Jumat, 29 Mei 2009

MENYUSURI JALAN KEDAMAIAN

Apa yang terlintas dibenak kita saat menyaksikan mayat Pemimpin Tamil Elam (LTTE) Velupillai Prabakharan terbujur kaku dikelilingi oleh Tentara Pemerintah Srilanka? Oleh Pemerintah Srilanka ia dianggap sebagai pemimpin teroris, pengacau negara. Namun, bagi sebagian besar orang Tamil ia dianggap sebagai pahlawan. Dimanakah letak batas antara pahlawan, teoris maupun pengkhianat? Secara praktis “kepentingan,” ya kepentingan itulah batasnya. Tetapi secara filosofis kemanusiaan-lah yang menjadi batasnya.

Bagaimana kita melihat saat Pangeran Paris dari Troy yang merebut Puteri Cantik Helena dari Athena? Atas nama cinta setelah itu terjadi perang yang hebat, membunuh-matikan ribuan prajurit dan rakyat. Diantaranya muncullah pahlawan Archilles dan Hector. Archilles yang merasakan takdir kehidupannya adalah untuk menaklukkan dan membunuh, tidak peduli dengan kepentingan kekuasaan, ambisinya adalah tercatat dalam sejarah sebagai singa pengaum kematian. Saat menjelang duel, Hector menawarkan aturan main pertarungan mereka, Archilles menafikan tidak pernah ada sejarah perjanjian antara manusia dengan singa, ya dia mengatakan dirinya sebagai singa yang tugasnya membunuh dan menaklukkan.

Akan halnya Hector pewaris Kerajaan Troy, seorang satria sejati yang menempuh jalan kematian secara jantan. Hector sangat mengetahui kedigjayaan Archilles dan ia bisa menghindari pertarungan dengan Archilles untuh mencari keselamatan, sesuai dengan anjuran istri Hector, sambil menimang bayi mereka ia penuh harap agar Hector menghindari pertarungan karena telah mengetahui tidak satu manusia pun yang dapat menaklukkan Singa Archilles. Tapi Hector adalah Ksatria Sejati yang bukan bertipe pengecut dan mengharamkan sikap untuk melarikan diri. Ia menerima tantangan Archilles, seorang singa yang tidak pernah terkalahkan, Hector menempuh jalan kematiannya dengan sikap Satria. Namun, kedua ksatria ini mengakhiri pertarungannya dengan sisi kemanusiaannya masing-masing. Mereka tercatat sebagai pahlawan untuk kelompoknya masing-masing.

Masih cukup banyak kisah pertempuran, pertarungan dan pertumpahan darah terjadi dijagad ini. Sejak Nabi Adam, yang dimulai oleh pembunuhan yang dilakukan putra Adam yaitu Qabil yang membunuh saudaranya Habil. Tidak salah di dalam kitab suci tersebut bahwa Malaikat mempertanyakan penciptaan makhluk manusia, sebagai makhluk yang senantiasa menumpahkan darah. Sejarah cinta, harta dan kekuasaan seringkali dipenuhi oleh pertumpahan darah. Semuanya dibungkus dengan semangat untuk membela harga diri, kepentingan, kekuasaan dan sekaligus syahwat.

Menyusuri jalan kedamaian merupakan antitesa dari dari jalan perusakan, jalan yang sekaligus mewartakan misi kemanusiaan untuk menaburkan rahmat bagi seantero alam. Menyusuri jalan kedamaian tiada lain adalah menyusuri jalan yang berbeda dengan egoisme, keserakahan dan penaklukan.

Menyusuri jalan kedamaian dimulai dengan hati yang damai. Pertama-tama kita harus berdamai dengan diri kita sendiri. Kita harus menolak benih kesekarahan yang ada dalam diri. Menolak keangkuhan dalam diri dan menolak sikap dengki dalam diri. Melihat hidup kita sebagai bagian kehidupan yang lebih luas. Apabila kita merusak kehidupan siapapun otomatis kita merusak kehidupan kita sendiri. Senandung kedamaian tersebut harus kita dendangkan terus didalam diri.

Filosofi Tat Twan Asi patut dijadikan pedoman, bahwa kehidupan kita adalah bagian dari kehidupan yang lainnya, demikian juga sebaliknya. Merusak kehidupan yang lain berarti merusak kehidupan diri kita sendiri.

Jadi, menyusuri jalan kedamaian bermula dari diri sendiri dan berakhir pula pada diri sendiri. Rangkaian perjalann ang ditempuh marupakan manifestasi dari apa yang sudah ditanamkan dalam diri dan ditentukan oleh orientasi akhir yang ingin dituju. Jika sikap damai sudah mengawali (ada dalam diri), dan orientasi adalah engakhiri hidup secara baik (husnul khotimah) maka perjalanan hdup pun menjadi perjalanan yang bermanfaat bagi kehidupan sekaligus bermanfaat bagi orang lain.

Apa yang terjadi pada Qabil, Habil, Velupillai Prabhakaran, Archilles, Hector dan ribuan, jutaan maupun milyaran manusia lainnya, baik mereka yang disebut pahlawan, pemberontak, pengkhianat maupun teroris, adalah suatu proses kehidupan yang senantiasa diwarnai oleh tesa dan antitesa terhadap kedamaian.

Sabtu, 23 Mei 2009

BERMIMPI JADI PRESIDEN

Hari ini aku letih banget. Seharian mengerjakan beberapa tugas dan menyelesaikan berbagai kewajibanku, cukup menyita enerji fisik dan mental. Sebagai seorang aktivis diorganisasi kemasyarakatan memang beban kerjaku cukup berat. Sepulang kantor aku tidak langsung kerumah tetapi menyempatkan diri bertemu dengan beberapa teman. Setelah itu baru pulang kerumah.

Sesampainya dirumah aku sempat melirik jam dinding menujukkan angka 11 lebih 40 menit malam hari. Aku segera berseka di kamar mandi dan sebelum tidur didahului oleh ritual membaca. Aku coba mengacak beberapa koran, berita politik, ekonomi dan kecelakaan mewarnai pemberitaan hari ini. Tentang Wikileaks, status keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, konflik Korea, berita bencana, banjir, masalah TKW dan sebagainya dan sebagainya.

Mataku mulai mengantuk namun aku terus membaca sambil memeriksa beberapa sms yang masuk ke hp-ku sepanjang hari ini. Ditengah rasa kantuk-ku aku terkaget karena ada ketukan pelan dipintu kamar. Aku segera bergegas membukakan pintu. Aku terkaget seorang berbadan tegap dengan sikap siap segera menghormat kepada diriku "lapor Bapak Presiden pejabat protokol kepresidenan ingin menghadap." Aku tidak sempat berpikir panjang hanya menjawab ya ya ya .......

Segera aku bergegas berganti baju dan menemui protokol kepresidenan yang sudah menunggu. Aku segera menghampirinya, ia melaporkan berbagai hal, menunjukkan beberapa jadwal yang harus aku ikuti disertai penegasan bahwa tiga hari lagi aku akan dilantik menjadi Presiden di depan Majelis Pemusyawaratan Rakyat. Aku mengangguk-angguk. Ia juga memberikan setumpuk berkas, map dan berbagai dokumen yang sebagian besar besar berisi usulan Menteri yang akan mengisi kabinet dari berbagai pihak.

Aku mulai memeriksa beberapa berkas, dalam berkas usulan untuk menjadi Menteri aku menemukan beberapa lembaran riwayat hidup. Ada beberapa profesor doktor, ada yang berpengalaman mengetuai berbagai organisasi, ada dari organisasi wanita yang menuntut 30% jatah menteri harus diisi oleh wanita, usulan dari berbagai kelompok etnis dan keagamaan.

