Senin, 01 Agustus 2011

NOL PRINCIPLES

Dalam menjalankan suatu tugas atau tanggung jawab tertentu umumnya ada suatu prinsip-prinsip yang mesti kita penuhi. Prinsip-prinsip ini sebagai pedoman yang digunakan untuk memberikan panduan dalam menjalankan tugas atau tanggung jawab tersebut.

Prinsip-prinsip berisi hal-hal esensial yang tidak boleh dilanggar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut dapat terlaksana dengan baik. Prinsip-prinsip juga dapat dijadikan ukuran apakah tugas dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan baik atau tidak. Prinsip-prinsip biasanya diturunkan dari suatu nilai-nilai yang merupakan suatu kondisi ideal yang diharapkan dalam suatu organisasi atau komunitas.

Berikut ini adalah sebuah prinsip bagi seorang pengambil keputusan, yaitu NOL PRINCIPLES. Prinsip NOL adalah prinsip yang digunakan pada saat seseorang berperan sebagai Decision Maker, pada saat seseorang melaksanakan tugas untuk memutuskan dan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan maka hendaknya ia dapat menjalankan Prinsip NOL.

Prinsip NOL adalah prinsip-prinsip yang berlandaskan pada sikap NEUTRAL, OBJECTIVE dan LEGAL. Seseorang dalam mengambil keputusan haruslah bersikap netral, mampu objektif dan melandaskan keputusannya sesuai dengan aturan legal yang berlaku.

Neutral, adalah tidak berpihak, pengambil keputusan harus berfokus pada tujuan organisasi. Pengambil keputusan tidak boleh bersikap tidak adil dengan mengutamakan kepentingan kelompok atau unit tertentu. Ia harus mengacu pada visi dan misi organisasi. Pengambil keputusan harus bersikap seimbang dan setara serta tidak terjebak pada kepentingan sempit pihak tertentu. Prinsip netral merupakan basis penting untuk memosisikan diri secara tepat pada saat mengambil keputusan.

Objektif adalah bertindak sesuai dengan fakta-fakta yang relevan. Pengambil keputusan haruslah komprehensif dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang ada. Pengambil keputusan jangan sampai terjebak pada sikap subyektif yang hanya mengandalkan pada pengalaman dan penilaian personal. Ia harus melihat berbagai fakta secara cermat dan menggunakannya secara tepat sebagai dasar pengambilan keputusan.

Tidak kalah penting adalah aspek legal. Sebuah keputusan haruslah sejalan dengan peraturan, hukum dan undang-undang yang berlaku. Sebuah keputusan jangan sampai bertentangan dengan aspek legal yang berlaku. Keputusan yang didukung oleh aspek legal akan memiliki kekuatan dalam penerapannnya, keputusan yang tidak didukung oleh aspek legal akan menuai permasalahan pada saat penerapan. Bertindak legal adalah pilihan penting bagi seorang pengambil keputusan.

Jadi jika anda dalam posisi sebagai Decision Maker, Pengambil Keputusan, menerapkan Prinsip-Prinsip NOL adalah merupakan suatu keharusan untuk menjamin keputusan anda berkualitas, bermakna dan dapat diterapkan.

Jumat, 08 Juli 2011

TELKOM RAIH 5 PENGHARGAAN INDONESIAN HUMAN CAPITAL STUDY (IHCS) 2011


Pada hari Kamis (30/6/2011) Penulis ikut menghadiri penyerahan penghargaan Indonesian Human Capital Study (IHCS). Telkom meraih 5 kategori penghargaan. BUMN ternama ini masih menunjukkan kehandalannya dalam pengelolaan SDM atau Human Capital. Hal ini terbukti dengan diraihnya berbagai penghargaan di bidang SDM atau Human Capital. Pada penyerahan penghargaan IHCS kali ini Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah dan Direktur HCGA Telkom, Faisal Syam hadir untuk menerima piala penghargaan dalam ajang Indonesian Human Capital Study (IHCS) 2011. Dalam kesempatan itu, Telkom membawa pulang 5 piala untuk masing-masing kategori yang berbeda. Acara tersebut berlangsung di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta.

Adapun kategori yang dimenangkan oleh Telkom adalah The Best For Human Capital Index Kategori Infrastructure, Utilities, & Transportation Industry, The Best For Employee Net Promoter Score Kategori Infrastructure, Utilities, & Transportation Industry, The Best for All Criteria, The Best for CEO Commitment, dan The Best For Human Capital Initiative untuk kategori Career Management.

Di bagian lain, saat itu juga dilakukan penetapan tanggal 30 Juni sebagai Hari Kinerja Karyawan Nasional (HK2N) yang nantinya akan ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. Dalam kesempatan itu Direktur Utama, Rinaldi Firmansyah dan Direktur HCGA, Faisal Syam dan para pimpinan perusahaan peserta 2011 IHCS melakukan penandatangaan prasasti, menandai dicanangkannya HK2N.

M. Lutfi Handayani selaku Ketua Panitia Penyelenggara 2011 IHCS sekaligus Pemimpin Redaksi Business Review menyebutkan, ”2011 IHCS dilaksanakan pula untuk memperkuat kebersamaan dalam membangun dan meningkatkan kinerja karyawan. Selain itu dalam event IHCS ini juga dilakukan launching Hari Kinerja Karyawan Nasional (HK2N) yang bertujuan untuk mendorong upaya peningkatan kinerja perusahaan melalui peningkatan kinerja karyawan”, jelasnya.

Lutfi menambahkan, IHCS mengukur tiga komponen Human Capital System meliputi pemenuhan kebutuhan management dalam penerapan Human Capital System di suatu perusahaan dengan indikator Human Capital Index (HCI), pemenuhan kebutuhan karyawan dalam penerapan Human Capital System di suatu perusahaan dengan indikator Net Promoter Score (NPS) dan Human Capital Score (HC Score) serta mengukur bagaiman inisiatif-inisiatif sistem Human Capital yang dimiliki oleh suatu perusahaan baik yang sudah, sedang dan akan dilakukan.

(Dikutip dari Portal Telkom)


Minggu, 03 Juli 2011

GENGHIS KHAN SANG PENAKLUK


Jika kita ingin memilih dari sekian banyak Panglima Perang dan Penakluk Besar Dunia apakah Alexander The Great, Napoleon Bonaparte, Timurlenk, Jabal Tarik, Saladin, Ramses, Herodes, Hitler, tiada satu pun dari mereka yang dapat menyaingi keperkasaan dari Genghis Khan si Penakluk Besar Dunia yang berasal dari Mongolia.

Mengapa demikian? Lihatlah dari data-data berikut ini (sumber : Sam Djang) : Ia menaklukan wilayah 2,2 lebih besar dari wilayah yang ditaklukan oleh Alexander The Great, 6,7 kali lebih besar dari wilayah yang pernah ditaklukan oleh Napoleon Bonaparte. Wilayah kekuasaannya 4 kali lebih besar dari Imperium Romawi. Imperium Mongol memiliki luas sebesar 35.624.550 s/d 37.538.315 kilometer persegi. Bandingkan dengan wilayah taklukan dari Kerajaan Inggris setelah beratus-ratus tahun hanya mencapai luas 33.122.532 kilometer persegi.

Genghis Khan terkadang sering secara keliru dianggap sebagai seorang yang bengis kejam dan tanpa ampun. Padahal dari sejarah kehidupannya ia dikenal pula sebagai seorang yang spiritualis, berbakti kepada orang tua, menyayangi pasangan hidup, anak-anak dan keluarganya. Menghargai persahabatan, orang yang sangat berhutang budi dan senantiasa mengingat kebaikan orang lain.

Ia mampu mempersatukan bangsa Mongol yang tadinya hidup terpecah-pecah, saling berperang dan memusuhi sesamanya. Awalnya bangsa Mongol sangat mengagungkan sukunya masing-masing, mereka saling menaklukan, sampai akhirnya muncul Genghsi Khan untuk mempersatukan mereka. Apa rahasia kepemimpinannya sehingga mampu mempersatukan bangsa Mongol?

Ia adalah seorang visioner yang memiliki ide mulia. Target hidupnya bukanlah kekuasaan dan harta. Ia bercita-cita ingin membangun Bangsa Mongol yang besar. Dalam menjalankan kepemimpinannya ia senantiasa mendekatkan diri dan meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa, yang ia sebut (dan bangsa Mongol sebut) Tengri. Ia sering menyepi untuk mendekatkan diri ke Tengri. Senantiasa meminta restu dari orang tua sebelum menjalankan misi besar seperti peperangan dan penaklukan. Menghargai persahabatan dan persaudaraan. Melindungi orang-orang lemah, wanita dan anak-anak. Dalam setiap peperangan ia melarang prajuritnya untuk membunuh wanita dan anak-anak. Ia memerintahkan prajuritnya untuk melindungi wanita dan anak-anak dari pihak musuh sekalipun. Ia tidak segan-segan mengambil anak angkat dari kalangan musuhnya yang telah kehilangan orang tua. Ia mengasuh anak-anak tersebut secara baik.

