dapat bergerak dalam keadaan mesin mati dan katanya - menurut dugaan- karena ada tarikan magnet (wallahualam). Di Jabal Uhud juga dirasakan suatu fenomena spiritual dimana tercium bau harum dari arah makam dari 70 orang syuhada diantaranya Hamzah paman nabi. Bau harum ini sangat terasa apabila ada hembusan angin dan dirasakan juga oleh semua pengunjung. Ini benar-benar merupakan bukti kebesaran Allah.

Setelah tiga hari di Madinah perjalanan dilanjutkan ke Jeddah, rombongan sempat makan siang di Asian restaurant dengan menu Thailand yang cukup menggoda. Kemudian setelah itu dilanjutkan shalat di Masjid Terapung ditepi Laut Merah. Dari Masjid Terapung rombongan menuju Balad Shopping Mall, acara berbelanja ria dimulai.

Saat berkunjung ke Saudi Arabia penulis mengamati semakin banyaknya orang Indonesia disana, baik sebagai peserta umroh, penziarah, mukimin maupun mereka yang bekerja dan berdagang disana. Dimana-mana kita menemukan banyak orang Indonesia (fenomena ini penulis temukan pula di Hongkong, Australia, China, Thailand, Malaysia dan Singapore). Ini sebenarnya membanggakan hati, artinya semakin banyak turis Indonesia ke luar negeri dan tentunya semakin banyak penduduk negeri ini yang makmur. Namun, kita perlu prihatin juga mengingat sebagian mereka yang bekerja disana bekerja dalam sektor "unskilled" termasuk kelompok blue color dan secara spesifik bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Bukan berarti kita memandang rendah profesi pembantu rumah tangga, namun posisi tawar mereka tampak sangat rendah dan cenderung hak-hak mereka ada yang diabaikan termasuk resiko mengalami pelecehan. Pemerintah tampaknya perlu sungguh-sungguh memperhatikan hal ini agar mempersiapkan mereka yang keluar negeri dengan keterampilan khusus seperti perawat, montir, dan sebagainya sehingga posisi tawar mereka lebih baik.

Saat berada di Bandara King Abdul Aziz penulis bertemu dengan beberapa orang Indonesia yang bekerja sebagai cleaning service bandara, mereka mengaku hanya digaji 500 Rial, ini adalah suatu jumlah yang pas-pasan untuk ukuran hidup di Arab Saudi. Padahal mereka juga harus mengirimkan sebagian penghasilannya untuk keluarga di Indonesia. Saat berbicara dengan mereka penulis teringat akan nasib Zakaria yang berada di Mekkah, sipetugas maktab yang berasal dari Bangladesh yang meninggalkan anak-istrinya dinegaranya karena kemiskinan dan kepahitan hidup, dengan penghasilan yang pas-pasan mereka berkorban untuk berpisah dengan keluarga. Penghasilan pas-pasan di Arab Saudi jauh lebih baik menurut mereka daripada tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan apa-apa di tanah air, sungguh mengenaskan.

Untuk mereka yang sedang berkampanye saat ini adakah kepedulian mereka terhadap nasib saudara-saudara kita yang bekerja di luar negeri?, khususnya yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan yang riskan seperti pembantu rumah tangga. Adakah perhatian para tokoh-tokoh kampanye tersebut? Memang mereka disebut pahlawan devisa ........... tetapi apakah itu cukup untuk mengangkat harkat martabat mereka ........... apakah itu cukup untuk memanusiawikan mereka? Atau-kah mereka hanya bagaikan sebuah lilin .... berkorban mencair demi menerangi sekelilingnya ............. mereka mencair .... kemudian habis ............ dan mati ...............