Kamis, 18 Desember 2008

NATURE


It almost impossible systematically to constitute a natural moral law. Nature has no principles. She furnishes us with no reason to believe that human life to be respected. Nature, in her difference, makes no difference between right and wrong.

(Anatole France, French author 1844-1924)

Rabu, 10 Desember 2008

TALENT PARADOX

Pernahkah anda mendengar tentang betapa istimewanya kedudukan seorang talent dalam organisasi? Bahkan sebagian besar dari kita pun pernah mendengar tentang “War of Talent” yang terjadi di dalam lingkungan bisnis, dimana orang-orang terbaik dan berbakat tersebut diperebutkan oleh berbagai korporasi. Mengapa kedudukan talent begitu istimewa? Bagaimana mendapatkannya? Bagaimana mempertahankannya? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mungkin bisa diajukan berkaitan dengan talent. Pertanyaan-pertanyaan ini dan sejumlah fakta membawa kita kepada isu ’Talent Paradox.”

Begitu banyak dan bervariasinya definisi tentang talent. Sebuah definisi lain berbunyi sebagai berikut :
Talented people are creative, self-confident, self-starters, edgy, resilient, entrepreneurial, intellectually flexible, opportunistic, unique and different ..
but in reality the list is endless……..
(Key Thorne & Andy Pellant)

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa talent adalah orang-orang luar biasa yang memilik talenta khusus, orang-orang terbaik dan memiliki prestasi di atas rata-rata yang mampu berperan secara signifikan di lingkungannya. Jelas definisi ini pun masih belum cukup untuk menggambarkan tentang talent tersebut , namun sebagai acuan dapatlah kita jadikan pedoman untuk membahas permasalahan talent ini lebih lanjut.

Persoalannya apakah seorang yang sudah dilabel sebagai talent akan menjadi talent seterusnya? Apakah seorang yang sudah menjadi talent di suatu lingkungan tertentu akan menjadi talent pula di lingkungan lainnya? Apakah talent itu bisa berubah? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang memandu kita dalam suatu isu yaitu tentang “ Talent Paradox.”

Kondisi-kondisi tersebut akan menggiring kepada pemahaman yang keliru terhadap talent. Talent sering dipersepsikan sebagai superman dan serba bisa. Sehingga kemudian diperlakukan dengan istimewa dan memiliki privelege tertentu (dan ini bisanya disertai tuntutan yang tinggi terhadap mereka), namun pada akhirnya menghasilkan kekecewaan. Kondisi paradoks ini apabila tidak dicermati akan memberikan kerugian yang tidak sedikit bagi organisasi maupun pada diri talent yang bersangkutan.

Untuk mengatasi paradoks tentang talent menurut hemat penulis kuncinya adalah pada komitmen manajemen dan Talent Management. Komitmen manajemen adalah suatu sikap yang sungguh-sungguh dari manajemen untuk memposisikan talent secara tepat melalui suatu pendekatan talent management yang komprehensif.

KEPRIBADIAN CALON PRESIDEN

Menyongsong Pemilihan Presiden tahun 2009, saat ini marak bermunculan sejumlah tokoh yang menyatakan dirinya siap untuk maju dalam Pemilihan Presiden tersebut. Mulai dari SBY, Sultan HB X, Megawati, Wiranto, Prabowo, Sutiyoso dan teranyar kemarin tanggal 9 Desember 2009 Meutia Hatta mendeklarasikan diri sebagai Calon Presiden.

Tentu mereka semua sebagai warga negara memiliki hak untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Menurut perkiraan sejumlah calon baru akan bermunculan untuk mencoba peruntungan di tahun 2009. Ini akan menjadi ajang pesta demokrasi yang sangat menarik sekaligus mendebarkan mengingat hal ini sekaligus pertaruhan bagi kelangsungan kehidupan berdemokrasi.

Tahta-Harta-Wanita (baca seksual, jadi sebenarnya termasuk Pria juga) memang memiliki daya magnit bagi yang namanya makhluk manusia untuk dikejar dan dimiliki. Namun, sesungguhnya ketiga magnit itu pun merupakan suatu amanah yang mesti dipertanggung-jawabkan baik di dunia maupun di akhirat.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam memilih Presiden tahun 2009 sangatlah penting melakukan penilaian terhadap Kepribadian Calon Presiden. Presiden sebagai pemimpin eksekutif tertinggi akan sangat menentukan warna pembangunan negara untuk lima tahun kedepan. Memilih Presiden harus dilakukan secara bertanggungjawab dan penilaian yang paling penting adalah menyangkut Kepribadian Calon Presiden tersebut. Memang hal ini sebaiknya dilakukan oleh para ahli yang memiliki kompetensi dan kapasitas untuk melakukannya yaitu Psikolog/Ahli Psikologi yang memang secara kemampuan dan legalitas menguasai tentang analisa kepribadian.

Secara ringkas menganalisa kepribadian khususnya dalam konteks menilai Kepribadian Calon Presiden dapat diteropong melalui 5 komponen dasar yaitu SEKSI (Spritual-Emosional-Kerja (Sikap Kerja)-Sosial-Intelektual.

Spiritual dalam bahasa Latin memiliki akar kata spirit, yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas menurut Danah Zohar & Ian Marshall penulis best-seller SQ, adalah suatu peningkatan kualitas kehidupan di dunia, yaitu suatu kebutuhan kita untuk menempatkan upaya kita dalam suatu kerangka makna dan tujuan yang lebih luas, menciptakan perubahan dunia kearah yang lebih baik.

Emosi adalah suatu suatu keadaan yang kompleks dari organisme yang ditandai adanya unsur perasaan yang kuat yang mempengaruhi kondisi fisiologis maupun psikologis yang mempengaruhi munculnya bentuk prilaku tertentu. Kerja atau Sikap Kerja adalah kecenderungan perilaku seseorang dalam dunia kerja ditandai oleh motivasi, kemampuan perencanaan, pengelolaan energi, daya juang, kemampuan mengatasi hambatan, orientasi berprestasi dan kecermatan baik dalam menentukan tindakan maupun mengelola sumber daya yang dimiliki.

Sosial atau utamanya hubungan sosial adalah menyangkut tentang kemampuan seseorang berinteraksi dengan individu lain, kemampuan membina pergaulan, penempatan diri dalam lingkungan sosial, mampu memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memainkan peran yang signifikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam lingkungan sosial dan mampu mempromosikan kehidupan sosial yang sehat.

Intelektual menyangkut aspek kognisi dan kecerdasan. Meliputi pula wawasan seseorang, kemampuan problem-solving, strategic-thinking, berpikir sistematis, kemampuan menangkap-memahami-mencerna masalah, mengurai permasalahan dan mengambil kesimpulan secara akurat (analisa-sintesa), berpikir induktif dan deduktif, mampu mengintegrasikan. Dalam posisi setinggi Presiden tentu harus mampu berpikir makro-holistik sekaligus berpikir maju kedepan (future-orientation).

Dalam menganalisa Kepribadian Calon Presiden setidaknya kelima aspek SEKSI ini harus menjadi perhatian agar kita dapat menemukan seorang Presiden yang memiliki kualitas kepribadian yang prima sehingga mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Selasa, 09 Desember 2008

CIVILIZATION

Civilization ..... is a matter of imponderables, of delight in the things of the mind, of love of beauty, of honor, grace, courtesy, delicate feeling. Where imponderables are things of first importance, there is the height of civilization, and, if at the same time, the power of art exists unimpaired, human life has reached a level seldom attained and very seldom surpassed.

(Edith Hamilton, German-born American classicist, 1867-1963)