Ia hidup secara sederhana, tidak mengutamakan materi. Ia memakan makanan sebagaimana umumnya makanan yang dimakan oleh prajurit dan rakyatnya, Berpakaian sebagaimana umum prajuritnya. Kekuasaan ia gunakan untuk kesejahteraan rakyatnya. Ia seorang pemimpin yang adil. Jika memperoleh pampasan perang maka 90% hasil pampasan ia berikan kepada prajuritnya, ia hanya memegang 10% itu pun digunakannya sebagai cadangan jika sewaktu-waktu rakyat dan prajuritnya membutuhkan. Ia tidak memiliki istana, tidak tinggal digedung megah. Ia tinggal di tenda sebagaimana yang dilakukan prajurit dan rakyatnya. Tidak heran dengan sikap seperti ini ia memiliki sejumlah Panglima yang setia dan prajurit yang bersedia mati untuknya. Sebagian prajurit dari musuhnya beralih menyeberang menjadi prajuritnya karena melihat kemuliaan sikap dari Genghis Khan.

Dari Wikipedia dapat ditelisik kehidupan Genghis Khan sebagai berikut :

Kehidupan awal

Jenghis Khan dilahirkan dengan nama '''Temüjin''' sekitar tahun [[1162]] dan [[1167]], anak sulung Yesügei, ketua suku [[Kiyad]] (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya.

Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di [[Asia Tengah]]. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni [[suku Tartar]] tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.

Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan [[suku Tartar]] di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.

Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.

Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 10%, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia.

Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.

Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis KJenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kerajaan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan karena terjatuh dari kuda dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogodai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).han.

Tentang kehebatan Genghis Khan Arif Perdana di Kompasiana menuliskan beberapa kelebihannya sehingga mampu menjadi Panglima Perang yang tangguh. Ia membandingkan dengan Muhammad SAW (meskipun dalam banyak hal yang lain mereka jauh berbeda pula), tulisannya sebabagi berikut :

Muhammad SAW dan Genghis Khan adalah dua orang yang ummi (buta huruf) tetapi memiliki kepemimpinan yang visioner dan mampu mempersatukan umat. Rasulullah berhasil mempersatukan suku-suku Arab dalam ikatan kabilah-kabilah menjadi bangsa yang mampu menaklukan dua pertiga bagian dunia selama +/- 700 tahun. Sementara itu Genghis Khan berhasil mengubah gerombolan-gerombolan berkuda bangsa Mongolia menjadi mesin tempur yang hebat dan disiplin, membentuk pasukan dengan taktik revolusioner dan persenjataan jenius, dan memiliki kekuasaan kekaisaran yang terbentang meliputi sepertiga daratan bumi dari Asia hingga Eropa Timur selama +/- 150 tahun. Kekaisaran Mongolia tidak mampu bertahan lama dikarenakan kebudayaan mereka tidak mengakar kuat di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya. Fokus mereka hanya pada perluasan wilayah melalui kekuatan militer tanpa ada misi untuk penyebaran ajaran spiritual seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah dan Genghis Khan sama-sama menggabungkan kepasrahan diri terhadap Tuhan dengan strategi perang yang handal dalam setiap peperangan yang dilakukannya (meskipun dalam konteks Tuhan yang disembah jauh sekali berbeda). Dua panglima perang ini selalu berada di barisan terdepan ketika berperang melawan musuh. Semua balatentara yang dipilih oleh kedua panglima perang hebat ini adalah tentara-tentara pilihan yang luar biasa hebatnya.

Kondisi peperangan yang dihadapi juga sama yaitu mereka berdua mampu menghadapi pasukan yang amat besar dengan jumlah pasukan yang lebih kecil. Keduanya juga nyaris tidak pernah kalah dalam peperangan, memiliki perhatian yang amat tinggi terhadap pasukannya, menghidari pembunuhan terhadap wanita dan anak kecil dan meminimalisir setiap korban dari prajuritnya sendiri. Sikap toleransi yang tinggi juga dimiliki oleh kedua panglima perang ini. Rasulullah sangat menjunjung tinggi dan menghormati keyakinan penduduk negeri yang diperanginya, begitu juga dengan Genghis Khan, sikapnya begitu toleran terhadap agamawan dan tempat-tempat ibadah. Ia tetap memiliki toleransi terhadap kebudayaan di wilayah yang berhasil ditaklukkannya. Orang-orang muslim masih tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan kebudayaannya.Terakhir, adalah kesamaan strategi perang yang dilakukan dengan didasarkan atas lima elemen penting yaitu kecepatan, serangan mendadak, gagah berani, variasi taktik, dan disiplin ketat.

Selain sebagai panglima perang yang hebat, ternyata Genghis Khan juga memiliki keteladanan yang sesungguhnya membuat kita berdecak kagum seperti bakti terhadap orang tua, kesetiaan dan cinta terhadap pasangan hidup, kesetiaan dalam persahabatan, memiliki sikap spiritual yang tinggi, tidak pernah melupakan pertolongan orang lain, dan kepeduliannya terhadap orang lain.

Genghis khan adalah sosok pemimpin yang tidak tamak harta, visioner dan memiliki kemampuan dalam mengelola emosi dengan baik. Setiap kali peperangan, Genghis Khan selalu membagikan 9/10 bagian harta rampasan perang kepada prajurit-prajurit yang berada di bawah kendalinya, sementara itu ia hanya menikmati 1/10 bagian sisanya. Meskipun Genghis Khan dibesarkan dalam kebudayaan nomadic, pada masa kepemimpinanya Ia membangun ibu kota kerajaan permanen, Karakorum menjadi tempat pilihannya dan ia ingin menjadikannya sebagai pusat dagang dan budaya yang besar.

Genghis Khan ingin bangsanya sejahtera dari penaklukan yang dilakukannya. Ia menginginkan rakyatnya memakan daging yang empuk, hidup dalam tenda yang indah dan mengembalakan ternak-ternak mereka di tanah yang subur. Genghis Khan adalah seorang yang buta huruf tetapi ia paham betul dengan kekuatan tulisan dan ia tidak menginginkan rakyatnya seperti itu dan memerintahkan agar warisan kekuasaannya tercatat untuk generasi mendatang.

Untuk mensejahterakan rakyatnya Genghis Khan mengimpor pengetahuan dan teknologi militer dari China, mendirikan korps pelatihan medis dengan tabib-tabib China, memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kodifikasi atas catatan dan peraturan darinya sebagai cikal bakal hukum dan perundang-undangan di masa kekaisarannya. Pada masa kekuasanaanya tidak seorangpun diperbolehkan memiliki budak dari bangsa Mongol, dan tiap suku diberikan kebebasan untuk menentukan tanahnya sendiri.

Genghis Khan juga merupakan seseorang yang mampu mengelola emosinya dengan baik. Setiap penumpasan yang kejam dan tanpa ampun selalu ia lakukan dengan penuh kesadaran atas manfaat dan akibatnya, bukan dengan keadaan membabi buta. Ia tahu kapan harus membalas dendam dan kapan harus memaafkan seseorang meskipun orang tersebut telah menyiksanya. Penyerangan yang dilakukannya terhadap kesultanan Khawarizm yang menghabiskan darah sejuta manusia di kawasan Persia juga bukan dengan alasan yang membabi buta dan haus kekuasaan. Keinginan Genghis untuk membuka jalur perdagangan dengan Kesultanan Khawarizm ternyata dibalas dengan pengiriman penggalan kepala utusan Sang Kaisar.

Meskipun ganas di medan pertempuran Sang Kaisar juga seorang pemaaf, Tindakan untuk memaafkan Jamukha merupakan sikap yang amat brilliant dan sulit untuk ditiru. Jamukha sang Saudara angkat yang awalnya memang banyak memberikan pertolongan kepada Genghis namun dalam perjalanannya Jamukha sendirilah yang menghancurkan kehidupan Genghis dengan menyiksanya dan menjualnya sebagai budak akibat perebutan kekuasaan yang tak sehat. Genghis Khan pun tidak mau menuruti permintaan Jamukha untuk menghukum dirinya.

Bagaimana dengan pandangan umat Islam terhadap Genghis Khan yang melakukan penyerangan di kesultanan Khawarizm. Penyerangan ini merupakan langkah awal kesuksesan bagi penyerbuan berikutnya oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang semakin memundurkan peradaban Islam ? Kita harus memandangnya dari sisi yang positif juga. Saat itu kekhalifahan Islam sesunguhnya telah banyak melakukan banyak penyimpangan. Kesombongan, keangkuhan, perpecahan antar umat, perebutan kekuasaan antara bani Umayyah dan Abassiyah dan ketamakan atas gelimang harta dunia telah meliputi masa kekhalifahan Abassiyah di zaman tersebut. Dengan demikian datangnya bangsa Mongol menaklukkan peradaban Islam juga sesunguhnya merupakan pelajaran, ujian dan peringatan yang berharga dari Tuhan bagi umat Muslim agar tidak selalu berpecah belah memperebutkan kekuasaan.

Dirangkum dari:

The Secret History of Mongols : The Life and Times of Chinggis Khan, translated by, Urgunge Onon, Routledge Curzon Press : 2001

The Life of Genghis Khan, BBC Documentary, 2008

Minggu, 26 Juni 2011

KEPEMIMPINAN DAN KEMAJUAN

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh banyak faktor. Dari sekian banyak faktor, kualitas SDM memegang peranan penting. Dan dari kualitas SDM, kualitas pemimpin dan kepemimpinan menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan.

Bangsa Amerika bisa menggapai bulan karena mimpi dari seorang John F. Kennedy. Bagaimana bangsa Jepang bisa maju tidak terlepas dari strategi Restorasi Meiji. China mencapai kemajuan yang luar biasa saat ini diawali oleh visi fantastis dari Deng Xiao Ping. Korea bisa menjadi bangsa yang tangguh karena fondasi yang dibuat oleh Park Chung Hee. Demikian pula Singapore tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti saat ini tanpa sentuhan tangan emas dari Lee Kuan Yew.

Bandingkan dengan negara-negara yang memiliki kekayaan alam namun tidak bisa digolongkan sebagai negara maju, karena hidup mereka mengandalkan dari anugerah alam, bukan dari hasil inovasi, kreasi dan produktivitas SDM. Sebutkan saja negara-negara di Timur Tengah yang sangat kaya, kekayaan mereka berasal dari minyak bukan dari hasil kemampuan SDM nya.

Kita bisa lihat Singapore, negara kota, kecil dan tidak memiliki sumber daya alam. Bahkan airpun harus dipasok dari Semenanjung Malaysia. Dalam sebuah tulisan dalam blog ini penulis menyebutkan bahwa kemajuan Singapore sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan Pemimpinnya.

Sekitar awal Juni lalu penulis sempat berkunjung ke Singapore. Kemajuan yang dicapai luar biasa. Dari waktu ke waktu terjadi perubahan yang semakin meningkatkan kualitas hidup masyarakat Singapore. Meskipun negaranya kecil tapi SDM nya memiliki kualitas yang besar. Tentunya dibelakang SDM yang luar biasa ini ada seorang pemimpin yang tangguh yang mampu mengelola SDM nya secara baik.

Bandingkanlah dengan Batam. Kebetulan minggu lalu penulis sempat berkunjung ke Batam. Batam tampak gersang, dari waktu ke waktu perkembangannya tidak bergerak secara signifikan. Kekumuhan mulai merambah Batam. Padahal, bukankah Batam dirancang untuk menyaingi Singapore?

Dipertengahan tahun 1970-an Batam direncanakan akan dibangun seperti Singapore. Prof. Dr. B.J. Habibi menawarkan mimpi besar ini ke Presiden Soeharto. Usulan Habibi ini disetujui Soeharto. Kemudian dibentuklah Badan Otorita Batam untuk merealisasikan mimpi besar ini. Namun setelah 30 tahun masih sangat jauh jika kita ingin membandingkan Batam dengan Singapore. Habibi dan Soeharto tidak salah dengan mimpinya, namun mengapa setelah sekian lama Batam belum menunjukkan kemajuan yang signifikan? Adakah yang salah dengan strategi pembangunan kita?

Terlalu banyak kepentingan politik dan ekonomi yang tidak sejalan bisa jadi menjadi penyebab lambannya perkembangan Batam. Untuk mensinkronkan itu semua tentunya diperlukan kepemimpinan yang kuat, SDM yang tangguh dan pelaksanaan perencanaan maupun program secara konsisten. Semua pihak harus saling bersinergi dan saling mendukung. Jika tidak sampai kapan pun Batam tidak akan pernah mampu menyaingi Singapore.

Didalam setiap komunitas apakah kelompok, organisasi, masyarakat sampai dengan bangsa memerlukan kepemimpinan yang tangguh untuk membuat komunitas itu maju. Untuk memperoleh pemimpin yang diharapkan tentunya diperlukan berbagai prasyarat. Mulai dari sistem, budaya sampai dengan nilai-nilai luhur menjadi faktor yang berpengaruh untuk menghasilkan pemimpin yang tangguh.

Kemudian jangan pula dilupakan tantangan yang besar dapat pula menghasilkan pemimpin yang besar. Sebuat saja Soekarno, Mandela, Gandhi, George Washington, Abraham Lincoln adalah sedikit dari sejumlah pemimpin besar yang lahir berkat tantangan lingkungan yang luar biasa besar pula. Nama mereka tetap harum dari waktu ke waktu, melintasi abad dan dikenang dari generasi ke generasi. Mereka sejatinya adalah pemimpin-pemimpin yang tangguh.

Sikap utama dari pemimpin besar ini adalah visioner, mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, mementingkan kepentingan yang lebih besar dan jangka panjang. Ini pula yang ditunjukkan oleh Lee Kuan Yew, Deng Xiao Ping, Park Chung Hee dalam membangun negaranya sehingga mencapai kemajuan seperti yang kita saksikan saat ini.

Selasa, 17 Mei 2011

MENILAI INTEGRITAS

Integritas merupakan salah satu dimensi penting dalam penilaian perilaku. Seorang pemimpin, profesional, pekerja dalam bidang apapun memerlukan kadar integritas tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya secara baik. Mereka yang memiliki profesi yang sangat terkait dengan kepentingan masyarakat, seperti politisi dan pejabat publik, memerlukan kadar integritas yang tinggi agar mereka dapat bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menilai integritas bukanlah sesuatu hal yang mudah. Hal ini agak mirip dengan menilai kejujuran. Kejujuran memiliki kompleksitas yang lebih sulit untuk diukur. Sedangkan integritas dalam konteks organisasi dan manajemen masih memungkinkan untuk diukur sepanjang kriterianya jelas. Sehingga integritas lebih mungkin untuk diukur dan dinilai.

Sebelum kita membahas bagaimana menilai integritas ada baiknya kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan integritas. Sering sekali integritas dikaitkan dengan kejujuran, etika, bertindak sesuai dengan aturan. Namun, apa sesungguhnya pengertian integritas?

Dalam konteks assessment kompetensi manajerial integritas diartikan sebagai Bertindak sesuai dengan norma-norma dan etika sosial maupun organisasi dalam melaksanakan bisnis baik internal maupun eksternal. Definisi lain menyebutkan integrity implies honesty, fairness, ethics, and moral character.” Terkadang disebut juga sebagai “adherence to moral and ethical principles; soundness of moral character; honesty.” Banyak definisi berkaitan dengan integritas umumnya dikaitkan dengan norma, etika, kejujuran, moral, prinsip, pedoman dan karakter.

Dalam bahasa lain sering pula integritas ini dikaitkan dengan satunya niat, pikiran, perkataan dan perbuatan. Hal itu dilihat dalam suatu kesatuan, terintegrasi. Niat tentu sulit kita ukur, namun pikiran, perkataan dan perbuatan masih memungkinkan untuk dilakukan pengukuran maupun penilain.

Kembali ke tema diatas, bagaimana kita menilai integritas? Menurut hemat penulis setidaknya penilaian tentang integritas melibatkan dua hal utama yaitu konsistensi dan track record. Konsistensi mengandung arti ketaatan asas, berpegangnya seseorang pada suatu pedoman tertentu, bertindak sesuai dengan garis-garis nilai yang ia yakini. Beberapa tes dalam bidang psikologi mencoba menilai konsistensi ini melalui perangkat pemeriksaan tertentu. Konsistensi merupakan dasar terpenting untuk menilai apakah seseorang secara ajeg berpegang pada nilai tertentu yang terefleksi dalam bentuk perilaku yang relatif konstan jika menghadapi suatu situasi yang sama.

Penilaian integritas berikutnya dapat dilakukan dengan cara menelusuri track record seseorang. Setidaknya hal ini bisa dilakukan dengan tiga cara, menelusuri riwayat hidup secara komprehensif, mencari informasi dari significant person dan melakukan depth interview. Melalui cara-cara ini kita dapat mengetahui secara mendalam bagaimana perjalanan hidup seseorang, mengetahui latar belakang dirinya, prinsip-prinsip hidupnya dan perilakunya. Perjalanan waktu akan membuktikan apakah seseorang itu jujur, memiliki etika, berpegang pada prinsip, berpedoman pada aturan dan memiliki karakter yang baik.

Jadi sesungguhnya integritas dapat dinilai melalui hal-hal tersebut diatas. Untuk pekerjaan dan jabatan yang sangat berhubungan dengan kepentingan publik, seperti politisi dan pejabat publik, penilaian integritas mutlak harus dilakukan.

Selasa, 03 Mei 2011

BUKAN LOYALITAS TAPI KOMITMEN

Judul tulisan diatas sejatinya penulis peroleh dari seorang Direktur SDM sebuah maskapai penerbangan ternama. Direktur tersebut menyampaikan kata-kata tersebut saat diundang dalam sebuah sesi sharing tentang pengelolaan SDM untuk mendukung kinerja perusahaan.

Loyalitas merujuk pada kesetiaan terhadap seseorang atau terhadap suatu lembaga. Sedangkan komitmen lebih pada kesediaan untuk melaksanakan apa yang sudah disepakati. Komitmen lebih merujuk pada kesungguhan untuk mencapai kinerja sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

Untuk mencari pekerja profesional yang dibutuhkan adalah komitmen bukan loyalitas. Seorang pekerja profesional harus bersungguh-sungguh terhadap apa yang sudah disepakati, bertekad untuk memenuhi bahkan melampaui target kinerjanya, senantiasa memperhatikan rencana kerja dan berusaha memberikan yang terbaik dimana pun ia bekerja.

Seorang profesional harus memiliki komitmen. Hal tersebut lebih dari sekedar loyalitas, lebih dari sekedar setia terhadap organisasi, lebih dari sekedar patuh terhadap seseorang. Loyalitas sangat kental dengan emosi dan ideologi. Sementara sebuah perusahaan yang mengelola bisnis lebih sarat dengan aspek rasio, sering sekali tidak berurusan dengan ideologi, perusahaan lebih terikat pada aspek logis untuk memenuhi tujuan bisnisnya.

Profesional yang bekerja pada suatu perusahaan lebih peduli pada kepentingan bisnis. Harus logis dalam bertindak, mengedepankan rasio meskipun tidak mengabaikan sama sekali aspek emosi, namun tindakannya lebih mengutamakan logika dan rasio. Walaupun terkadang kita sering mendengar istilah insting bisnis, intuisi bisnis atau naluri bisnis, namun jika dikaji lebih lanjut istilah insting, intuisi dan naluri sebetulnya pun tetap menggunakan logika dan akal sehat pada saat harus diimplementasikan.

Jika loyalitas kental dengan aspek ideologi dan emosi, maka komitmen lebih mengedepakan logika dan rasio. Logika artinya dapat dijelaskan secara runtut dan rasio adalah akal sehat atau dapat diterima secara akal/masuk diakal. Meskipun kita pahami dalam praktiknya terjadi bauran antara rasio dan emosi, namun loyalitas lebih menekankan pada aspek emosi, sedangkan komitmen selain emosi diperkuat oleh sifat logis dan rasionalnya.

Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa para profesional sering berpindah perusahaan atau organisasi. Karena hal tersebut bukanlah hal yang tabu, mereka profesional, mereka memiliki komitmen terhadap tugas-tugasnya. Setia terhadap satu organisasi atau perusahaan seumur hidup bukan menjadi orientasi kaum profesional. Mereka lebih kepada berkomitmen untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang diperjanjikan.

Minggu, 27 Maret 2011

WIN-WIN SOLUTION

Pernahkan anda mendengar istilah Win-Win Solution? Atau pernah mengalami situasi seperti itu? Istilah ini umum terjadi saat kita bernegosiasi atau saat kita menghadapi situasi konflik. Win-win solution secara sederhana dapat diartikan suatu situasi dimana para pihak (umumnya dua pihak) memperoleh keuntungan dan atau kerugian yang relatif seimbang saat memutuskan suatu permasalahan yang melibatkan kepentingan para pihak tersebut.

Dalam situasi bisnis, politik maupun sosial sering kita dihadapkan pada benturan kepentingan dengan pihak lain. Situasi ini terkadang sulit diselesaikan bahkan kemudian tidak jarang yang harus dilanjutkan dalam jalur hukum. Berlarut-larutnya penyelesaian konflik dan tidak tuntasnya negosiasi sering sekali berpangkal pada egoisme para pihak sendiri yang hanya melihat kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan pihak lain.

Ketidakjujuran dan ketidakterbukaan merupakan faktor lain yang turut menyuburkan konflik dan menghambat proses negosiasi. Melihat permasalahan dari perspektif yang tunggal atau dari satu sisi saja turut memperkeruh penyelesaian suatu konflik. Keengganan melihat permasalahan secara menyeluruh dengan turut mempertimbangkan perspektif phak lain membuat penyelesaian konflik sulit tercapai.

Keinginan untuk menang sendiri turut menyumbang kegagalan sebuah negosiasi. Tidak memberikan kesempatan pihak lawan untuk memperoleh secara objektif dan adil apa yang menjadi tuntutannya merupakan hambatan terhadap penyelesaian suatu konflik.

Seorang pakar dalam bidang manajemen, perilaku organisasi dan komunikasi – Michael LeBoeuf, Ph.D – mengatakan jika orang hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan dengan tidak memperdulikan kepentingan apapun dari pihak lain maka situasi ini biasanya akan menghasilkan perang, perceraian, tuntutan hukum, sakit hati, hilangnya pelanggan dan berakhirnya suatu hubungan bisnis. Ia menyebutkan perlunya pendekatan win-win solution, yaitu bekerja dengan pihak lain untuk menemukan solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak.

Michael LeBoeuf, Ph.D, menganjurkan beberapa cara untuk melakukan pendekatan win-win solution dalam rangka menyelesaikan konflik secara konstruktif, sebagai berikut :

  1. Anda harus fokus terhadap tujuan yang ingin anda capai. Anda harus yakin terhadap apa yang akan anda putuskan. Seperti menetapkan keuntungan yang ingin anda raih, mendapatkan harga yang murah dari pemasok atau meluaskan pangsa pasar.
  2. Anda harus bisa mengendalikan emosi dengan cara meredakan emosi dari masalah yang dihadapi. Cobalah berpikir anda sebagai pihak ketiga yang sedang mengamati dua pihak lain yang berkonflik. Jangan terseret emosi dan amatilah masalah tersebut dengan objektif.
  3. Anda harus memahamai betul tugas anda dan lakukan tugas tersebut. Cari tahu apa yang diinginkan pihak lain. Konflik terjadi karena orang memiliki kepentingan lain dan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Letakkkan diri anda di posisi yang berbeda. Pahamilah posisi mereka dan coba rasakan jika anda menjadi mereka.
  4. Fokuslah pada masalahnya bukan pada orangnya. Jangan bertindak defensif atau menjadi emosional. Berkomunikasilah dengan cara yang hangat dan tidak mengvonis. Jangan tergesa-gesa menuju solusi, jangan menyela atau menantang, ciptakan posisi interaksi yang positif.
  5. Setelah memahami posisi masing-masing lalukan pertukaran pendapat dan gagasan. Jangan langsung mengevaluasi gagasan atau pendapat orang lain, catat saja dan renungkan. Secara bertahap buat solusi semakin mengerucut, ingat : lakukanlah secara bertahap, tidak melompat dan jangan tergesa-gesa.
  6. Pada saat sampai pada solusi yang memuaskan, sepakati dan terjemahkan kedalam tindakan. Jangan bersikap untuk berupaya mendapatkan semua yang kita inginkan. Berikan secara adil apa yang menjadi bagian pihak lain. Kita harus dapat mempertahankan jalinan hubungan yang harmonis dan ciptakan situasi agar semua pihak yang terlibat perundingan keluar dengan situasi yang nyaman. Jika ada hal-hal prinsip tentang kesepakatan maka hal tersebut perlu dituangkan secara tertulis dan ditandatangani para pihak.

Inti pendekatakan win-win solution adalah adalah adanya sebuah solusi yang memuaskan semua pihak, bukan kemenangan satu pihak, atau kemenangan semu. Semua pihak harus mendapat keuntungan atau kerugian yang proporsional sesuai dengan posisi objektif para pihak yang terlibat.

Menutup tulisan ini layak kutip sebuah pandangan dari pakar manajemen dan pengembangan kepribadian Robert E. Dittmer, yaitu :

“Keputusan mufakat hampir selalu menghasilkan keputusan yang bermutu lebih bagus serta penerimaan dan pelaksanaan kelompok dengan segera.”

Selasa, 01 Maret 2011

PERFORMANCE & HEALTH

Pada tanggal 15-16 Februari 2011 yang lalu penulis berkesempatan mengikuti kegiatan Asia Transformation Leaders' Forum di The Capella Hotel Singapore. Kegiatan ini diikuti oleh para eksekutif perusahaan dari Asia Pasifik dengan fasilitator program oleh Mc Kinsey.

Banyak isu menarik tentang pengelolaan perusahaan khususnya yang berkaitan dengan transformasi dibahas didalam forum ini. Salah satunya adalah kaitan kinerja dengan kesehatan perusahaan (Performance and Health). Perusahaan yang sehat merupakan prasyarat mutlak untuk menghasilkan perusahaan yang berkinerja tinggi. Tidak jauh dengan manusia, manusia dapat berkarya dan berprestasi apabila memiliki kesehatan yang prima baik secara mental maupun fisik.

Sir William Castell, Chairman Wellcome Trust, menyebutkan dengan jelas bagaimana ciri organisasi yang sehat, sebagai berikut :

"Healthy organization get things done quicker, better, and with more impact than unheatlhy ones."

Dalam pemahaman diatas organisasi yang sehat adalah organisasi yang mampu bergerak cepat melebihi yang lainnya, mampu melakukan hal-hal yang lebih baik dibandingkan rata-rata organisasi lainnya dan memberikan dampak yang jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan organisasi yang tidak sehat. Inilah ciri-ciri organisasi yang sehat.

Untuk membangun kesuksesan jangka panjang organisasi haruslah sehat. Kesuksesan jangka panjang dimulai dengan kesuksesan dalam jangkan pendek. Dan ini berarti dalam situasi apapun organisasi haruslah sehat. Jika sedikit mengalami sakit harus segera diobati bahkan sebelum diobati harus ada upaya pencegahan. N.R Narayan Murthy, Chairman and Chief Mentor dari Infoys Technologies menyebutkan "you need to create organizational DNA for long-term success. And that's what enables you to perform in the short-term."

Untuk mendapatkan pemahaman secara lebih jelas ciri-ciri organisasi yang sehat dan mampu memberikan kinerja yang tinggi, dapat dilihat dari 9 ciri-ciri sebagai berikut :

1. Direction
Adanya suatu pemahaman yang jelas kemana organisasi akan menuju dan bagaimana hal ini dipahami oleh seluruh anggota organisasi.