Disela-sela memeriksa berkas, aku mendengar teriakan istriku "Pak .... Pak kok hp ku hang sih?" Seorang ajudan segera mendekat dan mematikan hp istri kemudian menghidupkan kembali ternyata ratusan sms masuk ke hp istri dan hampir semua berisi usulan untuk menjadi Menteri. Ada sms yang masuk dari teman arisan istri mengusulkan suaminya jadi Menteri, ada dari guru senam istri yang mengusulkan pamannya bisa jadi menteri, ada dari guru ngaji istri yang mengusulkan suaminya dapat jadi Menteri Agama. Ada sms dari tukang pijat yang mengusulkan agar kakaknya dapat dijadikan Lurah,. sms dari saudara, sms dari tukang sayur, sms dari tukang yang pernah memperbaiki rumah, sms dari berbagai teman sampai sms dari tukang kredit yang merasa pernah memberikan kredit. "Bu, masih kenal saya nggak? Ibu khan dulu pernah saya kasih kredit, nah sekarang khan Bapak udah jadi Presiden, tolongin dong bantuin saya cairin kredit dari Bank, nanti ibu saya kasih persenan dech, pasti bisa ya bu."

Ditengah-tengah membaca sms di hp istriku aku pun teringat hp ku, segera aku periksa, luar biasa banyak sekali sms tak terhitung jumlahnya. Aku mencoba membaca diantaranya, ada dari teman saat SMA, ada dari teman kerja, dari saudara, dari adiknya teman, dari teman adiknya saudara, dari tetangga dan salah satunya dari bekas atasanku. Bekas atasanku tersebut menulis "wah selamat ya Bapak sudah jadi Presiden." Aku kaget sejak kapan mantan atasanku ini memanggilku Bapak, biasanya ia memanggilku dengan seenaknya saja disertai berbagai instruksi dan sikap menyalah-nyalahkan tidak jarang dengan sikap marah-marah dan melecehkan, nah sekarang ia memanggilku Bapak ...................... hhhmmmmmmmm Bapak .... aku melanjutkan membaca sms-nya "Bapak sekarang sudah menjadi Presiden, saya bangga Bapak yang dulu pernah bekerja dengan saya dan berharap kerjasama tersebut bisa dilanjutkan, saya dulu sangat puas bisa kerjasama dengan Bapak, jika memungkinkan Bapak bisa menunjuk saya sebagai Menteri ........ dan saya akan bekerja sebaik mungkin, akan loyal dan siap membela kepentingan Bapak, seingat saya Bapak dulu adalah seorang yang sangat berprestasi dan saya yakin dengan dukungan saya Bapak akan dapat berprestasi sebagai presiden."

Aku tersenyum geli, ia menyebutkan aku berprestasi? Bukankah ia dulu suka melecehkan diriku, ternyata kekuasaan bisa mengubah seseorang. Aku terus memeriksa sejumlah sms. Satu sms dari seorang pejabat yang sangat terkenal. Aku pernah beberapa kali mencoba menghadapnya tetapi sangat sulit padahal aku ingin menyampaikan informasi yang sangat terkait dengan kepentingannya yang tidak mungkin aku titipkan kepada orang lain. Setelah berkali-kali aku mencoba mengajukan permohonan untuk bertemu, aku hanya berhasil bertemu sekretarisnya. Aku mencoba membaca sms-nya "Selamat untuk Bapak telah memperoleh mandat rakyat dan menjadi Presiden melalui pemilihan yang fantastis. Saya teringat pertemuan kita yang luar biasa beberapa waktu yang lalu (kapan ya aku ketemu dia). Saya gembira bertemu Bapak waktu itu. Saya sengaja mengalokasikan waktu khusus untuk Bapak. Bapak adalah prioritas saya, tidak salah dulu saya sudah mengenal Bapak dengan baik, saya teringat pertemuan kita yang sangat mengesankan saat itu (ngibul bener nih orang yaa). Saya ingin mengulang kembali pertemuan tersebut dalam waktu dekat ini, saya siap bertemu kapan pun, jam berapa pun. Kalau Bapak mengijinkan dengan rendah hati saya ingin bertemu Bapak besok. Saya siap Bapak tugaskan dalam bidang apapun di Kabinet yang Bapak bentuk."

Saat aku memeriksa sms, tiba-tiba aku teringat sosok seseorang yang sangat santun, berpendidikan tinggi namun rendah hati. Seorang sederhana namun memiliki pengalaman segudang. Seseorang yang menurutku nir-ambisi, tidak memiliki ambisi apapun. Banyak jabatan yang ia tolak padahal ia memiliki kompetensi yang sangat baik dan memiliki moralitas yang baik pula. Aku terkesima dengan pribadi ini, aku ingin ia masuk dalam kabinet untuk memegang pos kementerian utama. Aku mencoba memencet hp ku, berkali-kali aku pencet tidak ketemu, aku terus memencet ...... tiba-tiba aku mendengar suara teriakan istriku ........... "apa-an sih ini Pak, ngapain sih mencet-mencet jempolku" protes istriku. Aku segera terbangun ......... dan tersadar ...... ohh walah ternyata aku memencet jempol istriku yang tadi kukira hp.

Aku segera terbangun .............. tertawa geli ternyata aku bermimpi jadi presiden.
Hari telah pagi aku segera bergegas untuk mandi dan persiapan menuju kantorku di sebuah organisasi kemasyarakatan. Aku berharap suatu saat pada waktu Pemilihan Presiden dapat berlangsung secara demokratis.

NEOLIBERALISME DAN PRO RAKYAT

Neoliberalisme menjadi isu penting saat ini mengingat ada salah satu Calon Wakil Presiden yang dianggap oleh sejumlah kalangan menganut paham ini, meskipun yang bersangkutan sendiri membantah. Terlepas dari tuduhan dan bantahan itu sendiri, sesungguhnya apa yang dimaksud dengan istilah tersebut?

Neoliberalisme dalam berbagai pengertian dan tulisan sering diartikan sebagai sebuah paham ekonomi yang pro pasar dan mengesampingkan peran negara. Mekanisme pasar dibiarkan berlangsung secara alamiah dengan kapital sebagai soko gurunya. Pasar dibiarkan bekerja secara bebas tanpa intervensi apapun.

M. Dawam Rahardjo Ketua Dewan Pakar International NGO Forum on Indonesian Development menyebutkan dalam artikelnya yang bertajuk "Developmentalisme" bahwa Neoliberalisme memiliki pengertian yang kompleks. Ia menyebutkan bahwa Neoliberalisme mencerminkan kepentingan sepihak negara industri maju, khususnya Amerika Serikat, dalam mempertahankan hegemoni ekonominya. Dawan mengatakan bahwa konsep Developmentalisme sebagai kemistri ideologis antara kepentingan negara industri maju dan kepentingan elite politik dunia ketiga. Developmentalisme lebih tepat untuk menggambarkan realitas objektif haluan ekonomi negara dunia ketiga ketimbang neoliberalisme.

