Kamis, 31 Desember 2009

RISK

Risk! ...... Risk anything! .....
Care no more for the opinion of others, for those voices.
Do the hardest thing on earth for you.
Act for yourself.
Face the truth.

(Katherine Mansfield, New Zealand-born British author, 1888-1923)

GUS DUR DAN KEMANUSIAAN

Kabar mengejutkan itu muncul dilayar televisi, tanggal 30 Desember 2009 pada pukul 18.45, salah satu putra terbaik dan orang besar Indonesia berpulang ke rahmatullah, Kiyai Haji Abdurachman Wachid atau yang yang lebih dikenal dengan Gus Dur. Terlalu banyak predikat yang disandang oleh insan istimewa ini, Presiden Republik Indonesia ke-4, Mantan Ketua Umum Nadhlatul Ulama, Pendiri PKB, Tokoh Agama, Tokoh, LSM, Tokoh Pendidik, Negarawan, Pemikir dan berbagai sebutan mulia lainnya layak disandangkan kepada beliau.

Ia adalah tokoh pluralisme terkemuka, seorang pejuang kesetaraan, pembela hak-hak minoritas, mungkin dapat pula disebut sebagai tokoh Liberte, Egalirte dan Fraternite- nya Indonesia.

Meskipun demikian ia dikenal sebagai tokoh jenaka yang menyukai humor dan terkadang juga tampil kontroversial. Sikap humor dan kontroversial tersebut tidak sampai mengurangi kemuliaan tokoh yang satu ini.

Dengan segala predikat yang ia miliki, dari gabungan semua sebutan dan penghormatan, maka untuk menyatukannya layaklah ia kita sebut sebagai tokoh kemanusiaan. Kemanusiaan dalam pengertian pembelaannya yang luar biasa terhadap nilai-nilai dan hak-hak dasar kemanusiaan, seperti kesetaraan, toleransi, perlindungan minoritas serta kebebasan berpendapat.

Ia juga seorang yang terdepan didalam melawan kelaziman dan tirani. Saat orang kuat Orde Baru Suharto berada pada puncak kekuasaan, Gus Dur adalah segelintir orang yang mampu bersikap kritis terhadapnya. Ia sangat konsisten dan tegar dalam melawan kesewenang-wenangan kekuasaan.

Ia juga menunjukkan sikap kontroversial dengan kesediaannya menjadi anggota sebuah lembaga di Israel dan melakukan komunikasi dengan Simon Peres. Tetapi, jika ditilik dengan kaca mata yang lebih luas sesungguhnya sikap Gus Dur tersebut lebih didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan berusaha menjalin relasi dengan semua pihak dalam rangka mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. Sejalan dengan hal ini ia pun memiliki hubungan baik dengan berbagai Tokoh Arab. Hal ini terbukti dengan berbagai lobby yang ia lakukan di Timur Tengah memberikan hasil yang positif. Diantaranya adalah pembebasan dua wartawan Metro TV yang disandera di Irak dapat dilakukan berkat campur tangan Gus Dur.

Catatan fenomenal lainnya adalah saat menjabat Presiden RI ke-4 Gus Dur mengijinkan dirayakannya Tahun Baru Imlek dan menetapkan sebagai hari libur nasional. Ia pun menyetujui penggunaan huruf dan bahasa Tionghoa yang sebelumnya tabu untuk digunakan.

Melalui berbagai prestasi yang ia raih yang didukung oleh sikap dan pandangannya tentang kesetaraan manusia dan mempromosikan perdamaian, pantaslah Gus Dur disejajarkan dengan tokoh-tokoh kemanusiaan dunia seperti Mahatma Gandhi, Mandela dan Martin Luther King.

Terlalu banyak prestasi beliau yang tidak mungkin kita sebutkan satu per satu. Kita kehilangan tokoh besar. Selamat Jalan Gus .............. berbaringlah dengan tenang dan bahagia dialam yang lebih damai ................

Rabu, 30 Desember 2009

MENGAPA MEREKA BUNUH DIRI?

Akhir-akhir kita menyaksikan merebaknya berbagai kasus bunuh diri, terutama dengan cara melompat dari gedung-gedung tinggi yang menewaskan mereka. Kesannya ini sebuah sensasi dan ada unsur publisitas. Dilakukan ditempat terbuka sehingga diketahui banyak orang. Namun, tetap hasil akhirnya adalah ironis, mengorbankan sesuatu yang sangat berarti yaitu kehidupan mereka sendiri. Sebagian besar dari mereka berusia muda dan masih pada usia yang cukup produktif.

Dari berbagai pemberitaan diketahui bahwa latar belakang perbuatan nekad mereka banyak terkait dengan masalah ekonomi seperti hutang-piutang, kesulitan pekerjaan, disamping masalah keluarga, kesehatan sampai dengan gangguan kejiwaan.

Kesulitan ekonomi memang sangat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Saat terjadi resesi dunia pada tahun 1930-an pun di Amerika kasus bunuh diri meningkat dengan tajam. Demikian pula pada saat krisis ekonomi tahun 1998, banyak terjadi kasus bunuh diri di Thailand, Korea dan beberapa negara lainnya. Ini membuktikan bahwa persoalan ekonomi memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap kondisi seseorang.

Bunuh diri sering dianggap secara keliru sebagai proses pembebasan diri seseorang dari kesulitan hidup. Bunuh diri dianggap sebagai satu-satunya solusi untuk mengatasi persoalan. Dengan bunuh diri dianggap persoalan selesai. Padahal bunuh diri akan menimbulkan dampak persoalan berikutnya terutama terhadap keluarga atau orang lain yang terkait. Belum lagi dari sisi keyakinan keagamaan bunuh diri memberikan konsekuensi negatif dikemudian hari. Meskipun diketahui pula bahwa ada kasus-kasus bunuh diri yang bermotifkan keyakinan keagamaan.

Masalah perekonomian yang kemudian mempengaruhi kejiwaan dan salah satunya adalah bunuh diri merupakan masalah kompleks yang bersifat multidimensi. Tidak hanya terkait dengan diri individu yang bersangkutan, namun terkait pula dengan keluarga, masyarakat dan pemerintah. Artinya semua pihak memiliki tanggung jawab untuk mencari solusi terhadap kasus-kasus bunuh diri yang merebak saat ini.

Bagaimana dengan kondisi di Indonesia yang sebagian rakyatnya masih mengalami kesulitan ekonomi? Dari 220 juta rakyat Indonesia diperkirakan 66 juta mengalami gangguan kejiwaan. Sedangkan dampak dari gangguan kejiwaan dapat menimpa lebih dari setengah jumlah penduduk.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1990 yang menyebutkan bahwa dari 10 masalah kesehatan utama penyebab disabilitas, lima diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa, yaitu depresif, alkoholisme, gangguan bipolar, schizophrenia dan obsessif kompulsif.

Sebelumnya di blog ini penulis juga pernah mengulas kasus bunuh diri, tepatnya pada tanggal 5 Maret 2009, berikut ini cuplikan tentang hal tersebut :

”Menurut The Penguin Dictionary of Psychology, yang dimaksud bunuh diri adalah :

1. A person who intentionally kills himself or herself.
2. The act of taking one's life.

Emile Durkheim seorang ahli yang pertama sekali mempelajari masalah "suicide" secara sistematis membedakan bunuh diri dalam tiga jenis tergantung pada apa yang mendorong mereka untuk melakukan "self-destruction." Ketiga jenis teresebut adalah altruistic, anomic dan egoistic. Altruistic menyangkut suatu keyakinan yang dianggap benar, membela kehormatan dir atau keluarga, merasa malu atau merasa bertanggungjawab terhadap suatu kesalahan atau kegagalan seperti kasus harakiri. Anomic terjadi pada individu yang mengalami kesepian, merasa terisolasi dan kehilangan tumpuan sosial. Egoistic berkaitan dengan kegagalan, adanya unsur kehilangan harapan, individu putus asa karena tidak mencapai apa yang diinginkannya.

Sepanjang peradaban manusia motif bunuh diri cukup bervariasi, diantaranya adalah :

1. Motif yang bersifat spritual (sering terjadi secara masal).
2. Motif ekonomi dan keuangan.
3. Motif sosial dan budaya (seperti di Jepang ada faktor budaya, namun harakiri dan kamikaze dipengaruhi juga oleh konsep spiritualitas).
4. Motif personal.
5. Motif Keluarga
6. Motif disintegrasi kepribadian.

Namun, menurut penelitian berbagai pihak, kasus bunuh diri memiliki kaitan erat dengan depresivitas, kecuali untuk kasus yang bersifat spiritual. Sebagaimana disebutkan diatas kehilangan harapan dan kehilangan tumpuan merupakan sumber utama yang menjebak seseorang kedalam kondisi depresi.

Secara substantif, manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk spiritual. Esensi dasar sosialitas dan spiritualitas adalah ketergantungan dan sekaligus harapan. Krisis sosial dan spiritualitas membuat tempat bertumpu dan berharap memudar bahkan menghilang. Kondisi ini membuat manusia kehilangan pegangan dan tumpuan, pada saat menghadapi tekanan yang bertubi-tubi individu menjadi goyah dan terjebak pada kondisi depresif. Kehilangan harapan ini menjadi salah satu sumber penting yang mendorong terjadinya bunuh diri.

Spiritulitas dalam kasus ini memang berada dalam posisi paradoks, disatu sisi dapat mencegah terjadinya bunuh diri, namun disisi lain dapat pula sebagai faktor pendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri (suicide)”.

Biasanya depresi merupakan gejala awal sebelum seseorang melakukan bunuh diri. Untuk itu perlu mengetahui ciri-ciri seseorang yang terkena depresi sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan bunuh diri.

Ciri-cirinya seseorang terkena depresi sebagai berikut :

1. Individu merasa ada persoalan berat yang tidak bisa ia selesaikan.
2. Individu terlihat murung
3. Menarik diri dari pergaulan sosial
4. Kehilangan minat
5. Merasa diri tidak berguna dan atau merasa bersalah
6. Berpikir untuk bunuh diri

Ciri 1 harus diketahui betul masalahnya dan dicarikan jalan keluar terbaik. Ciri-ciri ke-2 s/d 4 dapat diatasi melalui terapi ringan, namun ciri-ciri ke-5 dan 6 memerlukan terapi yang intensif. Saat ini banyak orang mulai dari berbagai kalangan mengalami kondisi depresi yang mempengaruhi efektivitas perilakunya. Orang-orang terdekat harus peka terhadap situasi ini dan apabila menemukan indikasi diatas selayaknya memberikan penanganan yang tepat dan jika diperlukan terapi psikologis perlu meminta bantuan seorang psikolog.

Senin, 28 Desember 2009

TUGAS SEORANG PEMIMPIN

Apa sesungguhnya tugas seorang Pemimpin? Memberikan arah? Memotivasi? Sebagai role model?

Banyak buku dan teori yang mengulas tugas seorang pemimpin. Peter F. Drucker seorang Guru Manajemen dan juga ahli kepemimpinan menyebutkan empat kompetensi penting seseorang pemimpin yang sekaligus juga memberikangambaran tentang apa yang menjadi tugasnya, yaitu :

1. Memiliki kemampuan mendengarkan
2. Kemauan untuk sering berkomunikasi
3. Kemauan untuk bertanggung jawab
4. Kemauan untuk menempatkan kepentingan organisasi diatas kepentingan individu

Jika kita menilik pada tuntutan kompetensi tersebut diatas, jelas tugas utama seorang pemimpin adalah berkaitan dengan orang, orang dan orang. Pemimpin berurusan dengan manusia bukan dengan benda. Apakah itu menggerakkan orang, memberikan harapan, mendorong, merangkul, mendengarkan dan berdiri paling depan dalam menghadapi resiko dan mengambil tanggung jawab.

Menurut Warren Bennis pengarang On Becoming a Leader, para pemimpin yang sukses adalah mereka yang dapat menyelami dan kemudian mengekspresikan dirinya sendiri. Ini adalah penghargaan terhadap keyakinan psikologi manusia. Jika dikaitkan dengan Teori Maslow hal ini pada konteks kebutuhan akan aktualisasi diri. Bennis juga mengatakan bahwa kualitas hidup kita tergantung pada kualitas para pemimpin kita. Demikian besarnya tanggung jawab seorang pemimpin, sehingga mereka yang menyadari secara sungguh-sungguh hal ini sering menghindari peran sebagi pemimpin.

Dalam budaya Minangkabau sering disebutkan seorang pemimpin bagaikan atap sebuah rumah yang mampu melindungi pengikutnya terhadap hujan maupun panas. Ia menaungi seluruh penghuni atau pengikutnya dan memberikan ketentraman bagi mereka.

Berkaitan dengan uraian diatas setidaknya pemimpin memiliki lima tugas utama :

1. Ia bagaikan Kapten kapal yang memberikan arah tujuan kapal.
2. Memastikan semua SDM mampu berperan optimal selaras dengan arah organisasi.
3. Mengambil tanggung jawab apabila diperlukan.
4. Memberikan perlindungan bagi pengikutnya.
5. Dan terakhir namun sangat penting yaitu menyiapkan kader-kader penerus kepemimpinan.