2. Leadership
Adanya kepemimpinan yang mampu menginspirasi orang lain.

3. Culture and Climate
Berbagi keyakinan dan kualitas interaksi yang intens dari berbagai unit yang ada.

4. Accountability
Setiap orang memahami apa yang diharapkan dari diri mereka, memiliki cukup kewenangan dan mengambil tanggung jawab untuk melakukan tindakan.

5. Coordination and Control
Adanya kemampuan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dan resiko serta kemampuan untuk mengantisipasi isu dan menangkap peluang yang muncul.

6. Capability
Tersedianya keahlian dan talenta yang dibutuhkan untuk mengeksekusi strategi dan memunculkan suatu competitive adavantage.

7. Motivation
Adanya antusiasme yang mendorong karyawan untuk bekerja secara maksimal dan menghasilkan kinerja tinggi.

8. External Orientation
Adanya kualitas yang tinggi dalam interkasinya dengan customer, suppliers, mitra dan eksternal stakeholder untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai.

9. Innovation and Learning.
Adanya kualitas dan aliran ide-ide baru serta kapasitas untuk mengadaptasi kemampuan organisasi dalam mengahadapi berbagai perkembangan yang ada.

Sudahkan organisasi kita memilik syarat-syarat kesehatan diatas?


Rabu, 02 Februari 2011

THE MAIN THINGS

The main things which seem to me important on their own account and merely as a means to other things are knowledge, art, instinctive happiness, and relations of friendship or affection.

(Bertrand Russel, British philosopher, 1872 – 1970)

Jumat, 07 Januari 2011

NEVER GIVE IN

Never give in,
never give in
never, never, never, never
in nothing great or small,
large or petty -
never give in ...

(Winston Churchill, British statesman, 1874-1965)

Kamis, 06 Januari 2011

BECOME AN EFFECTIVE LISTENER

  1. Looking at the person talking to you.
  2. Jotting things down if you are liable to forget.
  3. Asking question if you don’t understand.
  4. Reflecting back on what has been said to ensure you heard correctly.

DEVELOPING A POSITIVE APPROACH

A positive approach is areal asset. Some people can instinctively push unpleasant thoughts out of their mind, while others dwell on the negative. The key is to try to focus more and more on the good rather than the bad.

Attitude is something which other people notice and management comment upon, so build up a positive attitude by practising the following techniques :

  • Practice being positive

Try to focus one aspect of your job at a time. By starting to make positive thoughts a habit it will be only a matter of time before you begin to reap rewards from your new attitude.

  • Talk about positive things at work

A negative attitude winds up some people and is not appreciated by others. You colleagues will regard you as a negative person if you moan constantly abou the bad aspects of tour job.

  • Search for the ‘good’ in others

Everyone has positive features and attributes, so look for these, and spread the good word about others. Think nice thoutghs about people and it is far more likely that this will be reflected in others.

  • Focus on what you like about your job and company

is it the people, place, location, environment, culture, policies, or product? Begin to be proud of what you do and who you work for.

  • Don’t let others distract you

Try to avoid letting other people’s negative thoughts affect you. Accept that you can only change yourself; if other people want to be negative, let them. At least then there is room for people to see the difference between you. Above all, preserve your own positive attitude.

(by Sarah Berry).

SEPUTAR PERANG BAKONGAN ACEH

Dikutip dari tulisan Lila Banguna

Teuku Raja Angkasah

Sejak tahun 1905 di wilayah Bakongan telah terjadi perlawanan Rambong Seunubok Keuranji. Perlawanan tersebut hanyalah merupakan lanjutan dari perlawanan pada masa-masa sebelumnya. Serdadu Belanda yang ditugaskan ke wilayah Bakongan banyak yang meneteskan air mata lebih dahulu sebelum berangkat kesana, karena harapan untuk kembali dari sana sangatlah tipis. Teuku Raja Angkasah juga melibatkan diri dalam pertempuran di Rambong Seunubok Keuranji. Dalam pertempuran di tahun 1925 tersebut pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan Donner dan sersan marsose Wongsokarijo mengalami kekalahan. Pada malam itu tanggal 12 Agustus 1925, yakni di kampung Rambong dekat Sibadeh, pasukan Letnan Donner diserbu oleh para pejuang. Akibat serangan tersebut Letnan Donner dan sersan Wongsokarijo tewas di cencang oleh para pejuang Aceh, dan 39 orang anak buah nya juga gugur dalam pertempuran di malam itu.

Beberapa tahun kemudian kembali terjadi pertempuran di hutan Rambong dekat Kampung Drien. Pada tengah malam tanggal 23 Oktober 1925 pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan J. Wiarda diserbu oleh pasukan Teuku raja Angkasah, pasukan Belanda dapat diporak-porandakan dengan menderita kerugian 2 orang tewas, 3 orang luka parah dan 7 orang luka ringan. Sedangkan 4 karaben milik Belanda berhasil dibawa kabur oleh Teuku Raja Angkasah dan pasukannya. Tetapi pada tanggal 10 November 1925, dalam pertempuran di Seunubok Keuranji. Teuku Raja Angkasah berhasil ditembak oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan W.A.M. Molenaar. Sehingga Teuku Raja Angkasah menemui syahid nya dan dimakamkan di pedalaman hutan Seunubok Keuranji, Buket Gadeng. Setelah beliau meninggal perlawanan semakin membara yang dilanjutkan oleh Teuku Maulud dan Teuku Cut Ali yang dibantu oleh Teuku Nago dan panglima Raja Lela.

  1. Teuku Maulud.

Beliau lah yang berhasil mempengaruhi Teuku Cut Ali untuk berjuang melawan melawan Belanda. Pada tanggal 1 Maret 1926 sebuah brigade infanteri marsose Belanda dari Singkil yang dipimpin oleh Sersan Gruneveld membuat bivak atau camp pertahanan di kampung Gunung Kapho ( Trumon ). pagar bivak tidak sempurna yang mana penjagaan nya terdiri dari dua buah pos dan tidak dijaga pula dengan prasangka bahwa daerah tersebut sedikit banyaknya tidak kacau. Suatu siang Teuku Maulud menyuruh salah seorang kepercayaan nya yang bernama Pang Paneuk dengan berpakaian seperti seorang nelayan melakukan pengintaian terhadap bivak Belanda di kampung Gunung Kapho. Malam harinya , kira-kira jam 22.00 WIB. Pasukan Belanda diserbu oleh pasukan Teuku Maulud yang diperkirakan berkekuatan 30 0rang bersenjatakan pedang dan kelewang. Akibat serangan tersebut pasukan Belanda yang dipimpin oleh sersan Gruneveld kehilangan 9 orang prajurit (tewas), 7 orang luka parah dan 2 orang marsose luka ringan. Teuku Maulud dan pasukannya berhasil merampas 16 pucuk karaben ( senanpan) milik Belanda. Sedangkan di pihak pejuang Aceh, 2 orang gugur sebagai syuhada. Tak lama setelah kemenangan ini Teuku Cut Ali pun menggabung kan diri dengan Teuku Maulud.

Pada tanggal 20 Maret 1926 pasukan Belanda yang terdiri dari Divisi 5 Marsose menyerang pertahanan pasukan Teuku Maulud di daerah Krueng Batee (Trumon), pasukan ini dipimpin oleh kapten Snell dan kapten J. Paris. Dalam pertempuran tersebut Teuku Maulud, Teuku Itam, Pang Paneuk serta 13 orang pejuang Aceh lainnya gugur sebagai syuhada. Dan 9 karaben yang hilang ketika pasukan sersan Gruneveld diserbu dapat direbut kembali oleh Belanda. Setelah Teuku Maulud meninggal perjuangan dilanjutkan oleh Teuku Cut Ali dengan dibantu oleh Teuku Nago dan Panglima Raja Lela ( Meulela ).

Panglima Raja Lela

Tadi diatas sudah disebutkan, bahwa Teuku Maulud menemui syahid nya setelah ditembak oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh kapten Snell dan kapten J. Paris. Kapten J. Paris lahir pada tahun 1889 di nieuwer Amstel. Pada tanggal 3 April 1926, para pejuang yang dipimpin oleh panglima Raja Lela melakukan serangan terhadap pasukan Belanda yang dipimpin oleh kapten J. Paris. Pada saat itu kapten J. Paris dan pasukannya dari brigade 9 divisi 5 marsose mendapatkan tugas ke daerah yang berawa-rawa dekat kampung Krueng Leumbang ( ditepi sungai Kluet antara kampung Sapek dan kampung Drien ). Ketika itulah pasukan nya mendapat serangan mendadak dari pasukan panglima Raja Lela. Menurut cerita kapten Paris selain fasih berbahasa Aceh juga memiliki ilmu kebal ( Kebal Intan ). Sehingga setelah bertempur sehari semalam, Panglima Raja Lela berhasil mengetahui kelemahan kapten Paris. Dalam perkelahian satu lawan satu, panglima Raja Lela pun menewaskan Kapten J. Paris. Tetapi sungguh malang karena Panglima Raja Lela kemudian tewas ditembak oleh anak buah kapten J. Paris. Dalam pertempuran tersebut dipihak Belanda 18 orang serdadu tewas. Sedangkan di pihak pejuang Aceh sebanyak 21 orang meninggal sebagai syuhada.

Teuku Nago

Selain panglima Raja Lela, Teuku Nago juga merupakan salah satu panglima perang Teuku Cut Ali. Yang selalu setia menyertai kemana pun Teuku Cut Ali pergi. Pada tanggal 10 Agustus 1926, pasukan Belanda yang dipimpin oleh kapten Bahrens letnan W.A.M. Molenaar membuat kemah di perkarangan sekolah di kampung Teurbangan Rayeuk. Sebelumnya beberapa tahun yang lalu letnan Molenaar berhasil menembak Teuku Raja Angkasah hingga syahid di Seunubok Keuranji. Pada jam setengah empat pagi, pasukan Belanda yang berkemah dikampung Teurbangan Rayeuk di serbu oleh pasukan Teuku Nago. Kapten Bahrens yang bersenjatakan kelewang dan Molenaar tanpa bersenjata apa-apa keluar dari kemah mereka dalam keadaan gelap. Seorang anggota pasukan Teuku Nago berhasil menewaskan Molenaar dengan rencongnya dan melukai 3 orang marsose lainnya. Sedangkan dipihak Teuku Nago 3 orang pejuang gugur sebagai syuhada.

Pada tanggal 25 Mei 1927, terjadi pertempuran seru di pedalaman hutan Alu Burang, dalam pertempuran tersebut pasukan Belanda yang dipimpin oleh kapten Gosenson berhasil menewaskan Teuku Nago, pada waktu yang bersamaan gugur pula Teuku Cut Ali, dan Imum Sabi. Selain itu istri Teuku Cut Ali yang bernama Fatimah juga meninggal bersama pembantunya yang juga seorang wanita.

Imum Sabi

Pada tanggal 2 Mei 1927, Teuku Cut Ali memerintah kan Imum Sabi untuk melakukan penyerangan terhadap bivak Belanda yang berada di Meungamat yang ada di Kluet Utara. Pasukan Belanda yang membuat bivak pertahanan di lembah Meungamat dipimpin oleh letnan F. Harting. Pasukan Aceh yang menyerbu Belanda pada malam itu berkekuatan 44 orang. Tengah malam kira-kira jam setengah empat pagi pasukan Imum Sabi sudah mengepung bivak Belanda. Imum Sabi selanjutnya memerintahkan 7 orang anggotanya untuk menyusup lebih dulu kedalam bivak, tetapi sayang ketujuh pejuang tersebut gugur sebagai syuhada.

Pada malam itu komandan brigade letnan F. Harting terbangun karena dikejutkan oleh letusan karaben, ia berhasil mengelak ketika salah seorang anak buah Imum Sabi mengayunkan kelewang kepadanya. Hampir saja letnan Harting tewas sekira tidak ditolong oleh kopral Lumantouw dan marsose Wewengkang dari Ambon. Dari pihak Belanda menderita kerugian sebanyak 9 orang serdadu terluka parah. Sedangkan dari pihak pejuang Aceh 7 orang gugur sebagai syuhada. Dan tiga orang pejuang menderita luka tembak, termasuk Imum Sabi. Tetapi Imum Sabi dan pengikutnya berhasil meloloskan diri didalam kegelapan malam. Imum Sabi mendapatkan tembakan peluru di dada di atas jantung yang tembus kebelakang punggung. Tetapi dengan kekuasaan Allah SWT, Imum Sabi masih bisa bertahan. Luka nya kemudian di obati dengan bubur lumpur. Lobang peluru dibagian dadanya sudah sembuh, tetapi pada bagian belakang (punggung) belum sembuh. Ia lalu mengayam sebuah keranjang rotan kecil yang cocok untuk luka dipunggungnya, yang digantungnya dengan tali-tali rotan tipis.

Walaupun begitu keadaan lukanya, namun tidak pula menghambat perjuangan Imum Sabi bersama Teuku Cut Ali dan Teuku Nago untuk melawan Belanda. Sampai beliau kemudian menemui syahid di pedalaman hutan Alu Burang bersama Teuku Cut Ali dan Teuku Nago, setelah berperang dengan pasukan Belanda yang dipimpin kapten Gosenson pada tanggal 25 Mei 1927.

Teuku Cut Ali

Teuku Cut Ali diperkirakan lahir pada tahun 1885, menurut riwayat beliau berasal dari daerah Trumon (berdasarkan catatan Zentgraaff ). Ketika melakukan perlawanan di tahun 1926 diperkirakan beliau berumur sekitar 41 tahun. Dan ketika syahid di pedalaman hutan Alu Burang, usia Teuku Cut Ali sekitar 42 tahun. Seperti yang telah disebutkan diatas, Teuku Cut Ali dan Teuku Raja Angkasah adalah panglima perang dan rekan seperjuangan dari Teuku Ben Mahmud Blangpidie yang pada akhir perjuangan nya dibuang ke Ambon. Selain Teuku Cut Ali dan Teuku Raja Angkasah. Teuku Peukan Manggeng, Sidi Rajab dan Haji Yahya adalah rekan seperjuangan dari Teuku Ben Mahmud juga, bedanya Teuku Peukan Manggeng dan kedua temannya tersebut berjuang di daerah Barat Daya dan sekitarnya. Teuku Cut Ali pernah juga berdamai bersama Teuku Ben Mahmud pada tahun 1908.

Pada waktu kapten Veltman pindah dari Tapak Tuan, Teuku Cut Ali pulang ke Trumon. Tetapi nasib buruk menimpa dirinya. Pada suatu hari, Teuku Cut Ali diberi malu oleh uleebalang yang diangkat Belanda dihadapan umum mengenai suatu hal yang pernah dilakukannya dua puluh tahun yang lalu. Akibatnya dia pun mulai memberontak dan angkat senjata lagi. Maka bersahabatlah dia dengan Teuku Maulod dan setelah gugur Teuku Maulod akibat peluru anggota pasukan kapten Snell tanggal 20 Maret 1926 di kampung Krueng Batee, Teuku Cut Ali menjadi pemimpin perlawanan yang bersemangat.

Pada tanggal 7 Maret 1926 brigade divisi 4 dan 5 dengan kekuatan yang sangat besar bergerak ke Trumon. Pasukan ini dipimpin oleh kapten Snell, yang selanjutnya membagi pasukannya menjadi beberapa patroli. Patroli yang dipimpin oleh letnan A.K.V. Heerde memergoki pasukan Teuku Cut Ali di Alue Laton di pucok Bakongan, dalam pertempuran tersebut letnan Heerde mendapat tetakan dan luka di lututnya tetapi berhasil diselamatkan oleh sersan marsose Kaligis. Sedangkan satu orang marsose tewas. Sementara itu 5 keraben yang hilang berhasil direbut kembali. Di pihak Aceh 6 orang gugur sebagai syuhada. Pada waktu itu Teuku Cut Ali sakit dan harus mendapatkan perawatan di Krueng Batee selama beberapa waktu, sementara pasukannya kembali ke Trumon.

Beberapa hari kemudian tepatnya pada tanggal 15 April 1926, pasukan Teuku Cut Ali menyerang brigade marsose yang dipimpin oleh sersan Pontoh di Ujong Pulo Rayek. Dalam serangan tersebut 4 orang marsose mengalami luka parah dan 4 orang lainnya luka ringan. Sedangkan dipihak pejuang Aceh 11 orang gugur menjadi syuhada. Pada tanggal 18 Mei 1926 pasukan Teuku Cut Ali kembali melakukan penyerangan terhadap pasukan marsose Belanda yang dipimpin oleh letnan H.J.M. Klaar di kampung Leumbang. Dalam pertempuran tersebut letnan Klaar hampir tewas disabet kelawang pasukan Teuku Cut Ali, tetapi untungnya berhasil diselamatkan oleh marsose Sarewating. Dipihak Belanda tewas 2 orang dan 7 orang mengalami luka parah, sedangkan di pihak pejuang Aceh 6 orang gugur sebagai kusuma bangsa.

Dalam merekrut para pejuang, Teuku Cut Ali tidak hanya memilih pejuang yang muda-muda saja yang masih berdarah perang saja, tetapi juga merekrut para pejuang yang berpengalaman tempur walaupun sudah setengah baya. Suatu undang-undang yang tidak tertulis menentukan, bahwa seorang tokoh yang membentuk kelompok perjuangan harus melakukan percobaan dan seleksi agar memperoleh hasil yang memuaskan. Cut Ali tidak menginginkan pejuang amatir yang kali ini ikut bertempur tetapi lain kali memihak kompeni Belanda. Perjuangan dijalan Allah adalah sesuatu yang indah sekali, untuk mereka yang syahid akan memperoleh surga dan kehormatan yang tinggi sekali serta bidadari yang menunggu di pintu surga. Penduduk kampung yang tidak ikut bertempur juga turut membantu pasukan Teuku Cut Ali dengan memberikan bantuan sumbangan uang dan makanan. Ketika seseorang sudah menyatakan siap bertempur melawan Belanda maka dia harus memutuskan segala hubungannya dengan urusan keduniawian. Pada bulan Mei dan Juni 1926 banyak rakyat yang turut bergabung dengan perlawanan Teuku Cut Ali, meskipun setelah Teuku Cut Ali syahid, lebih-lebih para pemuda yang memiliki semangat tempur yang menyala. Dimana-mana selalu ada sekelompok pemuda yang bersenjatakan pedang dan kelewang menghadang brigade tentara Belanda. Menurut Zeentgraaff, Cut Ali adalah salah satu pahlawan yang dikagumi oleh pihak Belanda. Bahkan menurut sebuah kisah ada seorang kapten marsose Belanda yang mendirikan bivak di Ladang Rimba, begitu kecut dan takut setelah mendengar nama Cut Ali. Kapten yang pengecut itu tidak pernah melakukan patroli, bahkan untuk melindungi dirinya sang kapten membuat pagar berlapis tiga dengan barisan ranjau. Yang menjadi kenangan buruk bagi pihak Belanda.

Cut Ali menulis surat kepada sang kapten dan menantangnya supaya keluar dari bivak untuk berkelahi, surat-surat tersebut berulang kali dikirimkan dan sangat memalukan pihak Belanda. Seorang tentara marsose yang bernama Patilapessy pernah terlibat perkelahian satu lawan satu dengan pengikut Cut Ali. Tentara marsose tersebut mengayunkan pedangnya ke tubuh anggota pasukan Cut Ali. Tetapi dia kemudian tercengang dan terkejut karena pedang atau kelewang yang di ayunkannya tidak dapat melukai dan menembus tubuh pejuang tersebut.

Ketika letnan Molenaar tewas di Teurbangan akibat serangan pejuang yang dipimpin oleh Teuku Nago. Kapten Bahrens pun kembali ke pangkalannya dengan mengangkut mayat letnan Molenaar, maka tiba-tiba datang kepadanya seorang penduduk membawa surat Cut Ali yang didalamnya dikatakan oleh Teuku Cut Ali “saya berada disini bersama 80 orang, jika tuan tidak datang dengan paling sedikit 120 orang pasukan, lebih baik tuan tinggal dirumah saja” begitulah kira-kira isi surat itu. Pasukan Belanda nampaknya kurang senang dengan kapten Bahrens, dan Bahrens pun tidak menanggapi undangan tersebut.

Pada bulan Mei 1926, kapten Gosenson ditugaskan ke Bakongan dan ditempatkan kedalam pasukan yang dipimpin oleh kapten Bahrens yang juga menjabat sebagai komandan marsose Belanda di wilayah Kluet, Trumon di bagian selatan daerah Aceh. Kapten Gosenson kemudian berangkat ke Trumon dalam waktu yang cepat dia berhasil mendesak pasukan Teuku Cut Ali disana, selanjutnya Teuku Cut Ali dan sebagian pasukannya hijrah ke pedalaman Alu Burang yang ada di Kluet timur. Kapten Gosenson mendapatkan bantuan dari seorang penduduk yang berkhianat. Meskipun banyak pengikutnya yang menjadi syuhada ataupun ditangkap oleh Belanda. Namun Teuku Cut Ali tidak berkurang semangatnya didalam menggempur dan menyerang pasukan Belanda.

Penghujung bulan Mei kapten Gosenson memperoleh informasi dari mata-mata yang dikirimnya ke daerah Kandang Kluet utara. Seorang lelaki yang sedang menebang kayu di Kandang telah melihat sekelompok kecil orang-orang Aceh. Berita itu disampaikan nya jam 10 malam dan pada malam itu juga kapten Gosenson berangkat kedaerah itu sebelum jejak mereka hilang ( daerah yang dimaksudkan adalah Alu Burang ). Dini hari pasukan marsose telah berada di tempat orang melihat pasukan Teuku Cut Ali untuk terakhir kali, hujan yang sangat lebat baru saja turun dan Gosenson memerintahkan orang-orangnya supaya mereka meju secara perlahan-lahan, dengan harapan akan menemukan jejak atau petunjuk.

Dengan memberikan isyarat seraya meneliti jejak-jejak pada bahagian atas dan bawah alur-alur yang didalamnya masih terdapat bekas-bekas telapak kaki yang mulai memudar. Rupanya pasukan Teuku Cut Ali mencoba menyembunyikan jejak-jejak mereka yang sebenarnya dengan memalsukan jejak kaki dengan mendaki dan menuruni bukit-bukit, tetapi usaha ini tidak berhasil karena dijumpai lagi jejak dekat alur. Jejak-jejak itu berasal dari pasukan Teuku Cut Ali yang sengaja mereka tinggalkan untuk mencari perbekalan.

Jejak-jejak tersebut terus diikuti dan pada jam 12 tengah hari dijumpailah di dalam hutan sebuah pondok tempat perhentian ( istrirahat ) pasukan Teuku Cut Ali. Pasukan marsose sangat gembira, terutama karena bekas-bekasnya masih baru sekali. Itu berarti pasukan Teuku Cut Ali belum berapa jauh meninggalkan tempat itu. Sorenya dijumpai lagi tempat perhentian seperti itu dan pengejaran terus dilakukan sampai malam hari, marsose kemudian membuat bivak dibawah beberapa helai tenda. Kepada anggota pasukan, kapten Gosenson mengizinkan untuk memasak sedikit karena malam gelap sekali sehingga tidak akan terlihat kepulan asapnya di udara.

Keesokan harinya pengejaran dilanjutkan kembali dan lebih jauh lagi memasuki pedalam hutan. Tiba-tiba dari semak-semak sebuah ketinggian terlihatlah kebawah sebuah pemandangan indah tempat mengalir dua buah alur bersama dua buah pondok darurat. Untuk sampai kesana harus didaki lagi sebuah bukit yang curam, tetapi untuk ini harus ditunda sebentar sampai Gosenson menceritakan kepada anggota pasukannya secara terperinci tentang penyelesaian rencana selanjutnya.

Dengan hati-hati sekali diteliti semak-semak untuk mengetahui keadaan di pondok itu, dalam sebuah pondok terdapat seorang laki-laki dan wanita, dalam pondok lain tidak terlihat apa-apa. Cepat-cepat pasukan marsose menuruni lereng bukit, sehingga pada kedua sisi pondok tersebut terdapat beberapa orang marsose. Waktu menurun, sebuah batu terlepas dari tanah dan jatuh kedalam alur. Pada saat itu lah lelaki yang berada didalam pondok itu terkejut, dan segeralah pasukan marsose maju seraya melepaskan tembakan ke pasukan Teuku Cut Ali yang dapat dilihat. Kejadian itu hanya berlangsung dalam beberapa menit saja.

Kapten Gosenson turun kedalam alur untuk melihat kalau-kalau masih ada pasukan Teuku Cut Ali disana. Tanpa melihatnya, Gosenson melontasi seorang lawan yang menderita luka parah sedang bersembunyi dibelakang sebatang pohon kayu. Anggota pasukan Teuku Cut Ali yang terluka itu melihat sang perwira dan segera ia mengenal sebuah luka parut yang besar melintang dimukanya. Akan tetapi ketika ia akan mengayunkan kelewang dengan menggunakan semua tenaga terakhir yang ada padanya, seorang marsose berteriak kepada Gosenson: “ Tuan, awas ada orang dibelakang!” penyerang yang mengayunkan kelewangnya kearah Gosenson tersungkur ketanah dengan sebuah tembakan didadanya.

Setelah itu selesailah penyerangan itu: enam mayat terbaring ditanah, diantaranya dua wanita yang diangkat dari dalam air kedarat. Kapten Gosenson yakin diantara mayat itu ada mayat Teuku Cut Ali, apalagi diantara yang syahid itu terdapat Imum Sabi yang masih juga menggantungkan keranjang rotan kecil pada lobang luka dibelakangnya. Disamping itu pada tubuhnya didapati “ rencong pusaka”. Rencong itu besar bentuknya dan memakai gagang khusus. Juga terdapat mayat seorang lelaki yang diperkirakan sebagai Teuku Nago. Kedua wanita yang tewas itu diantara nya adalah istri Teuku Cut Ali yang bernama Fatimah dan seorang pembantunya. Disamping mayat-mayat itu bertengger seekor ayam betina dan seekor beruk kecil, binatang-binatang itu merupakan benda-benda bertuah milik Teuku Cut Ali dan istrinya.

Setelah itu pasukan marsose segera kembali kesalah satu kampung yang terdekat dengan membawa semua senjata milik pasukan Teuku Cut Ali yang syahid. Anggota-anggota marsose menangkap ayam dan membiarkan beruk yang berdiri didekat sebatang kayu. Tetapi beberapa menit kemudian binatang itu menghilang mencari kembali mayat tuannya. Senjata-senjata yang dibawa oleh pasukan marsose, diperlihatkan kepada penduduk kampung terdekat yang dicapai pada keesokan harinya dan setiap penduduk menerangkan, bahwa diantara senjata itu terdapat milik Teuku Cut Ali. Kapten Gosenson belum lagi senang dengan pernyataan ini. Penduduk kampung Kluet dan Meungamat yang semuanya berjumblah 110 orang diperintahkannya untuk pergi ketempat terjadinya pertempuran itu untuk mengenali mayat-mayat dan kemudian menguburkannya.

Begitulah lebih kurang 100 orang penduduk menuju ketempat itu. Dan lagi-lagi diperlukan sehari lamanya untuk sampai kesana, ditempat itu kemudian marsose mendirikan bivak. Lalu mengangkut mayat Teuku Cut Ali, diatas mayat itu bertengger seekor beruk kecil. Binatang ini pun kemudian dibawa kekampung dan diserahkan kepada pasukan marsose yang memperoleh ayam. Menurut cerita, kapten Gosenson kemudian memenggal kepala Teuku Cut Ali dan mengarak nya keliling kampung. Selanjutnya kepala Teuku Cut Ali dimakamkan di tepi sungai Kandang desa Suak Bakong Kandang Kluet Selatan. Begitulah Teuku Cut Ali gugur sebagai seorang yang syahid tanggal 25 Mei 1927. tubuh Teuku Cut Ali dimakam kan langsung di Alu Burang, sesuai dengan pengertian orang Aceh yang terhadap seorang yang syahid. Pasukan marsose dan penduduk menggali kuburan dan menulis nama Teuku Cut Ali pad batu nisannya ( pada batu nisan itu tertulis: “ Tjoet Ali gesneuveld 25 Mei 1927= Cut Ali tewas tanggal 25 Mei 1927 ).

Dalam pikiran orang-orang Aceh yang melihat pusara itu, pastilah timbul sesuatu yang tidak menyenangkan bagi pihak Belanda. Pusara itu tidak akan menjadi penghalang bagi pejuang Aceh untuk memulai lagi pertempuran esok harinya. Namun keadaan itu telah memberi pengalaman, bahwa kaphe Belanda bersama Marsose-marsosenya mengetahui apa yang menjadi hak seseorang yang mati syahid. Dan kompeni selalu ada dimana-mana.

Syahidnya Teuku Cut Ali dirimba Alu Burang tidak menyurutkan semangat pejuang Aceh yang lain untuk terus melakukan serangan terhadap pos atau bivak marsose Belanda yang ada diseluruh Aceh Selatan. Seperti pada Pada tanggal 11 Juni 1927 sisa pasukan Teuku Cut Ali menyerang bivak yang ada di Ladang Rimba. Hal ini membuktikan bahwa perlawanan terhadap marsose Belanda di pesisir pantai selatan tidak pernah mengendur. Pada tanggal 12 Juli 1927 pasukan Teuku Cut Ali kembali menyerang patroli marsose Belanda yang dipimpin oleh letnan P.W.O. Screuders di dekat kampung Ie Mirah, dalam penyerangan tersebut 1 orang pasukan marsose tewas dan 3 orang luka parah. Sedangkan di pihak pejuang Aceh, 9 orang gugur sebagai syuhada. Begitulah pasukan Teuku Cut Ali tidak jera-jera terus menyerang tentara marsose Belanda, sampai mereka angkat kaki dari tanah Serambi Mekkah ini. Dan hingga sekarangpun orang-orang yang kini sudah lanjut usianya masih menceritakan kisah Teuku Cut Ali dengan perasaan penuh hormat.

Sekarang Teuku Cut Ali beristirahat untuk selama-lamanya di pedalaman Alu Burang. Dipucuk-pucuk pohon yang rindang berhembus angin dengan damai, menidurkan Teuku Cut Ali tenang dalam pelukan rimba Kluet tercinta. Tanpa terasa sekarang sudah 80 tahun lamanya Teuku Cut Ali gugur di pedalaman hutan Alue Burang, yang meninggalkan kesan indah dan menjadi kebanggaan masyarakat Aceh selatan

by : Lila Banguna dikutip dari ababil.org

PROMOSI DAN PERKEMBANGAN KARIR

Apakah anda termasuk orang yang selalu mengaitkan perkembangan karir dengan promosi? Atau melihat promosi sama dan sebangun dengan perkembangan karir? Berapa banyak kita mendengar keluhan bahwa karir saya mandeg, tidak bergerak dan tidak prospektif karena sudah begitu lama tidak promosi? Kita juga mungkin pernah mendengar mereka yang sudah bekerja diberbagai posisi, kewenangannya sudah bertambah, kesejahteraannya sudah bertambah, namun merasa karirnya belum berkembang semata-mata karena mereka belum naik pangkat atau naik jabatan.

Apa makna karir sesungguhnya? Apa pula makna perkembangan karir? Dan apa pula yang dimaksud dengan promosi? Mari kita lihat pendapat George T. Milkovich dan John W. Boudreau dalam bukunya Human Resource Management yang sering dijadikan rujukan dalam manajemen SDM, sebagai berikut :

“A career is the evolving sequence of a person’s work experiences over time.”

“Career development encompasses Career Management and Career Planning. Career planning is the process individual employees identify and implement steps to attain career goals. Career management is the process through which organizations select, assess, assign, and develop employees to provide a pool of qualified people to meet future needs.”

Istilah promosi sendiri kurang begitu digunakan dalam kajian manajemen SDM. Istilah ini lebih sering digunakan dalam konteks marketing. Namun, promosi dalam kaitan manajemen SDM secara umum dapat diartikan sebagai suatu pergerakan karir secara vertikal dan dapat dikatakan pula sebagai naik pangkat atau naik jabatan. Dalam kenyataannya pergerakan karir tidak harus selalu secara vertikal bisa pula secara horisontal.

Kembali ke pertanyaan sebelumnya apakah seseorang yang tidak promosi berarti karirnya tidak berkembang? Padahal ia sudah mendapat beberapa kali penugasan, kewenangan dan kompetensinya bertambah atau kesejahteraannya sudah bertambah?

Jika kita mencermati arti tentang karir diatas yaitu meliputi seluruh pengalaman kerja yang dilalui oleh seorang individu dalam suatu kurun waktu dan kemudian melihat pengertian tentang pengembangan karir bahwa karir berkembang terkait dengan semakin bertambahnya kemampuan seseorang dalam bekerja agar senantiasa sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, maka promosi bukanlah satu-satunya indikasi untuk menilai bahwa karir sesorang berkembang.

Karir dapat dikatakan berkembang apabila kemampuan seseorang semakin meningkat, kewenangan meningkat, kesejahteraan meningkat dan yang paling penting nilai (value seseorang meningkat). Karir tidak bisa dikatakan tidak berkembang karena semata-mata anda tidak promosi, padahal dalam hal lain anda sudah berkembang. Anda baru dapat dikatakan mengalami kemandegan karir apabila kemampuan tidak meningkat, kewenangan tidak bertambah, tidak semakin sejahtera dan diri anda tidak mengalami peningkatan nilai.

Jika promosi dalam pengertian naik pangkat atau naik jabatan adalah satu-satunya indikator dalam perkembangan karir maka hal itu tidak sejalan dengan pemahaman pengembangan karir diatas. Bukankah organisasi itu umumnya bersifat piramida? Semakin keatas posisi semakin terbatas? Tidak mungkin semua yang ada dibawah naik semuanya keatas. Hanya sebagian kecil orang yang dapat meniti karirnya sampai dengan puncak piramida. Apakah mereka yang tidak mencapai puncak piramida dikatakan mengalami kegagalan dalam karir? Tentu tidak, karena hal ini menyalahi logika kehidupan organisasi. Mereka pun dapat berkembang karirnya tanpa harus mencapai puncak piramida. Mereka dapat dikatakan berkembang karirnya apabila mendapat berbagai kesempatan menjalani bidang penugasan atau mendapat pengayaan pengalaman kerja. Mereka dapat pula meningkat karirnya apabila kompetensi bertambah apakah penambahan dalam hal pengetahuan, keterampilan atau kemampuan “soft skill” nya. Karir juga dapat dikatakan berkembang apabila dalam bekerja anda semakin dihargai dengan semakin meningkatnya kesejahteraan anda.

Hal yang paling penting untuk tidak dilupakan adalah karir dapat juga dikatakan berkembang apabila anda mengalami peningkatan nilai. Ini adalah suatu kondisi yang lebih substansial, menyangkut aspek psikologis yang lebih mendalam. Hal ini bisa meliputi aspek kepuasan, engagement, connected dengan lingkungan kerja anda, kebanggaan akan organisasi dan status anda, dan suatu kondisi kebahagiaan yang tinggi apabila anda memperoleh kesempatan untuk berkontribusi secara optimal terhadap lingkungan kerja anda.

Jadi sudah saatnya kita merevisi pemahaman kita tentang promosi adalah satu-satunya indikator perkembangan karir. Karir anda dapat berkembang tanpa harus promosi. Meningkatnya kompetensi anda, bertambahnya pengalam kerja anda, meluasnya wewenang, semakin sejahtera dan semakin bernilai merupakan indikator lainnya bahwa karir anda pun sudah berkembang.

Menutup tulisan ini layak kita kutip ucapan dari Sally Hogshead seorang konsultan karir :

“You always have the power to reinvent your career. But with that power comes a significant responsibility : being accountable for your own success.”

Senin, 03 Januari 2011

THE MIND

The mind never need stop growing. Indeed, one of the few experiences which never pall is the experience of wacthing one’s own mind and how it produces new interest, responds to new stimuli, and develops new thoughts, apparently without effort and almost independently of one’s own conscious control.

(Gilbert Highet, Scottish-born American Classicist, 1906-1978)