Menurut Dr. Tony Prasetyantono Dosen Fakultas Ekonomi UGM, mengatakan neoliberalisme awalnya muncul ketika negara Amerika Latin seperti Mexico dan Argentina terkena krisis pada tahun 1986. Hal itu terjadi lagi saat krisis ekonomi tahun 1994-1995 pada saat para ekonom Washington bersama IMF membuat rekomendasi yang kemudian muncul 10 pilar penanganan krisis. Dari 10 pilar itu lanjut Tony, diperas lagi menjadi 3 hal terpenting yakni kebijakan fiskal yang disiplin. Negara berkembang yang terkena krisis, defisit APBN tidak boleh lebih dari 2%. Kedua masalah privatisasi BUMN dan ketiga liberalisasi pasar atau market liberalisasi agar pasar bersih dari distorsi."Masalah BUMN ini kemudian yang dianggap menjual aset negara, padahal hal itu untuk nomboki. Dan kenyataannya banyak BUMN yang diganggu politisi untuk membiayai," kata Tony. Menurut Tony istilah yang dikenalkan oleh John Williamson atau dikenal dengan Washington Consensus itu kemudian menjadi sebuah jargon politik untuk melawan pro rakyat. "Sekarang ini neoliberal telah menjadi jargon politik," katanya.

Memang semua negara pada hakekatnya didirikan untuk mensejahterakan rakyatnya. Jalan untuk menuju kesejahteraan tersebut ditempuh dengan berbagai cara dengan berbagai paham pula. Munculah paham-paham seperti sosialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme dan kemudian muncul neososialisme dan neoliberalisme. Penulis tidak berpretensi untuk mengulas geneaologi dari paham-paham ini, tetapi ini setidaknya menunjukkan bahwa konsep untuk mensejahterakan rakyat bisa muncul dari berbagai macam paham maupun pendekatan.

Kembali ke soal neoliberalisme, yang sering secara ringkas digambarkan sebagai paham pro pasar. Pertanyaannya apakah paham pro pasar ini secara linier berseberangan ekstrim dengan kepentingan pro rakyat?

Kasus China, Rusia dan India menunjukkan bahwa tidak ada satu paham tunggal yang bisa diterapkan untuk mencapai kemakmuran rakyat. Bahkan Amerika Serikat sekalipun dengan kapitalisme dan liberalisme tetap menggunakan intervensi negara untuk menstabilkan ekonominya (seperti kasus dana talangan untuk mengatasi kredit macet).

Jadi sebuah paham atau ideologi, apapun namanya, sesungguhnya merupakan suatu cara atau suatu jalan yang tidak pernah seratus persen sempurna. Suatu paham adalah suatu cara untuk mencapai keseimbangan dan manakala terjadi ketidakseimbangan lagi diperlukan pendekatan lain yang barangkali berbeda dengan paham semula. Ini mirip dengan dengan siklus tesis-antitesis dan sintesis. Komunisme bisalah disebut sebagai reaksi atas kapitalisme. Sosialisme bisalah disebut sebagai reaksi atas liberalisme. Penggunaan istilah neo baik pada neososialisme maupun neoliberalisme seolah-olah menunjukkan penyempurnaan ideologi, namun dalam realitas hal tersebut sesungguhnya merupakan jalan tengah untuk bergerak dari titik ekstrim menuju titik lainnya tanpa meninggalkan fondasi ideologinya.

Mengacu pada hal tersebut, neoliberalisme sesungguhnya tidak se-ekstrim liberalisme, tetapi lebih pada penyesuaian liberalisme terhadap realitas sosial yang terjadi, namun tetap perlu diingat bahwa hal tersebut tidak berarti menanggalkan filosofi dasarnya yang berpihak pada pasar bebas. Namun, apabila dalam realitas sosial, penerapan pasar bebas belum memungkinkan maka peran negara dan lembaga tertentu dalam tingkat minimal diperlukan untuk mengendalikan pasar.

Jika neoliberalisme sebagai suatu paham liberal yang mencoba mentoleransi peran institusi dalam batas minimal apakah ini berarti ada ruang untuk pro rakyat? Disinilah letak kontroversinya. Disatu sisi peran minimal institusi itu dianggap sebagai cara untuk memastikan bahwa pasar bebas dapat berlangsung tanpa menimbulkan gejolak yang justru bisa menjadi bumerang bagi konsep liberalisme. Disisi lain peran institusi yang minimal tersebut dianggap sebagai upaya untuk melindungi kepentingan hajat hidup orang banyak sekaligus untuk memberdayakan kemampuan semua pihak untuk siap berkompetisi secara bebas.

Perkembangan diberbagai negara saat ini menunjukkan tidak adanya penerapan ideologi ekonomi secara murni dan konsekuen. Meskipun warna dasar ideologi tetap menjadi roh pembangunan ekonomi masing-masing negara, namun penyesuaian paham tetap terus berlangsung dalam berbagai kadar sesuai dengan realitas sosial yang terjadi dalam negara tersebut.

Bahkan suatu saat akan terjadi perdamaian dalam berbagai ideologi khususnya dalam bidang ekonomi mengingat semua paham yang ada memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Bukankah setiap paham itu ciptaan manusia? Tentu ada kekurangannya. Hanya ciptaan Yang Maha Kuasa yang sempurna.

PSIKOLOGI INTELIJEN DALAM KAMPANYE PILPRES

Dalam waktu tidak beberapa lama kagi kampanye dalam rangka pemilihan presiden akan berlangsung. Tentu tim sukses para calon telah menyiapkan berbagai kiat untuk menyukseskan kampanye calon presiden masing-masing. Berbagai ahli dengan berbagai kompetensi dimanfaatkan secara optimal agar calon usungannya meraih kemenangan. Termasuk dalam hal ini menggunakan mereka yang memiliki latar belakang kemiliteran, terutama para Jenderal Purnawirawan. Tentunya pengalaman mereka saat bertugas dan kompetensi kemiliteran mereka akan sangat bermanfaat untuk menunjang tim sukses para calon.

Dalam suatu harian nasional hari ini muncul suatu tulisan berjudul ‘Operasi Senyap Diantisipasi.” Tulisan tersebut menyebutkan bahwa tim kampanye calon presiden libatkan pensiunan jenderal. Selain merupakan pertempuran para calon presiden dan calon wakil presiden, Pemilu Presiden 2009 juga merupakan pertarungan antar tim sukses. Perang intelijen pun tak bisa dielakkan akan terjadi.

Pemanfaatan intelijen dalam setiap operasi terutama operasi militer merupakan hal mutlak. Bahkan Sun Tzu seorang ahli strategi perang dari Tiongkok menyebutkan bahwa setengah keberhasilan dari suatu peperangan ditentukan oleh kesuksesan dari operasi intelijen. Operasi intelijen dapat disebut pula sebagai operasi senyap, sebagaimana harian tersebut menyebutkannya.

Jika intelijen memiliki peran penting dalam suatu operasi atau kegiatan, maka psikologi memainkan peran yang penting dalam kegiatan intelijen. Psikologi adalah suatu ilmu yang memfokuskan perhatiannya terhadap perilaku dan proses mental. Intelijen sendiri adalah suatu proses mengumpulkan, memproses dan menganalisas informasi, mempengaruhi mental lawan dan membangun opini yang dilakukan secara senyap. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut peran psikologi sangatlah penting. Seorang pemerhati intelijen menyebutkan bahwa pada dasarnya analisis intelijen adalah proses psikologis manusia, lebih tepatnya adalah psikologi kognitif.

Intelijen dan proses mental sangat berkaitan erat. Richards J. Heuer, Jr., yang pernah bekerja di Direktoran Intelijen CIA dalam bukunya Psikologi Intelijen menyebutkan :

“Dalam analisis intelijen, masalah yang inheren dengan proses mental manusia sebenarnya berada diantara masalah yang paling penting dan sulit untuk dihadapi. Analisis intelijen pada dasarnya merupakan sebuah proses mental (psikologis), untuk diperlukan pemahaman terhadap cara kerja pikiran kita maupun orang lain.”Dalam konteks kampanye, psikologi intelijen dapat berperan untuk :

1. Memahami cara berpikir kita dan cara berpikir kompetitor.
2. Memahami bagaimana pikiran Kompetitor terhadap diri kita.
3. Memahami cara berpikir pemilih.