Sabtu, 26 Desember 2009

GOOD MARRIAGE

There is no more lovely, friendly, and charming relationship, communion or company than a good marriage.

(Martin Luther, 1483-1546)

Jumat, 25 Desember 2009

WISDOM

Wisdom does not show itself so much in precept as in life, in a firmness of mind and mastery of appetite. It teaches us to do as well as talk; and to make our actions and words all of a color.

(Lucius Annacus Saneca, Roman Author, 4 BC – AD 65)

Kamis, 24 Desember 2009

HATI-HATI MENG-KLIK

Dahulu orang tua sering menasehati anak-anaknya agar hati-hati berbicara. Kemudian jaman berkembang, media massa cetak dan elektronik berkembang, muncul nasehat untuk hati-hati menulis.

Jaman terus berkembang, merebak pula teknologi informasi yang memunculkan internet yang membuat sekian banyak orang dapat terhubung dalam dunia maya. Berkembang berbagai macam situs networking seperti facebook, twitter dan muncul pula blog. Disamping orang semakin bebas menulis maka dengan internet orang semakin bebas pula mengklik. Mungkin sekarang muncul nasehat baru hati-hati meng-klik.

Kasus Prita Mulyasari versus Omni International, kasus Chandra-Bibit dan terakhir kasus Luna Maya versus Infotainment merebak menjadi kasus hukum. Dengan berbagai kasus tersebut mungkin sekarang orang berpikir harus hati-hati menulis dan meng-klik. Sekali anda buat tulisan dan komentar kemudian anda klik, maka hal tersebut akan tersebar kemana-mana, dibaca jutaan orang, dikomentari banyak orang bahkan sangat mungkin tulisan anda ditindaklanjuti dengan menambah, mengurangi, memodifikasi dan seterusnya. Respon terhadap tulisan anda bisa berkembang kemana-mana.

Begitu banyak orang terlibat dalam suatu situs jaringan sosial terutama yang menyikapi berbagai situasi dan kasus sosial. Ambil contoh di facebook, terdapat beberapa grup facebookers yang melibatkan sedemikian banyak orang, contoh sebagai berikut :

1. Gerakan 1 juta facebookers dukung Chandra dan Bibit memiliki anggota 1.406.762.
2. Dukungan bagi Ibu Prita Mulyasari memiliki anggota 385.998.
3. Boikot Luna Maya memiliki anggota 1.794

Masih cukup banyak grup-grup lainnya seperti menolak pornografi, Bank Century, gugat PLN, ganyang Malaysia, tolak Patung Barrack Obama, dan sebagainya. Sebagian dari grup-grup tersebut cukup efektif menggerakkan massa dan membentuk opini dimasyarakat. Sebagian mampu menggalang solidaritas sosial dan tidak jarang pula menjadi awal merebaknya kasus hukum.

Undang Undang ITE merupakan salah satu pintu yang digunakan untuk kasus hukum berkaitan dengan internet dan teknologi informasi. Sebagaimana diketahui, undang-undang sesungguhnya dimaksudkan untuk mengatur, menertibkan dan melindungi. Namun, bagi pihak-pihak tertentu undang-undang dapat pula digunakan untuk menjerat pihak lain dalam kasus hukum. Kita tentunya sepakat undang-undang sangat diperlukan termasuk Undang Undang ITE, hanya dalam penerapannya perlu mengedepankan asas keadilan, melindungi kepentingan bersama dan jangan sampai membungkam kebebasan berpendapat.

Masyarakat Indonesia yang relasi sosialnya sangat intens tentu memiliki manfaat yang besar dengan kehadiran internet, termasuk dengan merebaknya berbagai situs jaringan sosial. Walaupun penetrasi internet di Indonesia masih rendah sekitar 13% dari 240 juta penduduk, namun peningkatan pengguna dari waktu ke waktu melihat kecenderungan semakin menaik. Peningkatan ini bergerak dengan sangat signifikan. Demikian juga pengguna blog yang telah menunjukkan angka sekitar 130.000 terus menunjukkan peningkatan. Artinya, kondisi melek internet ini akan semakin bertambah.

Tidak dapat dipungkiri jika sebuah aktivitas sosial yang berkembang sedemikian pesat maka memerlukan pengaturan untuk melindungi kepentingan bersama. Dalam konteks seperti inilah dapat dipahami perlunya kehadiran sebuah undang-undang, namun sekali lagi sebuah undang-undang mestinya memperhatikan asas keadilan, kepentingan bersama dan tidak membungkam kebebasan berpendapat.

Reformasi yang mendorong proses demokrasi di Indonesia memang terus berkembang dengan segala dinamikanya. Hal ini merambah pula kedalam dunia maya, orang semakin bebas berpendapat dan semakin bebas menyalurkan aspirasinya termasuk dalam situs jaringan sosial di internet. Namun, hendaknya kita pun secara seimbang ingin mengatakan bahwa para pengguna internet pun perlu memahami bahwa unsur saling menghargai, menghindari fitnah yang tidak mendasar harus menjadi pertimbangan saat kita menyampaikan pendapat pada berbagai situs yang ada.

Kedewasaan harus ditumbuhkan bagi segenap pihak, termasuk pemerintah sebagai regulator, penegak hukum, pengguna internet dan seluruh masyarakat luas.

Jadi .......... hati-hati-lah sebelum meng-klik. Selamat beraktivitas didunia maya yang semakin dinamis.

Rabu, 23 Desember 2009

BERTAHAN DAN MAJU

Makhluk hidup termasuk manusia dalam fitrahnya senantiasa hidup dan berkembang. Terlebih-lebih manusia yang terdiri dari jiwa dan raga memiliki tingkat perkembangan yang jauh lebih tinggi karena sentuhan ilmu dan peradaban. Faktor pembeda yang sangat penting adalah kemampuan akal, pikiran dan akhlak manusia.

Namun, untuk tumbuh dan berkembang manusia pun dihadapkan pada berbagai persoalan kehidupan. Berbagai dimensi persoalan tersebut, fisik maupun psikis, sosial-ekonomi-politik, karir dan keluarga, yang sangat berbeda dimensi dan kompleksitasnya dibandingkan makhluk hidup yang lain.

Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan modal yang sangat berharga bagi manusia melalui akal dan pikiran untuk mampu bertahan dan terus maju, tumbuh dan berkembang mengatasi berbagai persoalan hidup yang ada. Dalam fitrahnya, sekecil apapun, kemajuan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan kehidupan manusia. Namun, tidak sedikit pula mereka yang hanya berjalan ditempat bahkan mengalami kemunduran dalam kehidupannya. Sebagian besar faktor penyebabnya terletak pada manusia itu sendiri.

Andy Grove mantan CEO Intel mengarang sebuah buka yang spektakuler yang berjudul "Only The Paranoid Survive." Konteks buku ini memang dalam perspektif bisnis dan organisasi. Namun, telaahannya dapat pula digunakan untuk menjelaskan kemampuan individu bertahan terutama dalam menghadapi krisis. Menurut Andy Grove untuk survive diperlukan Strategic Inflection Point (SIP). Dalam hal strategi ini Grove meminjam pendekatan Michael Porter tentang lima kekuatan kemampuan organisasi dalam menghadapi persaingan bisnis. Lima kekuatan itu adalah pelanggan, pesaing, pemasok, barang pengganti dan hambatan masuk. Grove menambahkan yang keenam yaitu pelengkap.

Dalam konteks individu untuk survive, lima kekuatan tersebut dapat berbentuk spirit, kemampuan intelektual, kemampuan emosional, kemampuan sosial, kemampuan kerja ditambah dengan kualitas kesehatan, fisik maupun psikis. Hal ini akan menjadi basis individu untuk mampu bertahan dan kemudian maju.

Charle Darwin penemu teori Evolusi (sebagian ahli mengatakan Wallace-lah sebagai penemu teori Evolusi, Darwin hanya meneruskannya) mengatakan bahwa mereka yang mampu bertahan dan lolos dari seleksi alam bukanlah yang kuat dan yang besar tetapi yang mampu beradaptasi. Hal ini berlaku pula bagi perusahaan maupun individu, yang mampu bertahan adalah yang mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang ada.

Seorang pebisnis terkenal, Tom Watson Sr mengatakan untuk mampu bertahan dan sukses kita perlu memiliki tiga hal, yaitu : unggul dalam hal apapun yang kita kerjakan, melayani orang lain dengan sebaik-baiknya dan menghormati setiap orang. Inilah modal Tom Watson Sr untuk sukses. Modal ini merupakan refleksi dari perpaduan antara kemampuan intelektual, emosional dan sosial.

Jadi untuk bertahan dan maju sesungguhnya tidak saja menyangkut kemampuan diri, tetapi juga sangat ditentukan oleh kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Self-management sangat diperlukan, namun hal ini harus diimbangi pula dengan kemampuan dalam social management.

Selasa, 22 Desember 2009

REFLEKSI MENJELANG AKHIR TAHUN

Waktu yang sedemikian cepat berlalu membuat kita tanpa terasa telah hampir mengakhiri perjalanan tahun 2009. Sebentar lagi kita akan menyongsong tahun 2010. Apa yang telah kita capai pada tahun 2009? Apa yang ingin kita capai pada tahun 2010? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini umum terjadi pada diri kita.

Tanpa disadari sekarang kita telah menuju menjadi masyarakat target. Segala sesuatu dibuat target. Menjadi masyarakat obsesif dan ambisius. Keberhasilan diukur dengan pencapaian target-target. Dan tanpa terasa pula target telah menjadi beban hidup, menjadi sumber stress, depresi sampai dengan bunuh diri. Target telah membenamkan diri kita menjadi individu dan masyarakat yang lupa bersyukur. Inilah sumber permasalahan besar masyarakat modern, target, target dan target. Lalu dimana letaknya syukur? Dalam konteks seperti inilah kita ingin memaknakan pergantian tahun, tidak sekedar mengevaluasi target, tidak sekedar ingin membuat target baru, tetapi menempatkan syukur pada posisi yang mulia dalam kehidupan kita. Antara target dan syukur itulah terletak REFLEKSI!

Refleksi berarti anda melakukan kontemplasi, merenung, fokus pada energi mental untuk menghargai diri anda dan lingkungan (ingat untuk menghargai bukan mengevaluasi). Refleksi adalah proses memanusiakan diri anda, melihat berbagai kemungkinan positif yang ada dan melihat pencapaian-pencapaian yang sudah dilakukan, sekecil apapun pencapaian tersebut itu adalah sebuah prestasi.

Refleksi harus disertai fleksibilitas memaknai tujuan hidup, namun teguh pada keyakinan. Fleksibilitas dalam arti memilih jalan, namun teguh dalam arah akhir. Arah lebih dari sekedar target. Arah membuat kita lebih bermakna, sedangkan target akan membuat anda bagaikan robot. Arah memuliakan, target adalah tapak kecil untuk menuju arah, sehingga target tidak mesti kaku membelenggu kita. Temukan arah dan teguhlah untuk menuju kesana.

Sebuah ilustrasi dapat dipelajari dari cara semut berjalan untuk menuju suatu arah. Semut pada dasarnya berjalan menuju suatu arah. Dalam menuju arah ada target-target kecil yang bisa saja berubah. Dalam berjalan menuju arah, ketika semut berjumpa sesuatu yang menurutnya tidak dapat didaki, semut tidak akan bersikukuh untuk terus berjalan pada jalur yang sama, atau terus menerus membenturkan dirinya kejalan yang sama. Semut akan pindah jalur mencari jalan lain untuk melanjutkan perjalanan, namun tetap menuju arah akhir yang konsisten. Sebuah pembelajaran yang luar biasa. Anda bisa mengubah jalur atau target tetapi mesti harus tetap kukuh dengan arah.

Refleksi pada dasarnya adalah proses merenungi arah bukan mengevaluasi target. Dalam refleksi ada apresiasi, motivasi dan keteguhan untuk berjalan pada arah. Target sering sekali menekan, mengancam bahkan mematikan. Dalam refleksi sesungguhnya kita tidak pernah melihat kegagalan, tetapi lebih kepada pencapaian-pencapaian, sekecil apapun pencapaian tersebut. Selama kita hidup, sekecil apapun kita berkembang dan mencapai sesuatu. Inilah yang harus disyukuri. Jika kita bijak sesungguhnya oleh YANG MAHA KUASA, kita lebih banyak dianugerahi kenikmatan dibandingkan kesulitan. Mengapa kita tidak bersyukur?

Untuk memperteguh rasa syukur, menjelang akhir tahun dan menyongsong tahun baru dalam konteks refleksi, pemikiran Stephen R. Covey tentang THE 7 HABITS layak dikutip. Covey menyebutkan 7 kebiasaan yang mampu menuntun kita menjadi orang yang efektif, yaitu :

1. Jadilah proaktif
2. Merujuk pada tujuan akhir (tujuan akhir adalah arah bukan target yang hanya jangka pendek)
3. Dahulukan yang utama
4. Berpikir menang/menang
5. Berusahalah mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti
6. Wujudkan sinergi
7. Asahlah gergaji

Jadilah proaktif menggambarkan kebebasan memilih yang dimiliki oleh seseorang antara dorongan dan tanggapan. Ini merujuk pada keharusan individu untuk memiliki keinginan-keinginan melawan ketidakberdayaan.

Merujuk pada tujuan akhir ini adalah upaya untuk memberikan arah pada penggunaan imajinasi yang secara kreatif merumuskan apa yang diinginkan dalam jangka panjang. lebih dari sekedar target, tetapi arah akhir apa yang ingin dicapai.

Dahulukan yang utama menuntun kita untuk memiliki prioritas dalam hidup. Prioritas ini harus memperhatikan keseimbangan hidup antara kepentingan diri, keluarga, karir, sosial, religi dan sebagainya.

Sebagai makhluk sosial maka ketiga kebiasaan lain harus mewarnai perilaku kita yaitu berpikir menang/memang, berusaha mengerti orang lain dan wujudkan sinerji. Keberhasilan anda harus menjadi bagian keberhasilan orang lain, demikian pula sebaliknya. Dengan berusaha memahami dan mengerti orang lain akan mendorong orang lain untuk memahami dan mengerti diri anda pula. Sinerji akan memberikan hasil lebih dari sekedar 1+1=2, satu ditambah satu harus lebih dari dua, itulah konteks sinerji.

Kebiasaan yang ketujuh, asahlah gergaji, kembali kediri masing-masing namun dalam konteks untuk terus menerus meningkatkan kualitas dari enam kebiasaan yang ada. Intinya adalah membuat diri kita semakin mandiri dan mendorong saling ketergantungan yang efektif dan positif.

Bukankah anda telah memiliki 6 kebiasaan yang baik tersebut? Tinggal sekarang lakukan yang ke-7 ...... ASAHLAH GERGAJI ANDA .............. Sukses Tahun 2009 dan Selamat Tahun Baru 2010.

Senin, 21 Desember 2009

SOCIAL INTELLIGENCE

Daniel Goleman pengarang buku terkenal Emotional Intelligence menegaskan bahwa keberhasilan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh kecerdasan inteletual. Kecerdasan intelektual yang secara konvensional dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis, matematis, spatial dan kemampuan verbal. Aspek emosional sering sekali menjadi faktor penting kesuksesan seseorang selain faktor kecerdasan intelektual. Faktor sukses lainnya yang berpengaruh penting adalah kemampuan membangun relasi sosial.

Setelah sukses mengeluarkan buku tentang emotional intelligence, Daniel Goleman mempublikasikan pemikirannya tentang Social Intelligence (SI). SI pada dasarnya menyangkut keterampilan seseorang dalam membangun relasi dan menempatkan dirinya secara efektif dalam situasi sosial.

Menurut Goleman ada dua hal penting menyangkut SI ini, yaitu Social Awareness (SA) dan Social Facility (SF). SA berkaitan dengan kesadaran dan pemahaman seseorang terhadap orang lain, sedangkan SF adalah berkaitan dengan apa yang dapat kita lakukan berkaitan dengan kesadaran dan pemahaman tersebut.

SA merujuk pada penghargaan terhadaan diri orang lain, memahami perasaan dan pikiran orang lain dan beradaptasi dengan situasi sosial yang kompleks. SA mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Primal Empathy : Memahami perasaan orang lain, peka terhadap reaksi non-verbal.
2. Attunement : mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian, menyesuaikan diri terhadap orang lain.
3. Empathic Accuracy : Memahami secara tepat perasaan, pikiran dan maksud orang lain.
4. Social Cognition : Mengetahui bagaimana perkembangan situasi sosial.

Sedangkan SF berkaitan dengan penyediaan dukungan terhadap penerapan SA. SF pada dasarnya mendukung proses interaksi sosial yang efektif. SF meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Synchrony : kemampuan berinteraksi sosial secara tepat pada tingkat non-verbal.
2. Self-Presentation : Kemampuan mempresentasikan diri secara efektif.
3. Influence : Meningkatkan efektivitas interaksi sosial.
4. Concern : Peduli terhadap kebutuhan orang lain dan menindaklanjuti pemenuhan kebutuhan tersebut.

Jika dikaitkan dengan emotional intelligence, maka social awareness sangat terkait dengan self-awareness, sedangkan social facility terkait dengan self-management. Artinya keterampilan berinteraksi secara sosial sangat terkait pula dengan aspek emosional seseorang. Kesadaran sosial dapat terjadi dengan baik baik apabila didukung oleh kesadaran diri yang baik. Demikian pula social-facility dapat berlangsung efektif sangat tergantung pada kemampuan mengelola diri atau self-management.

Minggu, 20 Desember 2009

HUMAN CAPITAL & KNOWLEDGE MANAGEMENT

Pada tanggal 14 s/d 17 Desember 2009 penulis berkesempatan mengikuti program Human Capital and Knowledge Management (KM) di Melbourne dan Sydney Australia. Program ini selain berbentuk lecture dilengkapi pula dengan kunjungan ke perusahaan yang telah menerapkan Knowledge Management (KM) di Australia yaitu LINK:Q dan OPTUS (Yes OPTUS). Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Crewe Sharp Career Bridge Consulting dengan Main-Facilitator Michael Meere.

Knowledge Management atau lazim disingkat dengan KM dalam penerapannya tidak terlepas dari aspek Human Capital, disamping dari Organizational Capital. Untuk memahami hal ini lebih lanjut perlu dipahami runtutan terminologi sebagai berikut :

- Sebuah aktivitas dan keberhasilan memerlukan Capital.
- Capital terdiri dari Organizational Capital dan Intellectual Capital.
- Intellectual Capital meliputi : Organizational Intelligence, Organizational Relationship, Intellectual property dan Human Capital.
- Human Capital meliputi : Knowledge Capital, Emotional Capital, Employee Relationships and Networks, Employee Engagement and Commitment, Ethical Capital dan Workforce Diversity.

Jadi Knowledge Management meliputi seluruh hal diatas dengan main-objective sebagai basis pengambilan keputusan strategis perusahaan. Bagaimana dampak Human Capital terhadap KM? Atau dengan perkataan lain disebut dengan “The Human Capital Imperative.” Berikut ini dicuplik pendapat dari beberapa pihak, sebagai berikut :

- Watson Wyatt Worldwide : The primary reason for organizational profitability is the effective management of Human Capital.

- Gachman.I & Luss, R. Building the Business Case for HR in Today’s Climate. Strategic HR Review,1. (4), pp26-29 : Effective, integrated human capital management can result in a 47% increase in market value.

- Harvard Business School Press. Boston : Top 10 enjoyed a 391% ROI in management of their human capital.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh bagaimana mengelola Human Capital. Knowledge Management sendiri sesungguhnya adalah bagaimana mengelola aspek knowledge sebagai inti dari human capital. Sebagaimana diuraikan diatas human capital adalah bagian penting dari intellectual capital yang dimiliki oleh organisasi disamping organizational capital.

Berbicara Human Capital dalam konteks Knowledge Management tiada lain berbicara tentang Knowledge Capital. Pengelolaan Knowledge Capital tidak terlepas dari Ethical Capital, Emotional Capital dan Workforce Diversity.

Kesuksesan penerapan KM dalam sebuah organisasi sangat tergantung pada komitmen Top Leader. Top Leader memegang peranan kunci bagaimana memberdayakan KM. Dari komitmen ini akan menghasilkan strategic decision, supporting dan optimalisasi pemanfaatan KM dalam proses pengelolaan organisasi. Selanjutnya setelah adanya komitmen, maka kesuksesan pengelolaan KM sangat tergantung pada :

- Wisdom applied to work practices.
- Effectiveness and efficiency
- Knowledge and innovation
- Knowledge, employee motivation and engagement
- Knowledge and waste minimization


Disamping faktor-faktor sukses pengelolaan KM diatas, maka terdapat pula faktor-faktor hambatan yang disebut dengan “barriers of human capital best practices” yaitu :

- Structure (include system)
- Culture
- Business Unit Dynamics


Dengan memahami sukses dan hambatan (barrier) dalam KM, maka organisasi dapat memanfaatkan KM untuk :

- Meningkatkan kualitas produk atau layanan.
- Memperkuat dan memperluas kompetensi melalui intellectual assets management.
- Meningkatkan dan mempercepat penyebarluasan pengetahuan dalam organisasi.
- Menerapkan pengetahuan baru untuk meningkatkan kinerja.
- Meningkatkan keuntungan dari adanya inovasi produk baru.

A new era in human capital management is approaching by knowledge management. Value increasingly comes from boosting the productivity of individual workers and from greater workforce innovation. By achieving the most productive possible combinations of workers and work, companies can find a lasting source of competitive advantage.

Minggu, 13 Desember 2009

JAKARTA- SINGAPORE, PEMBELAJARAN DARI SQ

Dalam perjalanan penulis ke Melbourne Australia untuk mengikuti Seminar tentang Knowledge Management Audit penulis sempat singgah ke Singapore. Perjalanan ini mengunakan dua maskapai penerbangan yang beraliansi satu dengan yang lain, yaitu Singapore Airlines (SQ) dan Qantas Australia. Inilah pola bisnis connecting masa kini dan depan. Sebuah keharusan yang harus dilakukan berbagai perusahaan jika ingin bisnisnya tetap eksis.

Perjalanan dari Jakarta ke Singapore menggunakan SQ yang terkenal akan kualitas layanannya. Yang menarik para pramugari SQ tidak harus berusia muda, sebagian dari mereka telah berusia setengah baya, namun sangat prima dan cekatan dalam memberikan pelayanan. Ini menunjukkan kompetensi telah menjadi pertimbangan utama dalam penugasan SDM, tidak sekedar cantik, muda atau penampilan fisikal, namun yang terpenting adalah performa kerjanya.


Ditengah perjalanan tersebut penulis menemukan cara mereka bekerja yang gesit, ramah sekaligus tegas. mereka mampu mengingatkan penumpang untuk mematuhi peraturan penerbangan dengan cara yang cukup simpatik. Mereka juga menghargai budaya lokal penumpang, apakah itu dari Indonesia, China, Western dan sebagainya. Selain itu kita temukan pula saat ini pola bisnis yang sinerjis yaitu dengan aliansi antar berbagai perusahaan untuk mencapai performa kinerja yang saling menguntungkan. itulah yang ditunjukkan oleh SQ dan Qantas.

Ini merupakan pelajaran menarik dalam perilaku bisnis dan perilaku melayani. Memang bisnis masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan kerja sama dan kemampuan pelayanan. Itulah kunci kemenangan kompetisi. Istilah Co-opetitive yang merujuk pada kemampuan untuk mampu cooperative sekaligus competitive tampaknya sudah menjadi formula bisnis masa kini dan masa depan. Basis dari pola tersebut sebetulnya terletak pada hubungan kemitraan yang solid. Namun, sesungguhnya dalam kemitraan ini pun mengandung arti kompetisi.

Dalam konteks SQ-Quantas jelas kerjasama adalah pemanfaatan resources bersama dan saling mengisi. Namun, mereka pun sesungguhnya memperhatikan aspek kompetisi, yaitu dari kualitas layanan. Jenis pesawat bisa sama, harga bisa sama, namun kualitas pelayan bisa berbeda. Dan yang membedakannya adalah kualitas SDM. Dengan perkataan lain kualitas pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas SDM. Bukankah kita menyaksikan banyak maskapai penerbangan menggunakan jenis pesawat yang sama, namun mengapa performanya bisa berbeda? Jawabannya sekali lagi adalah kualitas SDM, disamping faktor penunjang lain seperti leadership, management, budaya dan proses bisnis. Namun, basis dari semua itu adalah pada SDM.

Jadi jika anda ingin berbeda, buatlah SDM anda berbeda!

Sabtu, 12 Desember 2009

PERUSAHAAN IDAMAN

Apa yang terlintas dalam pikiran anda saat ingin memilih perusahaan tempat anda berkarir? Gaji yang besarkah? Lingkungan yang nyamankah? Tugas yang menantangkah? Atau reputasi perusahaan tersebut?

Dalam Majalah Warta Ekonomi edisi 24 tanggal 30 November-13 Desember 2009 dipaparkan hasil survey tentang Perusahaan Idaman. Survei ini dilakukan melalui wawancara telepon yang dilakukan pada tanggal 1-15 September 2009. Responden diambil secara acak dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang mayoritas berlokasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Jumlah respon 986 orang, laki-laki 52%, perempuan 48%, berusia 20-35 tahun, mayoritas S1 dan sebagian bekerja sebagai Staff maupun Manager. Sekitar 70% respoden mengatakan sudah pindah kerja 1-7 kali dan 30% belum pernah pindah kerja.

Dari survei tersebut diperoleh 15 Perusahaan Idaman Utama dengan peringkat sebagai berikut :

1. PT TELKOM
2. PT ASTRA INTERNATIONAL
3. PT PERTAMINA
4. PT BANK MANDIRI
5. PT BANK CENTRAL ASIA
6. PT GARUDA INDONESIA
7. PT UNILEVER INDONESIA
8. PT MEDCO ENERGI INTERNASIONAL
9. PT INDOSAT
10. PTADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE
11. PT BRI
12. PT FREEPORT INDONESIA
13. PT BAKRI & BROTHERS
14. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR
15. PT BNI

Apa yang menjadi dasar pilihan responden sehingga memilih perusahaan-perusahaan tersebut di atas sebagai perusahaan idaman? Ternyata gaji atau paket remunerasi yang tinggi masih menjadi alasan utama. Selain itu kesempatan karir dan pelatihan sebagai bagian dari program Talent Management menjadi isu yang menarik di bidang Sumber Daya Manusia.

Mari kita lihat TELKOM yang menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan idaman di Indonesia. Responden menyebutkan alasan memilih TELKOM karena :

1. Standar gaji yang diberikan perusahaan ini lebih tinggi dibanding perusahaan lain.
2. Memberikan fasilitas gaji/tunjangan yang lebih baik kepada karyawannya.
3. Perusahaan terkenal
4. Perusahaan besar dan maju.
5. Perusahaan terbaik dibidangnya.
6. Perusahaan yang memiliki jenjang karir yang jelas.
7. Perusahaaan yang memiliki manajemen/organisasi yang bagus.
8. Sesuai dengan pendidikan.
9. Sesuai dengan bidangnya.

Alasan-alasan tersebut tampaknya mewakili semua jenis kebutuhan manusia sebagaimana yang disebut oleh Abraham A. Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, self-esteem hingga aktualisasi diri.

Penulis sendiri teringat pada saat lulus dari Perguruan Tinggi saat itu mencoba membandingkan berbagai kesempatan kerja yang ditawarkan oleh sejumlah perusahaan. Dari hasil diskusi dengan beberapa senior penulis setidaknya memiliki tiga pertimbangan dalam memilih perusahaan dimana penulis ingin berkarir, yaitu :

1. Perusahaan skala besar yang setidaknya coverage-nya bersifat nasional.
2. Perusahaan yang memiliki orientasi teknologi yang baik.
3. Perusahaan yang menghargai manajemen SDM, hal ini merupakan alasan khusus karena penulis berlatarbelakang pendidikan psikologi yang erat kaitannya dengan SDM.

Setiap orang tentu memiliki berbagai pertimbangan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Namun penulis teringat sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa kita harus memilih pekerjaan yang memang kita senangi/minati dan bekerja pada orang-orang/perusahaan yang memang kita respek terhadapnya untuk memotivasi kita bekerja secara optimal.

Bukankah pekerjaan yang baik tersebut adalah pekerjaan yang dapat memanusiakan kita dan mampu mengangkat martabat kemanusiaan kita.

Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda bekerja sesuai dengan idaman anda? Dan apa yang menjadi pertimbangan anda dalam memilih pekerjaan?

Jumat, 11 Desember 2009

PROVERB OF WILLIAM JAMES (AMERICAN PSYCHOLOGIST, 1842-1910)

I am often confronted by the necessity of standing by one of my empirical selves and relinquishing the rest. Not that I would not, if I could, be …. a great athlete and make a million year, be a wit, a bon-vivant and a lady killer, as well as a philosopher, a philanthropist and saint. But the thing is simply impossible.

The millionaire’s work would run counter to the saint’s; the bon-vivant and the philanthropist would trip each other up; the philosopher and the lady killer could not well keep house in the same tenement of clay. Such different characters may conceivably, at the outset of life, be alike possible for a man. But to make any one of them actual, the rest must more or less be suppressed.

So the seeker of his truest, strongest, deepest self must review the list carefully and pick out one on which to stake his salvation. All other selves thereupon become unreal, but the fortunes of his self are real. Its failures are real failures, its triumphs real triumphs carrying shame and gladness with them.

Selasa, 08 Desember 2009

PANDANGAN PETER F. DRUCKER TENTANG REVOLUSI INFORMASI

Menurut Peter F . Drucker tentang revolusi informasi bahwa hal tersebut telah memberikan bantuan yang sangat berguna bagi para manajer. Informasi telah membantu para manajer untuk memahami dengan lebih baik segala hal diluar organisasi. Informasi memberikan masukan tentang pelangan, pasar, pesaing, pemasok dan banyak hal lainnya lagi. Namun, menjelang akhir 1990-an Drucker kecewa bahwa 90% informasi yang diproduksi organisasi masih bersifat inward looking.

Dorongan terbesar bagi perusahaan akan datang dari para senior manajer yang semakin frustrasi mencari lebih banyak informasi yang bisa ditindaklanjuti terhadap pelanggan, non-pelanggan dan pasar. Drucker melihat informasi dalam beberapa dimensi secara simultan.Ia merupakan orang yang pertama kali mengenali bahwa komputer akan berdampak besar terhadap bisnis, tetapi juga melihat keterbatasannya. Mesin adalah benda “idiot” yang mekanis dan tak akan pernah menggantikan manajer yang mebuat keputusan-keputusan sulit.

Disisi lain Drucker juga melihat revolusi informasi sebagai penanda dalam sejarah, penanda yang membatasi satu era dengan era selanjutnya. Sebetulnya revolusi informasi membawa kita ke era industri yang baru. Kita tidak bisa mengkonseptualisasikan seperti apa era industri baru tersebut. Revolusi bisa memakan waktu hingga 20 tahun dan dibutuhkan kerja keras dan perjuangan sebelum semuanya akhirnya berubah.

Pada titik akhir Drucker kembali ke titik kunci yaitu menghargai manusia di atas teknologi. Organisasi yang sukses di masa depan adalah mereka yang bisa menarik dan mempertahankan orang-orang terbaik. Tidak dengan opsi saham dan insentif finansial lainnya, tetapi dengan mengubah mereka dari bawahan menjadi mitra.

(Inside Drucker’s Brain)

Selasa, 01 Desember 2009

KIAT-KIAT SUKSES

Jika mengamati berbagai literatur yang ada ditemukan sejumlah buku tentang bagaimana menggapai sukses. Berbagai buku tersebut mengulas baik secara teoritis, hasil mempelajari riwayat orang yang sukses, mewawancara mereka yang dianggap sukses maupun dengan cara mengobservasinya.

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari literatur tersebut. Sukses pun muncul dalam berbagai versi. Ada sukses dalam pengertian karir, sukses dalam hal kekayaan, sukses dalam pengertian akademis, sukses secara social dan sebagainya.

Dari sisi agama dikenal sukses di dunia dan sukses di akhirat. Dalam konteks lain ditemukan pula kesuksesan yang hakiki harus meliputi sukses karir, keluarga, sosial dan kebutuhan individual.

Adapula kesuksesan dikaitkan dengan terpenuhinya kebutuhan seseorang. Katakanlah dalam perspektif Abraham H. Maslow maka kesuksesan sangat dipengaruhi terpenuhinya kebutuhan dalam hal : fisiologis, rasa aman, sosial, prestise/status, aktualisasi diri sampai dengan kebutuhan spiritual.

Uniknya sebagian mereka yang dinilai dirinya sukses merasa biasa-biasa saja. Apa yang diraih mereka rasakan sebagai suatu kewajaran dan sesuatu yang mengalir begitu saja. Tetapi, jika dicermati sesungguhnya mereka meniti kesuksesan secara bertahap, melewati berbagai tantangan dan mereka berpegang teguh dengan apa yang mereka yakini.

Menurut pengamatan penulis mereka yang sukses (secara karir, keluarga, sosial dan invidual) memiliki ciri-ciri sebagai berikut dan dapat juga disebut dengan kita-kiat sukses, yaitu :

1. Memiliki kompetensi (skill, knowledge, attitude) yang dapat diandalkan.
2. Memiliki tujuan dan perspektif jangka panjang.
3. Memiliki social networking yang baik.
4. Kemampuan komunikasi yang handal.
5. Bertindak efisien dan efektif.
6. Memiliki orang-orang yang dapat diandalkan dan dipercaya untuk mendukung tugasnya.
6. Tekun, teguh dan pantang menyerah.
8. Memiliki komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini.
9. Tabah dan sabar sampai dengan tujuannya tercapai, dapat menunggu dan tahu kapan bertindak.
10. Didukung oleh kesehatan mental dan fisik yang prima.

Kita dapat mengamati sejumlah besar orang yang sukses dapat dipastikan mereka memiliki sebagai besar cirri-ciri tersebut diatas. Ciri-ciri tersebut telah menjadi bagian kepribadian mereka dan dibentuk secara bertahap sejak masa kecil sampai dengan dewasa.

Ciri-ciri tersebut mulai tertanam sejak berada dalam kehidupan keluarga, setelah itu dilanjutkan dalam lingkungan sosial. Kemudian dimantapkan dengan pola pendidikan yang diterima dan selanjutnya diasah dalam kehidupan organisasi dan bekerja.

Jadi sukses itu bukan sesuatu yang diraih secara kebetulan, yang terbentuk begitu saja, namun ada sebuah perjuangan di belakangnya. Ada suatu jalan panjang untuk meraih sebuah kesuksesan dan mereka yang teguh, tabah dan sabar-lah yang berhak meraihnya.

Senin, 30 November 2009

MANAGING CAREER

Taking action to become the most powerful, valuable, fulfilled version of yourself ;

1. Deal with reality

2. Master the workplace
3. Own your career
4. Reject mediocrity
5. Collect portable equity
6. Lead from within
7. Fail successfully
8. Reinvent Yourself
9. Balance with intention
10. Remember who you are

(Sally Hogshead)

ROAD TO DESTINY

We sow our thoughts and we reap our actions.
We sow our actions and we reap our habits.
We sow our habits and we reap our characters.
We sow our characters and we reap our destiny.

Rabu, 25 November 2009

BERGURU PADA ALAM DAN KEHIDUPAN : MENCERMATI KASUS CICAK DAN BUAYA

Banyak sekali peristiwa yang terjadi pada alam dan kehidupan ini yang dapat dijadikan pembelajaran. Namun, sering sekali kita sebagai manusia luput memperhatikannya. Bahkan pelajaran pun dapat diambil dari para makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan.

Kita menyaksikan bagaimana ilmu Kungfu yang berkembang di China berawal dari mencontoh gerakan hewan-hewan tertentu. Demikian pula dengan Fengshui yang memanfaatkan posisi alam dengan segala elemennya. Di India, Mesir dan Suku Indian Kuno seperti Maya dan Inca memanfaatkan pula segala peristiwa alam termasuk astronomi untuk memandu kehidupan manusia. Konon, ilmu alam yang berkembang di mereka pada dahulu kala jauh lebih maju dari perkembangan yang terjadi sekarang ini.

Demikianlah alam dan kehidupan memberikan pelajaran. Alam dan kehidupan biasanya bergerak dalam siklus yang teratur. Antara musibah dan bencana yang ditimbulkan oleh alam dan kehidupan senantiasa diikuti oleh kemakmuran yang baru. Meletusnya gunung berapi akan diikuti setelah itu oleh suburnya lahan disekitar gunung tersebut. Bahkan bencana besar tsunami di Aceh diperkirakan akan memicu munculnya sumber mineral baru yang melimpah didaerah tersebut.

Jadi apa yang disebut bencana dalam konteks alam dan kehidupan dapat dimaknai sebagai sebuah proses alami untuk memperbaharui kehidupan. Memperbaharui kehidupan ini tidak sekedar pada alam fisik, tetapi juga menyentuh aspek kehidupan sosial, budaya dan dimensi kehidupan manusia lainnya. Demikianlah yang kita saksikan pada bencana banjir besar Nabi Nuh, bencana Kaum Tsamud dan Aad, bencana besar Gunung Vesuvius, yang semuanya terkesan menghancurkan kehidupan manusia namun disebalik itu mendorong kehidupan baru yang lebih baik.

Berguru pada alam dan kehidupan sesungguhnya adalah memaknai hidup sebagai suatu siklus. Hidup selalu mencari keseimbangan dan hidup senantiasa memperbaharui diri dengan cara berproses sedemikian rupa termasuk berproses secara menyakitkan seperti musibah dan bencana.

Bencana pun dapat terjadi secara sosial dan politik, namun sebagaimana alam dan kehidupan kita pun meyakini ini adalah suatu proses untuk pembaharuan yang akan membuat situasi semakin baik.

Demikian pula apa yang berkembang selama ini yang sering disebut dengan Kasus Cicak versus Buaya. Presiden SBY pada Senin malam kemarin telah menyampaikan pandangan dan posisinya terhadap kasus Bibit dan Chandra yang cenderung akan diselesaikan secara out of court settlement. Jika kita menganggap peristiwa tersebut sebagai gonjang-ganjing hukum-sosial-politik, maka berguru pada alam dan kehidupan yang menganut prinsip cyclical akan membangkitkan sikap optimis bahwa kehidupan berdemokrasi dinegeri sedang berproses menuju arah yang lebih baik.

Suatu siklus akan terus berputar, dimana setiap perputaran akan semakin mematangkan dan menyempurnakan hasil. Demikianlah yang ditunjukan oleh alam dan kehidupan. Tentunya kita pun sangat berharap gonjang-ganjing yang terjadi akhir-akhir ini dinegeri ini merupakan bagian dari proses siklus kehidupan tersebut yang akan terus mematang proses demokrasi dinegeri ini utamanya melalui penegakan hukum, pemantapan kehidupan sosial dan pematangan proses berpolitik, sehingga menuju kearah kehidupan yang lebih baik.

Selasa, 24 November 2009

MOTIVASI, KETABAHAN DAN KETEGUHAN

Pada hari Minggu tanggal 22 November 2009 penulis membaca sebuah artikel disuatu Harian Nasional yang menyebutkan pentingnya Motivasi Hidup. Penulis sepakat dengan hal ini, namun menurut penulis belumlah lengkap. Dalam menghadapi kehidupan dengan segala tantangannya selain motivasi diperlukan pula ketabahan dan keteguhan.

Motivasi berakar pada kata “movere” yang berasal dari Bahasa Latin mengandung arti bergerak. Ada enerji disini yang menggerakan dan mendorong seseorang untuk mencapai sesuatu. Motivasi akan dapat mengarahkan dan mengendalikan perilaku. Sehingga motivasi merupakan suatu unsur penting bagi seseorang untuk menjalani kehidupan. Namun, sekalipun penting, motivasi saja belumlah cukup untuk menjalani kehidupan dan meraih kesuksesan hidup. Ketabahan dan keteguhan harus dimiliki seseorang agar dapat meraih apa yang diinginkan.

Tentang ketabahan penulis teringat dengan motto dari Korps Kapal Selam TNI-AL yaitu :
“Tabah Sampai Dengan Akhir.” Motto ini memberikan sikap filosofis yang mendasar bahwa kita harus menyiapkan seluruh jiwa raga untuk bertahan sampai dengan batas akhir. Tabah memiliki makna dinamis bahwa seseorang harus tetap bertahan dengan apa yang dicita-citakan dan terus berjuang sampai dengan batas akhir.

Tentang keteguhan penulis sendiri memiliki motto, yaitu : “Teguh Sampai Dengan Tujuan Tercapai.” Siapa pun manusia hidup harus memiliki tujuan dalam kehidupannya. Tujuan “ultimate”-nya adalah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan tersebut bisa dipecah kedalam tujuan jangka panjang, menengah maupun pendek. Untuk itu kita harus bersikap konsisten dengan apa yang ingin dicapai dengan sikap pantang menyerah dan bertekad untuk meraih apa yang dicita-citakan.

Jadi jelas bahwa motivasi harus dilengkapi dengan ketabahan dan keteguhan agar kita berhasil menjalani kehidupan dan mampu meraih apa yang menjadi tujuan hidup kita. Dalam motivasi, ketabahan dan keteguhan secara implisit meliputi pula tekad, sikap pantang menyerah, dan selalu memiliki spirit perjuangan untuk meraih apa yang dicita-citakan.

Hal penting pula diketahui bahwa dalam ketiga unsur tadi mengandung adanya sikap sabar dan bersyukur. Sabar dalam menghadapi kegagalan maupun kesuksesan dan syukur terhadap apa yang dimiliki dan apa yang sudah diraih. Sikap sabar dan syukur ini sekaligus menjadi basis yang penting untuk membangun motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Jika kita perhatikan tokoh-tokoh dunia dan orang-orang suci seperti para Nabi, memiliki ketiga unsur tersebut. Mereka mencapai status kemanusiaan yang tinggi karena memiliki motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Lihatlah para Nabi dan Rasul bagaimana mereka menghadapi tantangan yang luar biasa dari kaummnya dalam menegakan kebenaran. Mereka berjuang sampai dengan harus mengorbankan jiwa dan raganya, namun kita pun menyaksikan ajaran-ajaran mereka bertahan sampai dengan ratusan bahkan ribuan tahun. Ini tidak mungkin dicapai tanpa adanya motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Demikian pula para tokoh besar lainnya seperti Mandela, Muhammad Yunus, Bunda Theresa, Mahatma Gandhi, Martin Luther King dan cukup banyak lainnya sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang memiliki motivasi, ketabahan dan keteguhan.

Mereka menjadi “role model” yang baik untuk kita agar kita pun mencontoh perilakunya agar dapat sukses menjalani kehidupan. Barangkali masalah yang kita hadapi jauh lebih ringan dari apa yang pernah mereka alami. Situasi yang kita hadapi mungkin jauh lebih sederhana dari apa yang pernah mereka hadapi. Namun, kualitas pribadi mereka yang dapat kita jadikan contoh untuk sukses mengarungi gelombang kehidupan ini. Kualitas pribadi mereka yang penting adalah memiliki motivasi, tabah dan teguh. Ketiga hal ini dilandasi pada sikap sabar dan syukur. Jadi sesungguhnya anda pun bisa sukses.

Siapa bilang anda tidak bisa ?
Ayo bangun, bergerak, lindas semua rintangan, hadapi semua tantangan,dan raihlah kesuksesan hidup anda.

Senin, 23 November 2009

KECERDASAN YAHUDI

Seorang rekan penulis pernah bertemu dengan tokoh nasional yang menyebutkan kalau ingin berhasil kita harus secerdas orang Yahudi. Benarkah? memang kita saksikan para jenius dunia seperti Albert Einsten, Sigmeund Freud dan banyak tokoh cerdas lainnya adalah keturunan Yahudi. Sebenarnya populasi orang Yahudi sendiri tidak terlalu banyak, namun mereka unggul dalam banyak hal.

Dalam berbagai Kitab Suci disebutkan bahwa mereka bangsa yang kritis dan cenderung rewel, bahkan terhadap apa yang sudah disampaikan oleh Tuhan dalam Kitab Suci pun dipertanyakan oleh mereka. Mereka mampu keluar dari berbagai tekanan, inovatif, kreatif dan juga sekaligus keras kepala. Mereka juga dikenal sering menimbulkan permasalahan baik karena keras kepalanya atau karena ada kelompok lain yang terganggu dengan kehadiran mereka.

Salah satu filosofi dari mereka adalah jangan pernah merasa nyaman dan jangan buat dirimu nyaman, teruslah berkreasi dan berpetualang secara mental dan fisik. Andalkan dirimu bersama keluargamu dan bertahanlah dalam kelompokmu, kemudian menyebarlah kemana-mana, menyesuaikan diri dengan lingkungan tinggal namun tetap mempertahankan identitas ke-Yahudian.

Memang kalau diamati bangsa-bangsa yang hidup secara diaspora selain Yahudi seperti China, India pun memiliki keunggulan. Mereka mampu bertahan di berbagai lingkungan dan hidup jauh dari daeral asalnya. Mungkin benar kata Charles Darwin bahwa pemenang itu bukanlah mereka yang kuat tetapi mereka yang bisa menyesuaikan diri. Apakah Yahudi pun bisa menyesuaikan diri?

Penulis tidak ingin terjebak pada sikap rasial. Untuk itu perlu membahas masalah Yahudi ini baik dari sisi keunggulannya maupun kelemahannya. Bukankah semua bangsa memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Penulis memiliki keyakinan bahwa salah satu keunggulan Bangsa Yahudi adalah kecerdasannya dan salah satu masalah yang sering ditimbulkan oleh mereka adalah sikap keras kepala dan menganggap bangsa lain bukanlah apa-apa.

Harus diakui selain ilmuwan, pengusaha, penemu, banyak para Nabi yang berasal dari Kaum Yahudi. Jelas ini menunjukkan bahwa mereka memang sebuah Bangsa yang Unggul. Keunggulan ini tampak terutama didukung oleh kecerdasan mereka.

Mengapa mereka bisa cerdas. Ada empat kemungkinan yaitu : Keyakinan, Genetik, Lingkungan dan pola/gaya hidup mereka. Keyakinan dipengaruhi oleh sikap mereka bahwa mereka yakin sebagai orang yang terbaik dimuka bumi, sebagai orang pilihan Tuhan. Hal ini mempengaruhi kepribadian mereka untuk senantiasa ingin unggul. Keyakinan ini berdampak pada seluruh perilaku dan usaha mereka untuk mencapai dan membuktikan keunggulan tersebut. Disisi lain hal ini cenderung membuat mereka meremehkan bangsa lain. Dalam hal ini termasuk keyakinan mereka terhadap tanah yang dijanjikan di Palestina bahwa itu adalah mutlak milik mereka sehingga ini terus menimbulkan konflik tanpa akhir dengan Bangsa Arab khususnya.

Faktor genetik dipengaruhi oleh hal-hal seperti keturunan, makanan dan aspek-aspek biologis lainnya. Berkaitan dengan lingkungan, mereka selalu hidup pada lingkungan yang menantang bahkan mengancam diri mereka, sehingga mereka harus selalu survive dan mencari jalan keluar secara kreatif terhadap permasalahan yang dihadapinya. Kondisi ini membuat mereka selalu berusaha menemukan cara baru untuk bertahan hidup, termasuk bertahan terhadap aksi pembasmian yang dilakukan Firaun dan Hitler.

Pola/gaya hidup mereka mencerminkan bahwa mereka orang yang sangat efisien dan efektif serta berpikir dalam perspektif jangka panjang. Mereka siap menderita untuk meraih tujuan jangka panjang. Mereka mampu mengorbankan apapun untuk meraih kepentingan jangka panjangnya. Pada titik ekstrim muncul paham Zionisme yang membawa misi jangka panjang untuk meneguhkan eksistensi Bangsa Israil yang nota bene Yahudi serta membawa misi mengklaim kepemilikan tanah yang dijanjikan yaitu palestina. Namun, paham Zionisme ini juga dikecam karena cenderung menghalakan segala cara untuk kepentingan Yahudi dan mengabaikan bangsa lainnya.

Melalui berbagai tantangan, cobaan, ancaman dan ambisi yang luar biasa Yahudi berusaha menggenggam dunia, untuk itu mereka sadari bahwa kecerdasan itu merupakan topangan utama. Untuk membangun kecerdasan ini, bagi Yahudi bidang pendidikan dan penelitian sangat penting, tidak heran jika ilmuwan dan penemu utama dunia lahir dari kalangan Yahudi.

Rabu, 18 November 2009

A NATURAL MORAL LAW

It is almost impossible systematically to constitute a natural moral law. Nature has no principles. She furnishes us with no reason to believe that human life is to be respected. Nature, in her indifference, makes no difference between right and wrong.

(Anatole France, French Author, 1844-1924)

Minggu, 15 November 2009

MENCARI PEKERJAAN

Penulis dalam beberapa kali presentasi sering ditanya oleh peserta bagaimana cara mencari pekerjaan yang sesuai. Apa saja kriteria sebuah pekerjaan yang baik? Bagaimana kita harus menentukan pekerjaan yang kita pilih? Demikianlah beberapa contoh pertanyaan yang sering diajukan.

Pertanyaan tersebut tidak hanya diajukan oleh mereka yang baru lulus (freshgraduate), sering pula disampaikan oleh mereka yang sudah bekerja dan bahkan berpengalaman kerja bertahun-tahun. Mereka ini sering merasa tidak puas dengan pekerjaan saat ini sehingga ingin mencari pekerjaan yang lain dan kemudian bertanya-tanya sendiri, sebetulnya bagaimana kriteria mencari pekerjaan yang baik untuk dirinya.

Mencari pekerjaan dan pekerjaan itu sendiri dalam berbagai literatur psikologi sering dikaitkan dengan teori kebutuhan. Kebutuhan atau need dalam perspektif psikologis dimaknai sebagai :

“some thing or some state of affairs which, if present, would improve the well being of an organism. A need, in this sense, may be something basic and biological or it may involve social and personal factors and derive from complex forms of learning (e.g. achievement, prestige).”

Dalam pemahaman diatas jelas kebutuhan terkait dengan sesuatu yang diperlukan oleh individu agar dirinya merasa seimbang dan lebih baik. Kebutuhan ini tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya mendasar dan biologis tetapi juga menyangkut faktor sosial dan personal, seperti kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan yang menyangkut prestise seseorang.

Jadi jelas orang bekerja tidak sekedar untuk mendapat gaji agar bisa bertahan hidup. Bekerja juga menyangkut status sosial dan bagi kalangan tertentu bekerja merupakan pengejawantahan potensi diri. Jika kita menilik Teori Kebutuhan Maslow maka bekerja harus pula memenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, status dan aktualisasi diri. Bahkan pada tingkat tertinggi kebutuhan terkait dengan pemenuhan dimensi spiritualitas seseorang.

Jadi bagaimana harus mencari pekerjaan dan mengapa banyak orang yang tidak puas dengan pekerjaan yang dilakoninya saat ini? Semua ini sangat terkait dengan berbagai faktor tersebut diatas.

Kebutuhan untuk bekerja hendaknya dikaitkan pula dengan orientasi hidup. Sebaiknya orientasi hidup tersebut harus seimbangan antara kepentingan personal, keluarga dan sosial. Ketidakseimbangan dalam ketiga aspek tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan tersendiri. Namun, untuk kalangan tertentu keseimbangan tersebut harus ditambahkan dengan aspek spiritual, karena bekerja juga memiliki kaitan dengan kebutuhan spiritualitas seseorang.

Secara personal harus dimiliki kompetensi yang memadai agar anda dapat menjalankan tugsa secara baik. Model kompetensi mempersyaratkan tiga hal untuk membangun sebuah kompetensi, yaitu skill, knowledge dan personal qualities. Anda harus memiliki keahlian tertentu, pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan dunia kerja dan didukung oleh faktor personal seperti minat, kesesuaian nilai, dan sikap maupun perilaku kerja yang mendukung.

Bekerja juga harus mampu memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan keluarga dan kehidupan sosial. Seseorang harus mampu memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya dan bekerja juga harus mampu mendukung eksistensi diri dalam kehadupan sosial. Bagi orang beragama bekerja juga harus mampu memenuhi hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas.

Jadi bagaimana harus mencari kerja agar kita dapat menikmati pekerjaan tersebut dan meraih kepuasan didalamnya? Beberapa tip dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1. Pekerjaan tersebut harus sesuai dengan kompetensi (skill, knowledge dan personal qualities).

2. Pekerjaan tersebut harus memenuhi prioritas kebutuhan (perhatikan Teori Kebutuhan Maslow).

3. Pekerjaan tersebut harus memenuhi kebutuhan personal, keluarga, sosial dan spiritualitas.

Kondisi diatas adalah ideal, terutama jika posisi tawar anda lebih tinggi atau minimal sama dengan pemberi kerja. Namun, jika posisi tawar anda lebih rendah maka anda harus berdamai dan memiliki toleransi untuk mengurangi beberapa pertimbangan tersebut. Dalam keterbatasan ini yang menjadi prioritas tentunya kebutuhan yang yang bersifat basic dan personal. Namun, hendaknya hal ini bersifat sementara, dengan perjalanan waktu dan bertambahnya pengalaman serta meningkatnya daya tawar maka anda harus memasukan sebagian besar bahkan seluruh pertimbangan diatas sebagai dasar keputusan untuk memilih pekerjaan.

Rabu, 11 November 2009

REPUBLIC OF CILUKBA : ANTARA CICAK, PELANDUK DAN BUAYA

Sebetulnya penulis agak enggan mengulas tentang Cicak dan Buaya, terlebih-lebih telah sangat banyak orang yang mengulasnya. Mengingat kepenatan dalam pemberantasan korupsi akhir-akhir ini, entah ini sebuah kenyataan, mimpi, atau sesuatu yang dibuat-buat entah rekayasa entah skenario, kita melihat panggung sandiwara sedang berlangsung dengan aktor utama cicak dan buaya. Kita sudah sampai hampir muntah menyaksikannya, bagaimana dalam kondisi mau muntah ini kita harus menulis, pasti yang keluar adalah sesuatu yang menjijikan. Untuk tidak membuat jijik maka antara Cicak dan Buaya diselipkan Pelanduk.

Mengapa penulis tergerak untuk mengulas hal ini? Berawal dari permintaan kepada penulis untuk menyampaikan presentasi tentang TRANSFORMASI ORGANISASI dikaitkan dengan budaya baru dan bagaimana karyawan melakukan transformasi secara personal/psikologis.

Sikap karyawan dalam menghadapi transformasi dapat diumpamakan kdalam tiga bentuk sikap dan perilaku, yaitu berperilaku seperti CICAK, berperilaku seperi PELANDUK atau berperilaku seperti BUAYA. Sehingga presentasi penulis diberi judul REPUBLIC OF CILUKBA alias Republik dimana hidup Cicak, Pelanduk dan Buaya.

Dalam sebuah transformasi, yaitu perubahan untuk menuju sesuatu yang lebih baik, sikap seseorang bisa bermacam-macam. Seorang yang konvensional yang telah nyaman dengan berbagai tradisi yang sudah mapan merasa tidak perlu berubah, toch segala sesuatu yang ada sekarang dirasakannya baik-baik saja. Pada titik ekstrim yang lain seorang yang progresif merasa perubahan harus bahkan mutlak agar tetap eksis dan bisa jauh lebih maju. Bagi kaum moderat cenderung bertindak ditengah, kalau berubah ya jangan terlalu ekstrim, apa yang masih bisa dipertahankan ya dipertahankan, kalau pun harus berubah harus dilakukan secara gradual.

Ada pula yang menganggap transformasi sebagai sebuah keharusan karena adanya ancaman yang akan menghancurkan eksistensi organisasi apabila tidak segera berubah. Maka dalam menghadapi situasi seperti ini dapat muncul perilaku seperti Cicak, Pelanduk atau Buaya.

Cicak biasanya akan merayap namun pasti, akan bergerak di dinding yang terjal, tidak peduli bagaimana tingginya sebuah dinding. Kakinya menancap secara erat, dia bergerak secara pasti menuju ketinggian. Ketinggian adalah sebuah harapan, merayap adalah gerakan yang pasti. Cicak perumpamaan bergerak pasti meraih harapan. Ini merupakan salah satu bentuk sikap seseorang dalam menghadapi perubahan, bergerak kearah pencapaian harapan yang positif.

Ada juga yang bersifat bagaikan Pelanduk. Saat ada ancaman berupa perubahan maka ia akan berlari sekencang-kencangnya menjauhi perubahan tersebut. Ia cenderung mencari selamat dan menghindari tersentuh perubahan yang ada. Lakon seperti itu dapat pula disaksikan sehari-hari dilingkungan kita. Terlihat sebagai perilaku orang yang enggan tersentuh dengan perubahan, bahkan berlari menjauhi dan cenderung cari selamat.

Perilaku berikutnya adalah bagaikan buaya. Buaya dapat hidup di air dan darat. Saat tertentu ia berada di air dan kadangkala muncul di darat. Ia ke darat mencari mangsanya dengan cara mengendus-endus. Jika ada ancaman ia berlari ke air menyelam, berlindung bersama teman-temannya mencari selamat. Setelah aman, muncul lagi ke darat dan dengan licik memangsa korbannya dengan menerkam secara tidak terduga. Dalam perubahan ada pula orang yang berperilaku bagaikan buaya. Pada hakekatnya mereka menolak perubahan, namun dengan licin menghindari perubahan dan bila ada kesempatan akan menerkam perubahan itu sendiri. Perubahan akan dianggap ancaman, buaya berusaha mematikannya.

Demikianlah dalam menghadapi transformasi atau perubahan ada yang berperilaku seperti cicak, pelanduk dan buaya. Saat ini siapa Cicak, siapa Buaya sudah jelas, namun siapakah yang menjadi Pelanduknya? Adakah yang bisa menjelaskan?

SDM INDONESIA

Mochtar Lubis dalam salah satu bukunya menyebutkan tentang ciri-ciri manusia Indonesia yang diantara bersifat munafik, pemalas, berpikir jangka pendek dan berbagai ciri lainnya yang cenderung negatif. Sebagian orang setuju dengan penilaian tersebut. Faktanya memang terlihat SDM Indonesia jauh terpuruk, tidak perlu jauh-jauh membandingkannya. Bandingkan saja dengan tetangga kita Malaysia, Singapura, Thailand, Filifina. Bahkan dengan Vietnam yang baru selesai perang saudara-pun kita masih tertinggal. Bahkan katanya sebentar lagi pun kita akan disalip Kamboja.

Coba kita perhatian tentang posisi kualitas SDM Indonesia berdasarkan Human Development Index (HDI). HDI adalah index untuk mengukur kualitas SDM suatu Negara apakah tergolog Very High, High, Medium atau Low Human Development. HDI mengukur berdasarkan beberapa criteria seperti tingkat harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup. Pada tahun 2009 dari 182 negara diseluruh dunia Indonesia menduduki ranking 111.

Negara gemah ripah loh jinawi ini yang bergelimang kekayaan alam dan populasi penduduk nomor lima dunia, untuk mencapai 100 besar negara dunia sekalipun tidak mampu. Bahkan yang mengerikan untuk urusan korupsi kita menduduki peringkat yang tergolong atas. Untuk kemudahan investasi kita kalah jauh dibandingkan Negara tetangga.

Ini semua terkait dengan kualitas SDM Indonesia. SDM adalah seseorang yang siap, mau dan mampu memberikan sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi (the people who are ready, willing to able to contribute to organizational goals). Jika Indonesia adalah suatu organisasi yang cukup besar sebagai bentuk Negara, maka SDM Indonesia adalah orang yang siap, mau dan mampu memberikan sumbangan untuk pencapaian tujuan Negara. Jelas tujuan Negara Indonesia termaktub dalam Mukaddimah UUD 1945 yang dikristalisasikan dalam Pancasila yang tujuan akhirnya adalah mencapai Masyarakat Adil dan Makmur.

Dengan kisaran angka kemiskinan yang cukup tinggi sekitar 30%, tingkat pengangguran yang tinggi dan kualitas lulusan pendidikan yang rendah akan menghasilkan SDM yang tentunya tidak akan kompetitif.

Pilar paling penting untuk membangun SDM adalah pendidikan. Namun, kita pun cukup prihatin dengan kualitas lembaga pendidikan kita. Lihat saja peringkat Perguruan Tinggi Indonesia dibandingkan dengan negara lain, baik untuk level dunia internasional maupun level Asia, peringkat Perguruan Tinggi Indonesia masih memprihatinkan.

Dari 500 Perguruan Tinggi ternama di dunia Indonesia hanya berhasil memasukkkan 3 Perguruan Tinggi dan tidak ada yang berhasil masuk 100 besar. Universitas Indonesia hanya peringkat 201, Universitas Gadjah Mada peringkat 250 dan Institut Teknologi Bandung peringkat 351. Untuk skala Asia hanya 8 Perguruan Tinggi Indonesia yang berhasil masuk, yang tertinggi diraih oleh Universitas Indonesia yang berada pada peringkat 50 Asia. Bandingkan dengan negara tetangga kita untuk ukuran dunia University of Singapore berada diperingkat 30, Chulalongkorn University di Thailand peringkat 138, Universitas Malaya Malaysia peringkat 180.

Tampak dari peringkat Perguruan Tinggi tersebut kita kalah bersaing sekalipun dengan negara tetangga yang notabene dulu masih tertinggal dibandingkan dengan Indonesia. Apa yang salah? Hal apa yang membuat kita mundur atau barangkali tidak maju-maju? Apakah karena budaya, sistem atau mismanagement dalam pengelolaan negara ini?

Mochtar Lubis mencurigai adanya faktor budaya feodalisme yang mungkin menghambat kemajuan manusia Indonesia. Ada pula yang menyalahkan faktor alam yang membuat manusia Indonesia manja dan malas. Secara sosial sikap kekeluargaan dan berlindung dibalik kelompok dikecam sebagai sebab yang membuat kita tidak mandiri dan tidak siap berkompetisi.

Sebetulnya alasan-alasan tersebut diatas tidak relevan. Negara tetangga kita yang kondisi budaya, sosial dan alam tidak jauh berbeda dengan Indonesia, tetapi mereka mampu tampil melejit.

Jika ada yang mengatakan negara kita terlalu luas, penduduknya terlalu banyak sehingga sulit mengelolanya, hal ini pun dapat dibantah. Lihatlah China, India, Brazil negaranya lebih luas, tetapi mampu meraih kemajuan yang sampai pada tingkat mampu menyaingi Barat.

Berdasarkan observasi melihat kemajuan negara-negara tersebut diatas tampaknya adanya seorang tokoh luar biasa yang mampu menggerakkan SDM negara tersebut. Lihatlah Deng Xiao Ping di Cina, pemimpin India dan Brazil, Lee Kuan Yew di Singapore dan Raja Bhumibol Aduljadej sebagai Raja yang dicintai rakyatnya di Thailand. Mereka semua menjadi energi penggerak yang luar biasa bagi bangsanya.

Kita tentu sangat berharap kepada Presiden Indonesia sekarang Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mampu mengambil peran tersebut. Periode pertama Kepresidenannya 2004-2009 telah sukses dilalui. Harapan besar kita sematkan untuk periode 2009-2014. Tetapi semua itu memerlukan sikap pantang meyerah, persatuan dan kebersamaa serta menjaga jati diri bangsa. Kata-kata ini diucapkan SBY pada saat penyelenggaraan National Summit. Sikap seperti itu pula yang ditunjukkan oleh negara-negara yang telah maju termasuk tetangga kita yang telah lebih maju dari kita.

Dapatlah kita sebutkan bahwa salah satu faktor penting untuk membawa kemajuan bangsa adalah adanya pemimpin yang memiliki visi, cerdas dan berkarakter. Namun, untuk menunjang kemajuan diperlukan pula suatu sistem yang kuat seperti kepastian hukun, iklim investasi yang menunjang dan berorientasi pada teknologi. Berikutnya sistem pendidikan yang mampu membangun manusia unggul, pengelolaan sumber daya alam yang tepat. Sebagai pendukung diperlukan Sistem Ketahan Enerji dan Pangan yang mampu membuat kita mandiri dan tidak tergantung pada negara lain.

Kita berharap semoga tesis Mochtar Lubis tentang manusia Indonesia yang bersifat negatif untuk sekarang dan kedepan tidak terbukti lagi. Dan optimislah bahwa kita akan menjadi bagian dari negara-negara maju dunia pada suatu waktu nanti. Semoga.

Selasa, 10 November 2009

BERAPA SAYA HARUS DIBAYAR?

Pada hari Sabtu 7 November 2009 Penulis memberikan presentasi dihadapan para Mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Hadir lebih kurang 300 mahasiswa yang sebagian besar memasuki tingkat akhir dan segera menyelesaikan studinya sehingga harus mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.

Penulis memberikan materi berkaitan dengan Job Interview yang kemudian dilanjutkan dengan simulasi interview. Hal ini diawali dengan menjelaskan apa itu interview. Interview sesungguhnya adalah proses komunikasi, merupakan bagian yang penting dalam seleksi. Interview juga merupakan suatu sesi pertemuan formal antara calon karyawan dengan pewawancara yang mewakili perusahaan atau organisasi kerja. Jadi dapat disebut bahwa interview merupakan suatu proses seleksi dengan meggunakan metoda komunikasi untuk menentukan apakah seorang calon sesuai dengan posisi yang ditawarkan.

Tujuan dari Job Interview adalah untuk mengetahui kepribadian seorang calon, memperoleh informasi tambahan yang mungkin tidak tercantum dalam riwayat hidup, untuk mengamati bagaiman keterampilan dan kemampuan yang bersangkutan sekaligus merupakan konfirmasi terhadap hasil tes lainnya seperti psikotes. Tujuan utamanya adalah untuk melihat kesesuaian antara kualifikasi pelamar dengan tuntuntan fungsi tugas yang dipersyaratkan. Secara ringkas dapat dikatakan tujuan interview untuk menemukan calon karyawan yang sesuai dengan kualifikasi jabatan, fungsi jabatan, visi-misi-tujuan organisasi.

Dalam interview umumnya akan dilihat bagaimana tampilan umum seseorang, wawasan dan kemampuan intelektual, sikap kerja dan kepribadiannya secara utuh. Interview ini juga dapat dikatakan sebagai sesi pamungkas dalam suatu proses seleksi. Dan umumnya sebagai besar peserta seleksi sering sekali gagal dalam interview. Dalam presentasi ini penulis menyampaikan beberapa tips untuk menghadapi interview.

Beberapa tips yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Cari informasi yang lengkap tentang perusahaan tersebut.
2. Pelajari tentang deskripsi tugas atau posisi yang ditawarkan.
3. Pelajari cara menjawab yang benar.
4. Buat catatan tentang pengalaman dan kemampuan anda.
5. Berpakailan secara rapi, sopan dan pantas.
6. Tunjukan minat dan antusiasme.
7. Tampillah secara alami dan atasi ketegangan atau rasa cemas.
8. Bersikap aktif namun proporsional.

Setelah presentasi dan simulasi dilakukan tanya jawab. Banyak pertanyaan yang diajukan mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang paling menarik adalah ”jika kita ditanya berapa gaji yang diinginkan, bagaimana harus menjawabnya?”

Saya kira pertanyaan tersebut cukup cerdas dan umum muncul dalam suatu interview. Jawaban terhadap pertanyaan akan sangat menentukan bagaimana gambaran calon dan sekaligus menjadi penilaian yang penting bagi pewawancara tentang calon tersebut. Pertanyaan ini juga jika dijawab secara tidak hati-hati akan dapat merugikan posisi calon. Jadi bagaimana kita harus menjawabnya?

Penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Pelajari sebelumnya tentang rentang gaji yang diterima untuk posisi yang ditawarkan dikaitkan dengan kompetensi dan pengalaman seseorang.

2. Cari informasi tentang berapa umumnya gaji yang diberikan diposisi tersebut sesuai dengan aturan perusahaan yang akan dimasuki (bisa dengan mencari tahu dari perusahaan sejenis, bertanya sebelumnya kepada karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut atau jika memungkinkan minta masukan dari konsultan tenaga kerja).

3. Berdasarkan kedua informasi diatas anda bisa menyebutkan angka yang moderat (angka rata-rata) dari rentang gaji yang sesuai.

4. Jika kedua informasi diatas tidak anda miliki namun anda sangat berminat bekerja diperusahaan tersebut, anda sampaikan saja bahwa anda akan mengikuti kebijakan perusahaan dan sebutkan anda yakin bahwa perusahaan akan memberikan gaji yang pantas sesuai dengan kemampuan yang anda miliki.

5. Jika anda seorang freshgraduate dapat ditambahkan bahwa fokus anda yang utama adalah mencari pengalaman dan mencari kesempatan untuk mengimplementasikan ilmu anda sebaik-baiknya, mengenai gaji diserahkan kepada mekanisme dan peraturan perusahaan dan sebutkan bahwa anda yakin perusahaan akan mampu menghargai anda secara baik.

Jumat, 09 Oktober 2009

ROTASI PEGAWAI DAN PEMBELAJARAN

Pada saat memberikan kuliah pada mahasiswa Pasca Sarjana MM Unpar kemarin malam penulis mendapat pertanyaan menarik dari seorang mahasiswa yaitu mengapa perusahaan harus melakukan rotasi pegawai, bukankah rotasi menyebabkan peningkatan biaya, perlu penyesuaian lagi dan pegawai harus belajar lagi?

Rotasi sangat diperlukan dan bukan semata-mata sekedar memindahkan orang. Ada filosofi mendasar disana dimana setiap orang harus terus belajar dan menyesuaikan diri, demikian pula organisasi harus terus belajar dan menyesuaikan diri. Tanpa mobilitas, tanpa perpindahan, tanpa hijrah, pembelajaran tidak akan terjadi, akan muncul kejemuan dan stagnansi.

Bukankah keberhasilan atau prestasi dihasilkan oleh sebuah perubahan. Perubahan membutuhkan mobilitas, pergerakan. Mobilitas dan pergerakan akan menimbulkan enerji positif dan sebagai awal dari perubahan.

Demikian pula rotasi pegawai atau karyawan akan menimbulkan suatu perubahan baik bagi pegawai itu sendiri maupun bagi organisasi. Perpindahan atau rotasi pegawai ini akan menumbuhkan suasana baru, akan mendorong kreativitas dan inovasi dan orang maupun organisasi akan terus beradaptasi. Inilah esensi pembelajaran yang sangat penting.

Secara tehnis pengelolaan SDM sendiri rotasi memang sangat terkait dengan pengelolaan karir khususnya berkaitan dengan Career Development. Dengan rotasi akan terbuka kesempatan pengembangan karir bagi pegawai yang bersangkutan. Disisi lain kepindahannya akan membuka kesempatan pegawai lain untuk menggantikannya. Terjadi proses kaderisasi dan suksesi. Akan terlihat dan terpilih siapa orang terbaik untuk menduduki suatu posisi.

Rotasi juga akan memperkaya pengalaman kerja pegawai, akan menambah kesempatannya untuk mengembangkan kompetensi lebih lanjut. Rotasi juga akan membuka kesempatan membangun jaringan kerja baru dan memperluas jaringan. Sebagaimana umum diketahui kemampuan orang untuk berkembang dan sukses selain dipengaruhi oleh faktor kompetensi, pengalaman, juga dipengaruhi kemampuan dalam membina jejaring.

Jadi, rotasi merupakan unsur mutlak untuk pengembangan diri dan kesuksesan dalam bekerja. Rotasi juga merupakan bagian penting untuk menciptakan iklim pembelajaran baik bagi individu maupun organisasi.

Rotasi yang dikelola dengan baik jelas akan sangat bermanfaat bagi pegawai maupun organisasi dan manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan biaya atau usaha lain yang diperlukan dalam proses rotasi tersebut.

Jumat, 02 Oktober 2009

KORBAN GEMPA YANG MENGALAMI POST TRAUMATIC STRESS DISORDER


Beberapa waktu yang lalu setelah terjadi gempa yang melanda Jawa Barat, penulis diwawancara oleh Radio Republik Indonesia (RRI) tentang kondisi psikologis korban paska gempa atau bencana. Dalam kesempatan tersebut penulis menyebutkan bahwa penanganan bencana yang banyak terjadi akhir-akhir ini di Indonesia sebaiknya perlu mempertimbangkan penyertaan terapi psikologis terhadap para korban. Tindakan sosial, medis, cultural dan psikologis perlu dilakukan secara terpadu untuk merehabilitasi kondisi fisik dan mental korban..

Dua hari yang lalu tepatnya pada tanggal 30 September 2009 terjadi gempa dahsyat di daerah Padang yang juga dirasakan di Jambi, Riau bahkan sampai dengan Singapore dan Malaysia. Korban meninggal saat ini telah mencapai ratusan orang dan diprediksi akan terus bertambah. Selain itu korban luka parah juga cukup banyak disamping korban yang kehilangan sanak saudara dan kehilangan harta milik mereka. Kondisi ini menimbulkan trauma psikologis yang mendalam yang apabila tidak ditangani secara seksama akan dapat menganggu performa personal dan sosial yang bersangkutan.

Kondisi trauma pasca bencana atau musibah ini dalam terminologi psikologi disebut dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). PTSD ini sering ditemukan muncul pada diri korban yang kemudian memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi fisik, mental maupun sosial mereka.

Menurut seorang ahli psikologi Peter Hodgkinson PTSD dapat berupa akibat dari adanya suatu bencana atau musibah, kecelakaan lalu lintas, kekerasan yang terjadi mendadak yang kejadiannya berlangsung cepat dan menimbulkan efek traumatik yang mendalam.

Hampir 75% mereka yang mengalami kejadian yang traumatis seperti bencana alam yang terjadi secara mendadak terkena PTSD. Secara psikologis terapis biasanya berupaya mengkaji pengalaman traumatis yang dialami oleh penderita sebagai dasar untuk menentukan terapi yang tepat.

Berikut ini akan diulas secara ringkas tentang PTSD tersebut yang diawali dengan kajian dampak trauma dan kemudian diakhiri dengan bentuk penanganan psikologisnya.

Dampak Trauma

1. Umumnya 75% korban mengalami trauma. Hampir 25% penderita tidak mengalami suatu reaksi yang khusus.
2. Gejala psikologis yang muncul lebih dari 6 minggu dialami sekitar 25% penderita.
3. Secara signifikan simptom yang menetap membutuhkan penanganan profesional yang umumnya dialami oleh 50% penderita.
4. Setengah dari penderita yang mengalami gejala PTSD dapat berkurang pada tahun pertama.
5. Setengah dari penderita akan mengalami gangguan yang kronis, dapat berlangsung lebih dari 10 tahun jika tidak mendapat penanganan yang semestinya.
6. Sepertiga dari penderita yang mengalami simptom kronis mengalami anxiety dan depresi.

Konsep PTSD pertama kali muncul pada tahun 1980 didalam buku Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorder edisi ketiga dari American Psychiatric Association, namun sekarang muncul DSM versi keempat. Pada dasarnya diagnosis berupaya mengenali berbagai hal yang telah berkembang dalam ribuan tahun berkaitan PTSD.

PTSD memiliki 3 kelompok gejala utama, yaitu:

1. Re-experience phenomena.
2. Avoidance or numbing reaction.
3. Symptoms of increased arousal.

Kriteria

1. Seseorang biasanya mengalami atau dihadapkan pada ancaman yang serius termasuk bencana, kematian, kecelakan luar biasa, ancaman fisik terhadap diri maupun orang lain (APA, 1994).
2. Individu mengalami kondisi ketakutan, tidak berdaya dan selalui dihantui oleh peristiwa tsb. Pada kasus anak sering terjadi perilaku yang disorganized atau agitasi

Jika kedua kriteria tersebut muncul maka dapat dilakukan pengelompokan gejala kedalam tiga gejala utama tadi.

Re-experience Phenomena

1. Munculnya kembali perasaan tertekan atau terancam baik dalam imajinasi, pikiran ataupun persepsi.
2. Munculnya mimpi-mimpi yang menakutkan.
3. Adanya reaksi psikologis yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa trauma.
4. Adanya reaksi fisik yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa trauma.

Avoidance or Numbing Phenomena

1. Menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan yang berkaitan dengan peristiwa traumatic.
2. Menghindari kegiatan, tempat atau orang-orang yang terkait dengan trauma.
3. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma.
4. Berkurangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan yang terkait.
5. Kekakuan perasaan atau ketidakmampuan mengekspresikan perasaan seperti kasih sayang.
6. Kehilangan harapan seperti tidak memiliki minat terhadap karir, perkawinan, keluarga atau kehidupan jangka panjang.

Symptoms of Increased Arousal

1. Kesulitan tidur.
2. Kemarahan yang tidak terkendali.
3. Kesulitan konsentrasi.
4. Hypervigilance (sangat siaga)
5. Respon yang berlebihan (exaggerated)

Durasi & Efek

Gejala dapat berlangsung lebih dari satu bulan dan mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan atau bidang kehidupan penting lainnya (APA, 1994).

PTSD dapat muncul bersama gangguan lain seperti kecemasan atau depresi. Disegi lain beberapa klorban tidak memenuhi kriteria PTSD namun sebelumnya memiliki gejala-gejala yang mirip namun terkadang secara alami mereka berangsur pulih


Faktor yg mempengaruhi PTSD :

1. Dimensions of the person
2. Dimensions of the trauma
3. Dimensions of the recovery environment

Dimensions of the person

Hal ini terkait dengan permasalahan kesehatan mental individu sebelumnya, biasa mereka merupakan korban yang utama, kondisi kehidupan sebelumnya, sikap dan keyakinan berkaitan dengan strategi penanganan. Umumnya wanita dan mereka yang berusia setengah baya keatas lebih rentan untuk menderita PTSD.

Dimensions of the trauma

Dimensi ini meliputi lamanya peristiwa tersebut terjadi, apakah ancaman bersifat tunggal atau banyak, dialami sendiri atau melibatkan banyak orang, apakah trauma sering berulang, atau bencana yang terjadi secara berulang.

Dimensions of the recovery environment

Hal ini berkaitan dengan dukungan sosial, stress yang terus menerus, ada tidaknya ritual khusus untuk recovery dan bagaimana sikap masyarakat, kerabat ataupun media terhadap peristiwa yang mereka alami.

PTSD & Trauma

PTSD digambarkan sebagai suatu kelompok simptom namun gagal untuk menjelaskan bagaimana proses trauma dapat terjadi. Ini penting dipahami dalam melakukan terapi. Pengalaman dari sebuah peristiwa traumatik dapat terjadi karena sesuatu yang sangat primitif, global bahkan karena adanya keyakinan positif sebelumnya seperti :

1. Merasa diri tahan banting.
2. Merasa dunia aman, teratur dan dapat diramalkan.
3. Merasa diri sebagai pribadi yang baik.

Namun, pada saat terjadi bencana mereka mengalami suatu goncangan yang luar biasa. Kebanyakan sikap yang muncul adalah negatif. Orang merasa secara sosial tidak diterima, merasa merepotkan orang lain, memperlihatkan kelemahan atau merasa dirinya gila dan kehilangan kendali.

Jika korban melihat dunia dan lingkungannya sebagai sesuatu yang mengkuatirkan dan tidak dapat diramalkan, tindakan yang disertai perasaan negatif tidak akan berguna dan kemudian seseorang mungkin tidak percaya bahwa kasusnya dapat ditangani.

Suatu jaringan memori traumatik kemungkinan terbentuk dan disertai oleh imajinasi yang negatif. Bayangan imajinatif tentang suatu subyek yang kemudian mereka nilai secara negatif, hal ini dapat menimbulkan ingatan tentang peristiwa yang tidak mengenakan. Pada kondisi ini terjadi suatu proses rekognisi, dapat bersifat otomatis atau dilakukan secara sadar.

Pendekatan teori psikologis tentang krisis biasanya akan meramalkan dan memperkirakan tindakan penanganan. Dalam beberapa hal penanganan dihadapkan pada imajinasi yang mengganggu proses psikologi yang efektif. Hal ini dapat berupa ingatan traumatik yang akan menstimuli proses resolusi. Meskipun demikian ada suatu titik transisi pada suatu kondisi kepribadian awal, termasuk cara-cara penanganan yang tradisional. Untuk beberapa hal lainnya tindakan penanganan berkaitan dengan upaya untuk menghindari imajinasi traumatik atau pemicu masalahnya. Saat individu berhasil mengatasi masalahnya dengan cara menghindari imajinasi tersebut. Pendekatan ini sebenarnya memerlukan banyak upaya emosional yang dikerahkan untuk mengatasi hal tersebut.

Intervensi Krisis Paska Trauma

Studi mengenai intervensi krisis mengarahkan kita untuk menyimpulkan bahwa jika prinsip tersebut dilakukan orang-orang akan dapat kembali berfungsi normal secara cepat dan mengurangi kecenderungan berkembangnya masalah dalam waktu lama.

Debriefing psikologis adalah suatu alat yang kelihatannya lebih populer. Hal itu bukan berarti akan menghilangkan sama sekali PSTD, tetapi lebih kearah suatu perangkat untuk melakukan recovery. Ini bukan suatu terapi yang bersifat mandiri tetapi suatu model penyelidikan sendiri (heuristic) dimana individu akan mampu untuk membangun suatu rancangan pengalamannya, suatu kejadian yang diperkirakan dan mampu dikendalikan dan pada akhirnya membuat mereka lebih percaya diri. Ini merupakan prosedur kognitif yang lebih memfokuskan pada pikiran daripada memfokuskan pada stimulasi perasaan dan emosi.

Debriefing umumnya dilakukan dalam kelompok (bisa juga secara individual meskipun tidak sebaik jika dilakukan didalam kelompok), peserta sekitar 15 orang. Waktu ideal pelaksanaan antara 48-72 jam setelah peristiwa traumatik terjadi dan kemudian setelah 3 minggu dilihat apakah masih ada individu yang memerlkukan bantuan secara lebih khusus.


Tujuan debriefing adalah :

1. Merupakan ventilasi impresi, reaksi dan perasaan.
2. Mendorong pengorganisasian kognitif melalui pemahaman yang jernih terhadap peritiwa dan reaksi yang muncul.
3. Mengurangi kesan kekhasan dan abnormalitas reaksi, meningkatkan kesan sesuatu yang normal melalui sharing.
4. Memobilisasi sumber daya didalam dan diluar kelompok , meningkatkan dukungan kelompok, solidaritas dan kohesivitas.
5. Mempersiapkan suatu tindakan yang lebih terkendali dalam merepon peristiwa traumatik yang terjadi.
6. Mengidentifikasi kemungkinan tindakan bantuan profesional lebih lanjut.

Dalam prakteknya debriefing memiliki empat fase identifikasi yaitu :

1. Introduction
2. Narrative
3. Reactions
4. Education

Introduction merupakan kegiatan untuk mengkomunikasikan agenda yang akan dilakukan dan menetapkan aturan main yang berlaku.

Narrative adalah menceritakan pengalaman individu kepada anggota kelompok, mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi, ini merupakan tahap pertama dari pengorganisasian kognitif.

Reactions merupakan suatu struktur kronologis yg simpel yg memungkinkan gejala ditransformasikan kedalam bentuk pola umum reaksi baik pikiran maupun emosi. Tahap-tahap reaksi tsb adalah sbb :

1. Reaksi selama insiden terjadi.
2. Reaksi segera setelah peristiwa terjadi.
3. Reaksi awal dari keluarga atau figur yg signifikan.
4. Secara pada hari berikutnya
5. Reaksi pada hari berikutnya dan pada hari-hari tertentu.

Education

Gambaran reaksi simptom PTSD dapat diperkuat penjelasannya melalui literatur. Ini akan membantu penderita untuk melihat permasalahannya secara lebih jelas dan objektif. Hal ini disertai pula dengan membuat perencanaan kedepan untuk membentuk respon dan penghayatan yang lebih baik. Tindak lanjut biasanya dilakukan dengan struktur yang lebih minim, dilengkapi dengan upaya untuk mencatat recovery dan mengatasi kesulitan yang mungkin muncul.

Sangat sedikit penelitian mengenai efektivitas debriefing. Beberapa studi menunjukkan tidak ada dampak tertentu, sedangkan beberapa yang lainnya menunjukkan efek yang positif. Untuk itu agar debriefing efektif maka perlu diperhatikan hal-hal sbb :

1. Debriefing harus dilaksanakan sebagai bagian dari program intervensi krisis yang menyeluruh dan harus disertai dengan tindak lanjut.
2. Debriefing harus dilakukan secara cermat dan membutuhkan partisipasi penuh dari anggota kelompok.
3. Harus dipandu oleh ahli yang berpengalaman yang memfokuskan pada aspek kognisi dan edukasi.
4. Jangan dilakukan terlalu awal tetapi paling cepat 48 jam setelah peristiwa terjadi.
5. Dilakukan setidaknya selama 90 menit.
6. Dilihat sebagai suatu bagian dari proses assessment untuk mengidentifikasi individu yang memiliki resiko tinggi dan perlu penanganan individual yg lebih spesifik.

Pada situasi dimana peristiwa traumatik terjadi dan ditangani misalnya dengan pertolongan darurat tindakan peredaan stress perlu dilakukan sebagai suatu upaya preventif. Hal ini meliputi penjelasan mengenai efek dan simptom dari trauma dan belajar strategi seperti relaksasi maupun bersikap secara positif.


Terapi terhadap Trauma & PTSD

1. Non-specific effects :
· Klien memutuskan untuk mengikuti terapi dengan komitmen.
· Kualitas dari relasi terapis ditentukan oleh sikap yang sesuai dan memahami pengalaman klien, adanya rasa percaya, kompeten dan memiliki kepedulian.

2. Menggunakan keterampilan assessment untuk memutuskan tindakan terapi yang tepat.

3. Technique-specific effects :

· Menggunakan eksposure yg panjang (pembukaan/introduksi)
· Menggunakan tehnik restrukturisasi kognitif.
· Menggunakan tehnik training inoculation stress termasuk edukasi.
· Menggunakan tehnik tambahan seperti medication atau Eye Movement Desensitization & Reprocessing (EMDR). Prosedur terakhir adalah tehnik kognitif untuk melawan memori thd peristiwa traumatik melalui rapid eye movement.

Prolonged Exposure

Kegiatan ini berupa pengungkapan peristiwa kembali dengan melibatkan korban atau klien dalam beberapa sesi. Mengekspos peristiwanya kembali dengan cara menghindari reaksi yang tidak terkendali. Hal ini dapat dilakukan dalam waktu 8-10 sesi. Eksposur perilaku pada situasi yang menakutkan dapat juga digunakan. Kontra indikasi meliputi penyalahgunaan alkohol/drug dan depresi. Saat terapi eksposur merupakan pilihan pertama klien yang mengalami re-experiencing (atau menghindarinya) dan ini merupakan isu besar yang dapat mengarahkan perubahan kognitif, namun hal ini bisa jadi bukanlah terapi yang memadai.


Terapi Kognitif

Selama terapi eksposur berlangsung, terapis harus hadir secara intens untuk menyimak pernyataan dan ekspresi dari korban atau klien terutama terhadap cara berpikir mereka yang menyimpang. Terapis fokus pada pengembangan narasi, pikiran yang bekerja kembali dan penggambaran peristiwa dan reaksi.

Pada tahap awal treatment kognitif difokuskan pada edukasi, memberikan klien suatu pemahaman akan rentang reaksi dan gejala (suatu kerangka yang menempatkan reaksi mereka); dan memunculkan suatu model untuk memahami reaksi paska trauma (dimana metode treatment dapat dibenarkan). Kondisi ini juga dapat memunculkan alternatif narasi.

Pikiran dan keyakinan otomatis yang bersifat negatif harus digali secara aktif. Pikiran dan keyakinanl ini perlu domonitor lebih lanjut oleh terapis.

Selanjutnya perlu dilakukan tehnik training inculation stress dan menggunakan tehnik pertanyaan ala Socrates, alternatif self-statement dan perilaku yang dapat dihasilkan. Hal ini dapat dilatih sebelum terapi sesungguhnya dilaksanakan.

Terapi kognitif dapat berlangsung dalam kelompok untuk lebih menghemat biaya dan waktu. Delapan jam terapi (4 sesi atau lebih) lebih efektif, tetapi terapi yang lebih lama dapat saja dilakukan jika memang dibutuhkan.

Tehnik yang lebih spesifik seperti EMDR dapat pula digunakan. Drugs dalam kondisi darurat dapat digunakan untuk menjaga individu tetap tenang, seperti blockers yang bermanfaat untuk fase awal. Dapat pula digunakan anti-depresan untuk membantu mengatasi munculnya reaksi negatif.

Coda-Counselling & Post-Traumatic Stress

Jika pendekatan debriefing dilakukan disesi awal, konseling apapun dalam post-traumatic stress seharusnya meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Mereview detail peristiwa, mengkonstruksi eksposur yang tepat untuk ditunjukkan.
2. Edukasi
3. Menggunakan tehnik kognitif untuk merestrukturisasi kekeliruan keyakinan dan proses berpikir.

Untuk menjalankan seluruh kegiatan diatas harus dilakukan oleh seorang ahli yang memiliki latar belakang psikologi atau minimal mereka yang telah dibekali oleh orang-orang yang berkompeten.

Penanganan korban paska bencana sebaiknya tidak hanya terbatas pada pertolongan medis yang memang secara fisik sangat terlihat. Disamping upaya medis diperlukan pula penangan secara sosial, kultural, spiritual dan tentunya pendekatan psikologis yang utamanya memfokuskan penanganan terhadap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).