Rabu, 11 Desember 2013

TEHNIK WAWANCARA MENCARI KARYAWAN UNGGUL

Pada tanggal 5 Desember 2013 penulis diminta menjadi pembicara dalam HR Expo 2013 yang merupakan rangkaian dari The 8th Indonesia HR Conference & Exhibiton dengan tema “Leveraging Employee Passions & Skills as Strategy in Maximizing Business Outcomes” yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center. Kegiatan ini sendiri berlangsung 2 hari pada tanggal 4 dan 5 Desember 2013.
 
 Penulis sendiri diminta membawakan materi dengan judul “Interview Techniques for Hiring High Achievers Candidate.” Mencari orang-orang terbaik untuk dapat bergabung dengan perusahaan dan kemudian orang tersebut memberikan kontribusi yang maksimal merupakan harapan dari seluruh pengelola HR atau manajemen. Dalam proses pencarian ini, banyak tehnik yang digunakan mulai dari mempelajari riwayat hidup, referral system, melakukan serangkain tes seperti written test, psikotes, work sample tes, assessment center dan berbagai metoda lainnya. Namun, interview atau wawancara merupakan suatu sesi terpenting untung mengetahui banyak hal dari calon, seperti latar belakang, minat, motivasi, dan aspek personal appearance lainnya.

People atau SDM merupakan faktor terpenting dalam menentukan suksesnya sebuah perusahaan. Sehingga Jack Welch, ex CEO General Electric yang terkenal  sampai mengungkapkan :
If we don’t get the people thing right, we lose; it is the most important thing in all our businesses.” Begitu pentingnya nilai orang sehingga saat memilih kita pun harus melakukannya dengan cermat.

Disamping menemukan orang-orang terbaik, maka kehilangan orang terbaik pun akan memberikan dampak yang fatal bagi perusahaan, sebagaimana yang disebut oleh Bill Gates, pendiri Microsoft sebagai berikut : Take away our 20 most important people and I tell you we would become an unimportant company.”

Menemukan orang-orang terbaik yang nantinya akan dapat berprestasi tinggi dan kemudian mampu bertahan di perusahaan merupakan tugas penting BoD, Manajemen dan HR Departement. Tanggung jawab tertinggi ada di BoD karena merekalah yang sangat mengerti visi perusahaan dan akan mau dibawa kemana perusahaan tersebut sehingga mereka harus peduli dengan proses rekrutmen para high achievers. Demikian pula dengan seluruh lini manajemen harus peduli dan mendukung proses pencarian tersebut. Sedangkan HR departemen menjadi pengelola yang mengorganisasikan kegiatan rekrutmennya.

Pada kesempatan ini penulis akan mencoba berbagi tentang bagaimana memanfaat tehnik interview untuk mencari para kandidat terbaik yang nantinya mampu berkontribusi bagi perusahaan. Materi ini penulis sampaikan juga dalam kegiatan HR Expo 2013 tersebut.

Interview sendiri memiliki banyak pengertian, tiga diantaranya adalah :

  1. (a) A dialogue initiated by one or more persons to gather information and evaluate the qualifications of an applicant for employment. (b) Situation in which potential employees are asked questions about their work and personal experiences, skills, and career plans .(Raymond A.Noe, cs, 2003).
  2. The interview is used to solicit additional information & obtain clarification of information from the application & his or her resume. (Alpha, 2001).
  3. Interview Simulations is a situational exercise in which the participant talks one-on-one with playing the role of a subordinate, colleague, or customer. (George C. Thornton, 1992).
Dalam berbagai pengertian tersebut intinya interview merupakan suatu sesi yang mempertemukan 2 orang atau lebih untuk saling menggali dan bertukar informasi untuk suatu tujuan tertentu. Ini adalah suatu kegiatan yang melibatkan suatu proses komunikasi yang intens.

Dalam konteks pekerjaan sering disebut dengan Job Interview, yang memiliki tujuan sebabagai berikut :
            1.        Untuk mengetahui latar belakang dan kepribadian calon.
            2.         Untuk mengetahui minat, motivasi dan harapan calon.
       3.       Untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang apa yang sudah disampaikan dalam riwayat hidup.
       4.       Untuk mendapatkan gambaran tentang keterampilan dan kemampuan calon.
       5.       Untuk melihat kesesuaian calon dengan kriteria dan tuntutan pekerjaan.

 Berbagai cara digunakan dalam proses interview tersebut. Namun, berdasarkan pengalaman penulis setidaknya untuk mencari seorang high achiever dalam proses interview disamping lima tujuan diatas, maka seorang pewawancara harus mendapatkan gambaran yang jelas saat mewawancara terhadap 6 hal berikut ini :
           1.       Potensi calon
       2.      Kompetensi calon
       3.      Performansi calon selama ini
       4.      Reputasi calon
       5.      Ekspektasi calon apakah memenuhi ekspektasi perusahaan
       6.      Proyeksi terhadap kontribusi calon bagi perusahaan.

Potensi calon bisa dilacak dari pengalamannya selama ini, pendidikan yang pernah diikuti dan bagaimana hasilnya, demikian juga terhadap pelatihan proses pengayaan lainnya yang pernah diperoleh calon. Kompetensi melihat bagaiamana sikap, pengetahuan dan keahliannya bila dibandikan dengan orang lain, apakah ia unggul, rata-rata saja bahkan kurang kompetitif dibandingkan orang lain. Performansi melihat bagaimana prestasi dan kesuksesannya selama ini, apakah ia pribadi yang pernah sukses, pernah menorehkan suatu prestasi atau keberhasilan tertentu yang nantinya dapat menunjang kinerjanya jika bergabung diperusahaan kita.
Reputasi juga penting karena reputasi menggambarkan bagaimana penilaian orang selama ini terhadap yang bersangkutan, seorang high achiever biasanya memiliki reputasi yang baik. Selanjutnya ekspektasi, bagaiman ekpektasi calon terhadap perusahaan demikian pula sebaliknya, jika sesuai dan saling mendukung akan memberikan nilai yang positif.

Terakhir yang juga sangat penting adalah proyeksi. Berdasarkan kelima hal sebelumnya kita sebagai interviewer dapat memproyeksikan apakah calon tersebut seorang yang handa dan menampilkan diri sebagai calon yang high achiever. Proyeksi ini merupakan dasar kita untuk menentukan apakah calon layak diterima atau tidak.
Sebagai penutup, perlu pula kita membuat suatu perbandingan, yang penulis sebut  sebagai tehnik “Self Comparison” yaitu membandingkan diri kandidat dalam tiga hal, yaitu :

1.      Self vs Others
       2.      Past vs Present vs Future
      3.      Expectation vs Realization

Pertama, kita membanding calon dengan calon lain atau orang lain pada umumnya, apakah ia lebih unggul, biasa saja atau bahkan dibawah rata-rata. Tentunya untuk high achiever kita harus mengambil mereka yang unggul.
Kedua, kita dapat membandingkan antara profil masa lalu calon, saat ini dan perkiraan kedepan. Apakah calon orang yang bertipe growth, stagnan atau bahkan dalam performa yang semakin menurun. Untuk high achiever pilihan kita adalah pada calon-calon yang bertipe growth.

 
Ketiga, membandingkan antara harapan calon selama ini dan bagaimana ia merealisasikannya. Apakah ia seorang yang memiliki target yang tinggi, sedang atau bahkan tidak memiliki target sama sekali. Bagaimana ia merealisasikan targetnya, apakah ia seorang yang tangguh dan berjuang keras serta cerdas untuk mewujudkan target-targetnya. Untuk seorang high achiever tentunya kita memilih mereka yang memiliki target tinggi dan memiliki kemampuan untuk meraihnya dengan bekerja keras dan cerdas serta tangguh dalam menhadapi tantangan.

Selasa, 10 Desember 2013

POSITIVE PSYCHOLOGY & HAPPINESS


Positive Psychology (PP) adalah suatu cabang keilmuan yang relative baru dari psikologi. PP dikembangkan oleh Martin Seligman dan Mihaly Csikszentmihalyi pada tahun 1998. PP dalam aplikasinya menerapkan teori-teori psikologi , menggunakan tehnik dan pendekatan yang mengutamakan hal-hal positif dari individu, kreativitas dan keselarasan emosional.
Linley dan Joseph, 2004 menyebutkan : Positive Psychology is a strength based psychology that works to promote optimal functional across the full range of human functioning, from disorder and distress to health and fulfillment. Sedangkan Gable and Haidt, 2005, menyebutan Positive Psychology is the science of optimal functioning.

Martin Seligman dan Mihaly Csikszentmihalyi menggambarkan positive psychology sebagai suatu cara kita untuk meyakini adanya hal-hal positif dalam diri manusia dan hal tersebut dapat dianalisa melalui pendekatan ilmiah dan kemudian dimanfaatkan untuk mencapai kehidupan mental yang lebih sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai cabang baru dalam psikologi, aplikasi psikologi positif dapat menawarkan suatu cara bagai orang dapat merasa hidup lebih baik dan lebih bahagia. Jika cabang keilmuan psikologi lainnya fokus pada masalah disfungsi dan perilaku abnormal maka psikologi positif menekankan pada upaya untuk menolong orang lain lebih bahagia.
Beberapa ilmuwan terkemuka yang cukup berperan dalam pengembangan psikologi positif adalah :
  • Martin Seligman
  • Mihaly Csikszentmihalyi
  • Christopher Peterson
  • Carol Dweck
  • Daniel Gilbert
  • Kennon Sheldon
  • C. R. Snyder
  • Abraham Maslow
  • Carl Rogers
  • Erich Fromm
Tiga yang terakhir yaitu Abraham Maslow, Carl Rogers, Erich Fromm mengembangkan suatu teori dan praktik yang berkaitan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia. Intinya psikologi positif mendukung teori-teori humanistik dan kesejahteraan, namun dalam perkembangannya psikologi positif muncul dalam bentuk-bentuk implementasi yang baru.

Jika menilik sejarah perkembangannya, psikologi positif saat dikenalkan oleh Martin Seligman pada tahun 1998 diakui sebagai cabang baru dari ilmu psikologi, dimana Seligman juga dianggap sebagai Bapak gerakan psikologi positif modern. Namun, akar dari psikologi positif ini pada awalnya dikaitkan dengan Maslow yang pada tahun 1954 menerbitkan buku Motivation and Personality dan sekaligus mempertegas bahwa sejak tahun 1950-an para psikologtelah mengenalkan suatu konsep kesehatan mental.
Dalam bukunya yang berjudul Authentic Happiness, Seligman mengatakan bahwa selama setengah abad terakhir psikologi hanya digunakan untuk satu topik saja yaitu untuk gangguan mental. Sudah tiba saatnya sekarang psikologi juga difokuskan untuk hal-hal lebih positif yaitu kebahagiaan. