Selasa, 05 April 2016

PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

Saat ini sedang marak persiapan untuk Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) termasuk pada tahun 2017 nanti DKI Jakarta akan memilih orang nomor 1 didaerah ini sebagai Gubernur. Memilih pemimpin merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam masyarakat karena pemimpinlah yang akan menentukan hitam putih dan maju mundurnya masyarakat tersebut.

Sebuah organisasi termasuk masyarakat akan kuat apabila pemimpinnya kuat, akan maju apabila pemimpinnya memiliki visi untuk maju dan akan sejahtera apabila pemimpinnya berpikir dan bertindak untuk mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Hal sebaliknya akan terjadi apabila pemimpin tidak memiliki visi untuk maju dan tidak mengutamakan kepentingan rakyatnya, maka masyarakat tersebut akan hancur.

Apa syarat agar kita dapat memperoleh pemimpin yang dapat memajukan dan menyejahterakan masyarakatnya? Banyak kriteria yang disebutkan seperti pemimpin tersebut harus visioner, cakap, komunikator yang baik dan sebagainya.
Dalam Islam jika merujuk pada Al-Quran dan Hadits terterdapat empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Keempat hal tersebut dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3) Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4). Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan). Keempat kriteria pemimpin ini umum diketahui dikalangan umat Islam.

Jika kita simpulkan dengan mengkristalisasikan keseluruhan hal tersebut dalam satu kata yang ringkas maka kita temukan kata Integritas. Meskipun kata integritas tidak dapat mewakili sepenuhnya pengertian dari keempat kriteria tersebut, namun dari definisi dan penjabarannya tampak mendekati kriteria dimaksud.
Dalam konteks inilah kita membutuhkan pemimpin yang berintegritas untuk memajukan masyarakatnya. Apa itu integritas? Stephen Robbins dalam bukunya Organizational Behavior menyebutkan integritas bagian terpenting untuk membangun trust atau kepercayaan. Integritas terdiri dari honesty dan truthfulness. Jadi integritas dibangun dari fondasi kejujuran dan dapat bertindak sesuai dengan apa adanya.
Stephen M.R. Covey menyebutkan tentang integritas : "to most people integrity means honesty, not only telling the truth but also leaving the right impression." Umumnya orang mengartikan integritas itu adalah kejujuran  dan mampu meningggalkan kesan yang baik.
Kejujuran adalah hal yang penting yang harus dimiliki oleh pemimpin. Namun, integritas sendiri lebih dari sekedar kejujuran, integritas juga berarti satunya hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Hal ini mirip apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, yaitu : "my life is indivisible whole, and all my activities run into one another …….. My life is my message." Gandhi menyebutkan hidupnya adalah kesatuan yang utuh, artinya adanya kesatuan antara niat, pikiran, ucapan dan perbuatan.

Pemimpin yang demikianlah yang kita butuhkan saat ini. Punya niat yang tulus untuk membangun dan menyejahterakan rakyat, yang kemudian tergambar dalam pikirannya, konsep dan rencananya untuk membuat daerah yang dipimpinnya jaya, perkataannya dapat dipegang dan tindakan serta perbuatannya mampu mewujudkan janji-janjinya. Sosok pemimpin seperti itulah yang kita dambakan.
Pengertian lain tentang integritas adalah dari DDI, sebuah lembaga konsultan bidang manajemen dan psikologi yang berkantor pusat di USA. Integritas dibagi menjadi tiga komponen besar yaitu honesty, consistency, dan commitment. Ketiga hal tersebut dipakai sebagai basis dalam melihat integritas seseorang. Dalam pengertian ini kriteria seseorang pemimpin selain jujur, harus mampu bertindak konsisten dan memiliki komitmen untuk mewujudkan janji-janjinya dalam memajukan dan menyejahterakan masyarakat.

Bagaimana cara kita menilai integritas? Sesuai dengan penjelasan diatas ada beberapa cara untuk mengukur integritas seperti ; menggunakan referensi dari sejumlah tokoh/ahli terkemuka yang bersih dan berdedikasi, multi- rater survey (360 degree) yang melibatkan seluruh pihak yang pernah berinteraksi dengan para calon, assessment centre untuk melihat kompetensi manajerial dan leadership serta wawancara untuk melihat personal appearance yang bersangkutan. Masing-masing tools tentunya memiliki kegunaan dan tantangan yang berbeda.
Jika kita sepakat untuk mengedepankan integritas sebagai syarat penting dalam memilih pemimpin, maka saat menentukan calon-calonnya dapat menggunakan cara-cara pengukuran diatas. Setelah para calon terpilih baru kemudian diserahkan ke masyarakat untuk melakukan pemilihan secara demokratis, sehingga siapapun yang akan dipilih oleh masyarakat kita sudah tidak meragukan lagi kadar integritasnya.
Semoga kita akan mendapatkan pemimpin yang berintegritas yang ditangannya kita percayakan bahwa kita akan maju, jaya dan sejahtera.