(ketiga hal diatas dilakukan dalam rangkaian mengumpulkan informasi, memproses dan menganalisa)

4. Mempengaruhi mental kompetitor agar sejalan dengan pemikiran kita.
5. Mempengaruhi mental pemilih agar memberikan dukungan.
6. Membangun opini.
7. Memperkuat posisi terhadap kompetitor.
8. Memberikan landasan yang kuat terhadap program pemenangan.

Ukuran keberhasilan dari operasi intelijen yang memanfaatkan pendekatan psikologis terlihat setidaknya dari tiga hal, yaitu :

1. Meraih kemenangan dengan upaya yang minimal dan pengorbanan yang minimal.
2. Meraih kemenangan tanpa menghancurkan pihak lawan.
3. Bergabungnya semua atau sebagian besar unsur lawan ke pihak kita.

Sun Tzu mengatakan :

”Meraih 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah puncak keterampilan, menaklukan musuh tanpa menghancurkanlah merupakan kesempurnaan tertinggi.”

Jumat, 22 Mei 2009

MEMILIH PEMIMPIN

Dalam blog ini penulis telah pernah mengulas tentang topik bagaimana memilih pemimpin. Namun, tetap saja topik ini menarik untuk terus diulas mengingat berbagai perkembangan yang terjadi. Pemimpin pada dasarnya adalah nakhoda yang menentukan arah perjalanan suatu organisasi, apakah organisasi tersebut berbentuk negara, institusi, perusahaan, kelompok dan sebagainya.

Pemimpin juga dapat tumbuh secara alamiah dan dalam batas tertentu dapat dibentuk. Beberapa ahli percaya bahwa faktor genetis berperan penting, namun beberapa ahli lainnya menganggap peran lingkungan jauh lebih penting. Pendekatan holistik menyebutkan peran genetis dan lingkungan sama pentingnya dalam membentuk seorang pemimpin.

Menilik beberapa pemimpin besar memang sebagian dari mereka lahir dari keluarga terkemuka, artinya peran genetis diasumsikan memberikan pengaruh yang besar. Namun, ada pula beberapa pemimpin besar lahir dari keluarga yang "biasa-biasa" saja namun tumbuh dalam lingkungan yang mendorong ia untuk menjadi pemimpin. Dalam keseluruhan kasus apakah mereka yang berasal dari keluarga yang terkemuka atau biasa-biasa saja, biasanya para pemimpin besar hidup dalam lingkungan yang penuh ujian, ditempa dengan berbagai kesulitan dan dihadapkan pada tantangan hidup yang luar biasa, namun mereka berhasil lolos, lulus dalam ujian kehidupan tersebut dan muncul sebagai pribadi yang memiliki kekuatan mental dan sosial yang luar biasa.

Kembali dalam memilih pemimpin, apa yang harus kita pertimbangkan sebelum memutuskan siapa yang akan menjadi pemimpin. Sebagaimana tulisan sebelumnya didalam blog ini, secara umum kepribadian seseorang ditentukan oleh lima hal, yaitu kemampuan intelektualnya, kehidupan emosi, kehidupan sosial, sikap kerja dan spritualitasnya. Apabila seseorang memiliki kualitas yang baik dalam kelima hal tersebut dapat diasumsikan ia memiliki kepribadian yang cukup tangguh untuk menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya.

Pada tataran berikutnya penilaian terhadap kelima aspek tersebut harus ditunjang dengan bagaimana visi-misi kepemimpinannya, apa startegi yang digunakan, bagaimana ia mengimplementasikan program-programnya dan yang tidak kalah penting bagaimana kapasitas sumber daya yang ia miliki. Sumber daya yang paling penting tentu manusia, hal ini dalam konteks kepemimpinan politik dapat berarti sejauh mana ia memiliki pengikut, bagaimana kekuatan tim yang ia miliki dan sejauhmana akses atau jaringan yang ia miliki. Kehandalan dalam sumber daya khususnya manusia, akan memudahkan ia dalam menjalankan program-program dan tentu memperlancar pencapaian visi-misi yang sudah dicanangkan.

Hal lain yang perlu juga diperhatikan bahkan cukup penting menyangkut rekam jejak yang bersangkutan, baik dalam hal moralitas maupun kinerja. Selain faktor mental dan kepribadian jangan pula diabaikan tentang kekuatan fisik dan kualitas kesehatannya. Tidak mungkin seseorang pemimpin sehebat apapun tetapi sakit-sakitan mampu menjalankan tugasnya secara baik.

Jadi pilihlah pemimpin yang sehat, cerdas, tangkas, memiliki spiritualitas dan moralitas, berintegritas, memiliki akseptabilitas, berkualitas dan tentu saja yang pantas.

Senin, 18 Mei 2009

HIDUP ADALAH PROSES MELAWAN KEPUTUSASAAN

Dalam membahas tema ini, penulis teringat ucapan dari seorang penyair terkenal bahwa hidup itu sekali dan harus berarti karena setelah itu mati atau ungkapan tentang bahwa hidup itu adalah sebuah perjuangan untuk menunda kekalahan karena suatu saat kita akan kalah dan mati.

Sementara itu dalam berbagai ajaran agama banyak dikumandangkan bahwa hidup itu harus optimis bahkan seandainya besok pun kita ketahui kita akan mati kita tetap harus berjuang, harus tetap produktif, berprestasi, bermanfaat bagi semua orang dan lingkungan. Kenapa penulis tertarik membahas tema diatas? Beberapa alasan sebagai berikut :

1. Saat menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi penulis membuat skripsi tentang depresi. Sewaktu melakukan survey penulis berhadapan dengan sejumlah responden yang menunjukkan keputus-asaan mendalam, berpikir tentang bunuh diri bahkan ada yang pernah melakukan percobaan bunuh diri.
2. Ada beberapa orang yang penulis kenal berpikir untuk bunuh diri bahkan ada yang ingin mencobanya.
3. Beberapa klien yang pernah berkonsultasi menunjukkan tingkat keputus-asaan yang tinggi karena berbagai persoalan kehidupan dan berpikir untuk bunuh diri.
4. Dalam berbagai lingkungan pergaulan penulis mengamati adanya individu-individu yang telah menunjukkan keputus-asaan yang mendalam.
5. Meningkatnya kasus bunuh diri.

Apa yang terlintas dalam pikiran kita tentang hidup? Tepatnya tentang makna hidup? Penulis teringat dulu memiliki seorang Dosen Psikologi berkebangsaan asing. Ia seorang ahli psikologi dan filsafat, termasuk eksistensialisme. Saat berada di Indonesia kepakarannya diakui kemudian memperoleh peran yang cukup signifikan dalam lingkungannya. Namun, saat pensiun ia harus kembali ke negara asalnya. Menurut informasi yang penulis dapat, beliau mengalami depresi dan keputus-asaan dimasa tuanya karena pengakuan lingkungan dinegara asalnya berbeda dengan saat di Indonesia, ia merasa terasing, kesepian dan tidak bermakna.

Artinya kondisi keputus-asaan bisa menimpa siapun dan dapat menjebak individu kearah depresivitas yang ujung-ujung berpikir tentang ketidakberartian hidup. Materi, status dan kecerdasan intelektual tidak menjamin seseorang lepas dari jerat keputus-asaan.

Dari pengalaman penulis baik dengan mengamati maupun memberikan konsultasi psikologi secara langsung, mereka yang memiliki daya tahan mental yang tinggi dan tidak terjebak pada keputus-asaan maupun depresi umumnya adalah orang-orang yang memiliki ciri sebagai berikut :

1. Memiliki kualitas kehidupan spritual yang baik dengan adanya keyakinan terhadap Sang Maha Pencipta.
2. Memiliki kualitas kehidupan sosial yang baik.
3. Memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi persoalannya.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
5. Dapat menerima keterbatasan diri.

Orang-orang yang memiliki ciri diatas juga dapat terjebak pada persoalan psikologis termasuk depresi, namun penanganannya lebih mudah dan pemulihannya lebih cepat.

Hidup memang selalu dihadapkan pada permasalahan. Selama kita hidup permasalahan selalu muncul. Kegagalan dalam menyelesaikan persoalan dapat membuat seorang putus asa, namun agar kita tetap eksis kita harus melawan keputus-asaan tersebut dan bertekad untuk tidak putus asa. Jadi hidup karena selalu dihadapkan pada persoalan dan permasalahan maka hidup juga sesungguhnya adalah proses untuk melawan keputus-asaan.

Beberapa kiat yang bisa penulis sampaikan untuk melawan keputus-asaan adalah sebagai berikut :

1. Deskripsikan persoalan anda secara jelas, bisa dengan menuliskannya atau menceritakannya kepada orang yang anda percaya (bisa ahli psikologi, tokoh agama, atau orang terdekat anda yang dapat dipercaya).
2. Strukturkan atau skema permasalahan tersebut secara jelas (bisa dengan memanfaatkan umpan balik yang disampaikan orang lain). Bentuknya bisa dalam bentuk masalah utama yang dipecahkan kedalam masalah yang kecil. Urutkan permasalahannya berdasarkan bobot kompleksitasnya.
3. Susun permasalahan tersebut mana dengan memperhatikan tingkat kepentingan dan kesegeraaan penyelesaiannya (inportant dan urgent). Akan terlihat ada permasalahan yang memerlukan penyelesaian segera, ada yang dapat ditunda bahkan ada yang dapat diabaikan.
4. Buat rekomendasi penyelesaiannya, termasuk dengan memanfaatkan saran orang lain.
5. Mulailah dengan melakukan tindakan-tindakan yang lebih mudah dan secara bertahap menyelesaikan masalah secara lebih kompleks.

Seiring dengan hal diatas, lakukanlah untuk meyakinkan diri anda, sebagai berikut :

1. Bahwa semua orang dibekali oleh Yang Maha Kuasa kemampuan untuk mengatasi masalahnya, yakinlah bahwa anda-pun memiliki potensi tersebut.
2. Bahwa semua orang diberi sejumlah permasalahan, tidak ada orang yang bebas dari permasalahan, barangkali hanya bentuk permasalahannya saja yang berbeda.
3. Anda bertahan sampai dengan kondisi saat ini adalah sebuah kesuksesan dan itu adalah modal anda untuk terus bertahan dan berupaya untuk meraih kesuksesam berikutnya.
4. Perjalanan waktu kadang-kadang akan membuat kita semakin tegar dan terbiasa dan dengan sendirinya permasalahan menjadi sesuatu yang tidak mengkuatirkan dan kita semakin percaya diri untuk menyelesaikannya.
5. Berdoa dan berpikir optimis selalu akan membuat diri kita bisa merasa lebih baik.

Minggu, 17 Mei 2009

PEMANFAATAN PSIKOLOGI DALAM KAMPANYE

Pemilihan Presiden sebentar lagi akan digelar, tepatnya pada tanggal 8 Juli 2009. Lebih kurang selama satu bulan para kandidat yang saat ini terdiri dari tiga pasangan memperoleh kesempatan untuk melakukan kampanye, setelah itu memasuki minggu tenang sampai dengan saat pencontrengan.

Pada dasarnya ketiga pasangan tersebut telah memiliki modal dalam menjalankan kampanyenya. Mereka adalah tokoh publik yang telah dikenal luas. Pengenalan tersebut baik meliputi aspek positif maupun negatif, kelebihan maupun kekurangan mereka. Pada dasarnya mereka adalah orang yang memiliki reputasi, memiliki kualifikasi dan memiliki aset sosial maupun politik yang besar.

Masa kampanye ini adalah suatu masa untuk lebih menegaskan kembali kekuatan yang mereka miliki dan juga upaya untuk meyakinkan para pemilih akan potensi diri mereka sekaligus sebagai upaya untuk melakukan "counter" terhadap informasi yang melemahkan citra mereka dimata publik.

Psikologi sebagai suatu ilmu yang mengkhususkan pengkajian terhadap perilaku manusia memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi massa. Salah satu kajian psikologi tentang hal ini adalah psikologi massa, yaitu suatu pendekatan dan praktik ilmu psikologi dalam menganalisa perilaku massa, mempengaruhi dan mengendalikan perilaku massa. Pemanfaatan psikologi ini sangat penting dalam kampanye untuk mempengaruhi para pemilih dalam menentukan sikap politik mereka dan menentukan pilihan mereka.

Kampanye untuk pemilihan Presiden di di Amerika sejak dahulu sampai dengan saat kampanye Barrack Obama diorganisasikan oleh suatu tim yang solid, yang diantaranya memanfaatkan para ahli psikologi untuk mengelola format kampanye para Capres maupun Cawapres agar mampu mempengaruhi massa pemilih.

Beberapa pertimbangan psikologi yang dapat dilakukan dalam proses kampanye, yaitu :

1. Menentukan karakter pemilih.
2. Mengetahui ekspektasi pemilih.
3. Menentukan "need and want" pemilih.
4. Menentukan tema kampanye yang tepat.
5. Menentukan strategi,materi dan program kampanye.
6. Melakukan rekrumen, seleksi dan penugasan tim dan juru kampanye.
7. Membekali tim kampanye dan juru kampanye.
8. Menganalisa karakteristik kompetitor.
9. Menganalisa katakteristik konstituen kompetitor.
10. Menganalisa SWOT kandidat.
11. Membangun citra positif kandidat.
12. Melakukan counter issues terhadap citra negatif.

Kegiatan diatas merupakan sebagian dari hal-hal penting yang dapat dilakukan para ahli psikologi dalam mendukung suatu tim kampanye. Beberapa kegiatan lain yang perlu dicermati adalah menyangkut pembajakan massa pemilih oleh kompetitor, black campaign dan proses penggembosan sumber daya oleh kompetitor. Pemanfaatan ilmu psikologi dan para ahli psikologi dapat mengatasi hal tersebut diatas dan mampu mendorong kinerja tim kampanye untuk bekerja secara optimal.

Selamat berkampanye, semoga fair play dan supportivitas dijunjung tinggi oleh seluruh kandidat.

Sabtu, 16 Mei 2009

SBY BERBUDI

Akhirnya teka-teki siapa yang akan mendampingi SBY sebagai Calon Wakil Presiden terjawab sudah. Pada tanggal 15 Mei 2009, sesuai dengan perkiraan penulis dengan memilih Gedung Sabuga ITB Bandung, Budiono dideklarasikan sebagai Cawapres pendamping SBY. Gubernur BI yang sarat pengalaman ini dan telah berulang kali duduk sebagai Menteri di Kabinet sejak era Habibi, Gus Dur, Mega dan SBY merupakan sosok yang low profile namun mencerminkan sebagai seorang yang loyal dan berintegritas.

Pada deklarasi di Bandung tersebut diusung tema "SBY BERBUDI" secara harafiah mengandung arti sebagai SBY Bersama Budi, namun secara makna mengandung arti bahwa SBY dan pasangannya adalah seorang yang memiliki perilaku yang baik, berintegritas dan dapat diandalkan.

Penunjukkan Budiono sebagai pendamping SBY cukup alot bahkan Budiono sendiri mengakui mengandung kontroversi. Beberapa alasan dikemukan seperti kecenderungan Budiono yang berpandangan Neo Liberalisme, tidak pro rakyat, tidak merepresentasikan kekuatan politik sampai dengan sikap keagamaan Budiono.

Sampai dengan jam terakhir sebelum deklarasi, SBY masih melakukan komunikasi politik khususnya dengan PKS dan akhirnya setelah melakukan komunikasi dan pendekatan yang sangat intensif penunjukkan Budiono dapat diterima atau minimal dipahami oleh koalisi pendukung SBY dan Partai Demokrat.

Dalam blog ini sebelumnya penulis melakukan kajian mengenai Teori Kesepadanan Kepribadian antara Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dengan menggunakan konsep Team Role dari Meredith R. Belbin. Melalui pendekatan ini penulis menyimpulkan bahwa SBY bertipe Coordinator dan disarankan untuk mencari Calon Wakil Presiden yang bertipe Implementer. Tampaknya Budiono memiliki tipe Implementer. Sehingga dari sisi kesepadanan kepribadian tampak SBY dan Budiono adalah pasangan yang cocok.

Tantangan berikutnya bagi pasangan ini adalah untuk memenangkan Pemilu melalui upaya untuk memenangkan hati rakyat. Budiono sebagai cocok yang bersahaja, cendekia dan berintegritas namun memiliki kelemahan dari sisi reperesentasi politik dapat menjadi faktor penguat namun dapat pula menjadi faktor pelemah bagi SBY. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat agar faktor Budiono memberikan pengaruh yang signifikan bagi SBY. Tehnik pencitraan, strategi komunikasi dan persuasi diperlukan agar mayoritas publik pemilih dapat melihat faktor positif Budiono sehingga menjatuhkan pilihan pada pasangan ini dalam Pemilihan Presiden mendatang. Namun, jika pencitraan, strategi komunikasi dan persuasi tidak dilakukan secara tepat maka bisa saja Budiono menjadi batu sandungan bagi SBY. Untuk itu tim kampanye harus bekerja secara ekstra keras terutama fokus untuk membangun citra Budiono agar sesuai dengan ekspektasi pemilih.

Selasa, 12 Mei 2009

SBY, MEGA DAN KOALISI

Perkembangan terakhir perpolitikan ditanah air menunjukan kemungkinan merapatnya kubu Partai Demokrat dengan PDIP. Hal ini tampak menimbulkan kekuatiran dari kubu koalisi besar yang sebelumnya telah merapatkan barisan untuk menghadapi PD (Partai Demokrat). Merapatnya PD dan PDIP memang mengagetkan sejumlah pihak, mengingat hubungan pemimpin puncak mereka selama ini terkesan dingin. SBY sebagai pemimpin puncak PD memang telah lama membuka diri untuk membangun komunikasi dengan Mega, sosok sentral PDIP, namun tampaknya saat itu Mega belum menunjukkan sinyal untuk meresponnya. Perkembangan saat ini menunjukan bahwa kebekuan diantara mereka tampak mulai mencair. Hal ini dimulai dengan anjangsananya utusan SBY, Hatta Rajasa berkunjung ke Mega dan SBY pun menerima kunjungan Puan Maharani putri Mega.

Dalam politik memang berlaku adagium tidak ada lawan maupun kawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Apakah adagium ini yang melatarbelakangi koalisi PD dan PDIP? Namun, yang jelas kondisi ini memberikan pembelajar yang sangat positif bagi rakyat bahwa kedua pemimpin puncak partai besar sekaligus seorang Presiden dan Mantan Presiden mampu menjalin hubungan yang baik, tentu kitapun mengharapkan bahwa hal ini semata-mata dalam konteks kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar.

Dalam beberapa tulisan sebelumnya diblog ini, penulis telah memaparkan tentang kepribadian beberapa Calon Presiden, termasuk SBY dan Mega. SBY terlihat sebagai sosok yang santun, cerdas, memiliki kemampun sosial dan emosional yang baik. Mega adalah seorang nasionalis tulen yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Apabila kedua pemimpin ini mampu membangun hubungan yang kuat tentu akan memberika pengaruh yang sangat besar terhadap rakyat dan bangsa ini. Ini merupakan pembelajaran yang positif bagi rakyat yang cenderung paternalistik bahwa persatuan diantara pemimpin mereka akan menstimulasi persatuan yang lebih baik.

Perbedaan partai politik semata-mata ditujukan untuk membangun demokrasi yang lebih kuat. Perbedaan adalah kecenderungan alami manusia sebagai makhluk berpikir. Namun, tujuan tetap satu yaitu untuk memakmurkan dan mensejahterakan bangsa dan menegakkan keadilan. Perbedaan pandangan politik adalah sesuatu yang lumrah karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mengelola bangsa dan negara ini. Pemilu menjadi wahana untuk menghadirkan kompetisi yang sehat antara berbagai partai politik dengan berbagai pandangan politik pula. Kemudian rakyatlah sebagai hakimnya untuk menentukan mana yang terbaik.

Kompetisi tahap pertama sudah usai dengan selesainya Pemilu Legislatif. Berikutnya kita akan menyonsong kompetisi tahap kedua dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Kecenderungan koalisi terlihat berkembang dan berubah secara dinamis. Namun, semangat persahabatan diantara pemimpin bangsa hendaknya dapat terjaga secara baik dan ini akan menjadi yang indah bagi seluruh rakyat. Mari berkompetisi secara sehat, berinteraksi secara bersahabat dan membangun bangsa secara bermartabat.

Minggu, 10 Mei 2009

RANI JULIANI, ANTASARI AZHAR, NASRUDIN ZULKARNAEN ANTARA CINTA DAN KEKUASAAN

Publikasi media massa yang luar biasa terhadap kasus Antasari Azhar telah menyita perhatian publik dewasa ini. Dengan tetap menghormati proses hukum yang sedang berlangsung dan mengedepankan asas praduga tidak bersalah kita layak prihatin dengan terjadinya kasus tersebut. Proses hukum terhadap kasus ini terus berlangsung dan kita belum mengetahui bagaimana "ending" dari semua ini.

Sebuah ungkapan suci yang mewanti-wanti segenap manusia untuk berhati-hati terhadap "Harta-Tahta-Wanita" agaknya belum usang dalam ingatan kita. Begitu banyak orang yang terjebak terhadap permasalahan tersebut. Terkadang orang mengatakan untuk mempengaruhi seseorang gunakanlah harta, apabila tidak mempan gunakanlah tahta, apabila tidak mempan juga gunakanlah seks (wanita maupun pria). Meskipun ungkapan ini sering didengungkan namun masih cukup banyak juga orang yang terjebak.

Sigmun Freud seorang ahli psikoanalisa menempatkan seks sebagai salah satu titik sentral sumber kehidupan, sumber enerji dan sekaligus pula sumber malapetaka. Seks adalah kebutuhan dasar manusia untuk tetap eksis dan merupakan media rekreatif sekaligus sebagai sarana meneruskan keturunan. Namun, disisi lain seks pun berdimensi kekuasaan, sebagai ajang untuk menunjukkan diri berkuasa dan mampu menaklukan orang lain sekaligus mengeksploitasinya. Jadi seks dapat berperan sebagai penyalur, sebagai media dan tidak semata-mata sebagai tujuan.

Pada jaman dahulu (mungkin juga sekarang) seorang raja atau bangsawan dapat menunjukkan kehebatan kekuasaannya melalui seberapa banyak selir yang ia miliki. Disini kekuasaan dan seks saling bertautan. Bahkan seorang remaja akan semakin bangga apabila memiliki pacar lebih banyak, karena ini adalah bagian untuk menunjukkan kekuasaannya, menunjukkan bagaimana ia mampu menaklukkan orang lain.

Dalam Perang Dunia ke-2 pernah terkenal seorang wanita yang bernama MATAHARI. ia adalah seorang wanita rupawan yang dimanfaatkan untuk melakukan tugas-tugas intelijen. Namun, dalam kompleksitas tugasnya ia memainkan peran ganda dan bertindak sebagai agen ganda. Daya tarik seksulitasnya digunakan untuk memikat lawan sekaligus memperoleh informasi strategis. Seksulitas dan kekuasaan menjadi bagian kehidupan MATAHARI, namun hidupnya berakhir secara tragis. Banyak kasus lain menunjukkan kaitan yang erat antara kekuasaan dan seksualitas, terkadang saling melengkapi namun tak jarang saling menghancurkan pula.

Cinta menjadi bumbu dalam kehidupan politik maupun bisnis. Cinta pun menjadi sumber intrik kehidupan. Bahkan cinta dan seksualitas dapat pula mempengaruhi kehidupan politik dan bisnis. Cinta dapat mempengaruhi pengambilan keputusan-keputusan strategis. Berhati-hati dengan cinta dan seksualitas dapat mencegah para politisi dan pelaku bisnis terlibat dalam persoalan hukum.

Alferd Adler seorang ahli psikologi telah menyebutkan bagaimana pentingnya dorongan kekuasaan. Hal ini juga berkaitan dengan sikap inferioritas dan superioritas seseorang dalam menempatkan dirinya di lingkungan sosial. Kekuasaan menjadi wahana penting untuk menunjukkan eksistensi diri. Kekuasaan akan mampu memenuhi kebutuhan psikologis dan sosial seseorang. Seseorang yang dalam perjalanan hidupnya memiliki berbagai kekurangan apakah secara fisik, materi, sosial dan kemudian merasa inferior akan mengkompensasi inferioritasnya dengan cara mengejar kekuasaan dan meraih superioritas. Hal ini diperlukan untuk mencapai keseimbangan diri (homeostatis). Hidup yang seimbang membuat seorang nyaman, ketidakseimbangan akan menimbulkan ketidaknyamanan dan kekuasaan serta seksualitaslah yang mampu menyeimbangkannya.

Tekanan hidup yang luar biasa dapat menimbulkan kondisi ketidakseimbangan. Tekanan kekuasaan pun dapat menimbulkan ketidakseimbangan, dalam kondisi seperti ini bagi sebagian besar orang akan menjadikan seks sebagai media untuk mencapai keseimbangan. Hal inilah yang menjelaskan mengapa banyak pemimpin, tokoh-tokoh besar dapat terjebak dalam kasus seksual (kasus perselingkuhan).

Harta-tahta-wanita memang dapat menjadi sumber kehidupan dan media untuk eksistensi diri. Namun jika tidak dikelola secara hati-hati dan tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku maka harta-tahta-wanita dapat menjadi sumber malapetaka.

Dalam kasus RANI JULIANI, ANTASARI AZHAR, NASRUDIN ZULKARNAEN dengan menghormati proses hukum yang berlaku dan berpegang pada asas praduga tidak bersalah, kita berharap kebenaran dapat ditunjukkan dan proses hukum dapat dilakukan secara objektif. Sebagai hikmahnya semua ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Sabtu, 09 Mei 2009

SBY BERSIKAP CERDAS

Perkembangan terakhir menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) menunjukkan bahwa posisi SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) semakin menguat. Beberapa langkah yang dilakukan SBY dengan elit Partai Demokrat menunjukkan bahwa semua tindakan dilakukan dengan cermat dan melalui perhitungan yang matang. Ini tentunya tidak terlepas dari sosok SBY sendiri.

Sebagaimana tulisan tentang SBY sebelumnya diblog ini, tokoh ini selain seorang yang berkepribadian santun juga adalah seorang yang cerdas. Ini tidak hanya hanya ditunjukkan dengan kulifikasi pendidikan Doktoralnya atau Master dari Webster University USA, tetapi juga terlihat dari berbagai tindakan yang dilakukannya yang menunjukan ia seorang yang brillian dalam bersikap dan bertindak.

Tidak berlebihan kiranya penulis menilai dalam kepribadian SBY berpadu dengan baik antara kemampuan Intelektual, Emosional dan Spiritual. Barangkali ini adalah contoh personifikasi seorang individu yang memiliki kemampuan IQ-EQ-SQ yang serasi.

Hal ini terlihat saat SBY menunjukkan sikap yang sangat matang dalam merespon tindakan Jusuf Kalla (JK) yang mencalonkan diri sebagai Presiden juga. Pendekatan yang dilakukan terhadap megawati dan PDIP melalui Hatta Rajasa menunjukkan sikap yang elegan. Kemudian rencana untuk mengumumkan Calon Wakil Presiden untuk mendampingi dirinya yang akan dilakukan di Bandung tepatnya di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB menunjukkan suatu langkah yang sangat strategis sekaligus taktis.

Pemilihan ITB dan Bandung memiliki nilai historis. Dengan mempertimbangkan bahwa Bung Karno pernah berkuliah di ITB menunjukkan langkah cerdas SBY untuk merangkul para pendukung dan simpatisan Bung Karno (yang nota bene merangkul mendukung PDIP pula). Kota Bandung sebagai "Ibukota" Asia-Afrika memiliki nilai politis tersendiri. Apalagi saat dikaitkan dengan jaman perjuangan dan revolusi bahwa Bandung memiliki peran yang sangat penting dalam perjuangan negara ini. Bandung juga banyak melahirkan tokoh-tokoh perjuangan dan intelektual. Bandung sendiri dapat dikatakan sebagai Indonesia mini karena berbagai suku bermukim dikota ini. Banyak tokoh-tokoh dalam berbagai bidang dilahirkan atau dibesarkan dikota Bandung. Jadi apabila SBY merencanakan pengumuman Calon Wakil Presidennya di Bandung merupakan suatu langkah yang sangat tepat, bernilai historis, strategis sekaligus cerdas. Tidak semua hal harus dilakukan dari Jakarta bukan?

COOPERATIVE EDUCATION PROGRAM (COOP)

Seminggu kemarin aku ke kota Banjarmasin, Balikpapan dan Samarinda. Khususnya di Banjarmasin dan Samarinda aku mengunjungi dua kampus yaitu Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada tanggal 5 Mei 2009 dan Universitas Mulawarman Samarinda tanggal 7 Mei 2009. Kegiatan tersebut dalam rangka Cooperative Education Program yang biasa disingkat dengan Coop.

Coop adalah program belajar kerja terpadu yang melibatkan Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Dunia Usaha (Perusahaan). Program ini mulai digelar di Amerika pada sekitar tahun 1960-an. Di Indonesia sendiri program ini dimulai pada tahun 1997, dengan Telkom sebagai pionirnya.

Program Coop ini berbeda dengan magang atau praktek kerja. Program Coop biasanya diikuti oleh mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh perkuliahannya dan tinggal menyusun skripsi atau tinggal menunggu sidang atau sedang menunggu waktu wisuda. Tenggang waktu menunggu tersebut dapat dimanfaat untuk bekerja di perusahaan. Perbedaan lainnya dengan magang dan praktek kerja adalah mahasiswa dalam program Coop memiliki hak dan kewajiban yang hampir sama dengan karyawan. Mereka digaji, memperoleh fasilitas kerja, memperoleh bantuan pelayanan kesehatan. Disamping untuk mereka memiliki kewajiban untuk bekerja secara penuh waktu dan memiliki target pekerjaan yang jelas.
Selain itu Coop juga merupakan program Early Identification bagi perusahaan untuk mengidentifikasi sejak dini paran peserta Coop yang potensial untuk dijaring dalam program rekrutasi karyawan. Biasanya mereka yang mengikuti Coop telah diseleksi sedemikian rupa oleh Perguruan Tinggi dan kemudian mereka dapat dievaluasi selama mengikuti Program Coop yang berlangsung antara 3 s/d 6 bulan.

Program ini juga bermanfaat bagi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa. Bagi perguruan tinggi merupakan median untuk mengimplementasi konsep "Link and Match", dapat dijadikan umpan balik bagi kurikulum dan pengajaran yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan mendukung program kemitraan dengan dunia usaha. Bagi mahasiswa jelas ini merupakan program belajar kerja yang terpadu sebagai suatu media untuk mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti kuliah, dapat mengenal dunia kerja, memanfaat waktu secara produktif sambil menunggu kelulusan dan yang jelas memperoleh penghasilan.

Sejauh ini dari pengalaman yang ada banyak mahasiswa yang mengikuti Program Coop kemudian ditawarkan untuk mengikuti program rekrutasi di perusahaan. Umumnya mereka dapat lulus seleksi dan dari evaluasi kemudian mereka mampu bekerja secara baik.

Jumat, 01 Mei 2009

KEPEMIMPINAN DAN KADERISASI

Penulis dihubungi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) salah satu Institut Teknologi untuk menyampaikan materi pada Latihan Kepemimpinan Organisasi. Materi yang diminta untuk disampaikan oleh penulis adalah tentang "Kepemimpinan dan Kaderisasi." Sekilas penulis membaca surat permintaan tersebut dari Presiden Mahasiswa dan Menteri Pendidikan dan Kaderisasi, cukup keren. Penulis cukup kagum dengan hal tersebut, sambil tersenyum penulis membayangkan mungkin bagus juga kalau Ketua RT nanti disebut dengan Presiden RT .... he he (soalnya penulis pernah menjadi Ketua RT, jadi ingin menjadi Presiden, minimal Presiden RT).

Kembali ke topik tentang "Kepemimpinan dan Kaderisasi." Saat ini kita sedang mencari pemimpin baru, tepatnya nanti akan dilangsungkan Pemilihan Presiden baru. Kepemimpinan dan kaderisasi bagaikan suatu koin uang yang memiliki dua sisi, tidak terpisahkan. Seringkali pula kita mendengar bahwa salah satu keberhasilan seorang pemimpin adalah bagaimana ia menyiapkan kader. Bagaimana dengan proses kaderisasi di negeri ini? Tampaknya hal ini menjadi persoalan serius. Hal ini tampak dari kemungkinan mereka yang akan mencalonkan diri menjadi Calon Presiden mayoritas adalah pemain lama. Jelas ini memperlihatkan terjadinya krisis stok kepemimpinan dan juga kelemahan dalam kaderisasi.

Beruntung konstitusi kita saat ini membatasi masa jabatan Presiden (juga para Kepala daerah) sebanyak maksimal dua periode berturut-turut. Dalam konteks ini tentunya Presiden incumbent Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara konstitusi masih memiliki hak untuk mencalonkan diri kembali sebagai Presiden. Kita tentunya berharap apabila SBY terpilih kembali sebagai Presiden maka salah satu tugas pentingnya adalah melakukan kaderisasi.

Namun, tampaknya pembatasan periode kepemimpinan ini tidak berlaku dilingkungan Partai Politik. Kita menyaksikan banyak Partai Politik yang masih mengandalkan Ketuanya atau Pemimpinnya pada orang yang itu-itu juga. Ini memang haknya Partai namun inipun mengindikasikan lemahnya kaderisasi kepemimpinan di Partai Politik

Berkaitan dengan masalah kaderisasi, seorang pemimpin dalam suatu organisasi, apakah itu organisasi profesi, sosial bahkan negara mestinya memahami benar bahwa mereka memimpin tidak hanya sejumlah orang tetapi juga sejumlah calon-calon pemimpin berikutnya. Inilah yang disebut kader. Pemimpin harus memberikan kesempatan kepada para kader atau calon pemimpin untuk mengembangkan seluruh kapabilitasnya dan pada saatnya akan siap mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan.

Suatu organisasi yang baik pada hakekatnya adalah organisasi yang secara terus menerus meningkatkan kemampuannya, termasuk kemampuan orang-orang didalamnya. Organisasi seperti ini lazim disebut dengan Learning Organization. Dalam organisasi yang seperti inilah yang mampu memunculkan para calon-calon pemimpin yang handal. Mestinya suatu organisasi haruslah menjadi Learning Organization. Peran seorang pemimpin dalam Learning Organization lebih luas dan sangat berbeda dengan organisasi tradisionil yang lebih menekankan pada aspek karisma seorang pemimpin.

Dalam hal ini menarik untuk mencuplik apa yang pernah disampaikan oleh PETER SENGE, sebagai berikut :

"In a learning organization, leaders' roles differ dramatically from that of charismatic decision makers. Leaders are designers, teachers and steward .... in short, leaders in learning organization are responsible for building organization where people are continually expanding their capabilities to shape their future."

Kalau kita menganggap bahwa learning organization adalah sebuah keniscayaan, sudahkah kita melihat para pemimpin saat ini mampu berperan sebagai designer, teacher dan steward? Rasanya masih jauh panggang dari api. Hanya segelintir dari mereka yang mampu berperan seperti itu.

Untuk mengelola organisasi (termasuk negara) secara lebih baik maka peran pemimpin sangatlah vital, karena ia adalah nakhoda yang menentukan bagaimana kapal organisasi bergerak dan kearah mana tujuan hendak dicapai.

Stephen R. Covey menyebutkan 4 peran pemimpin, yaitu :

1. Pathfinding
2. Aligning
3. Empowering
4. Modeling

Ditengah sibuknya situasi perancangan koalisi saat ini dan upaya para Calon Presiden untuk menimang-nimang untuk mencari bakal Calon Wakil Presiden, peran pemimpin yang disampaikan oleh Stephen R. Covey tadi layak untuk disimak. Empat peran tersebut bukan hanya untuk menjaring siapa bakal Calon Wakil Presiden saja, tetapi terlebih-lebih haruslah menjadi acuan bagi siapa saja yang berkeinginan untuk menjadi Presiden di Republik ini.

Peran Pathfinding berkaitan dengan tugas pemimpin untuk menentukan arah bergeraknya organisasi, sering juga disebut dengan tugas untuk "creating the blueprint." Aligning adalah upaya pemimpin untuk sistem kerja yang serasi dalam organisasi, Covey menyebutnya "creating a technically elegant system of work." Peran berikutnya adalah Empowering, yaitu bagaimana mengoptimal seluruh potensi SDM, Covey menyebutnya " releasing the talent, energy, and contribution of people." Peran berikutnya yang tidak kalah penting adalah Modeling, yaitu bagaimana pemimpin dapat menjadi teladan dan panutan bagi pengikutnya, Covey mengatakan "building trust with others-the heart of effective leadership."

Kita berharap siapapun yang akan menjadi pemimpin kedepan dapat menghayati apa yang disampaikan oleh Peter Senge dan dapat menjalankan 4 peran pemimpin sebagaimana yang dikemukakan oleh Stephen R. Covey.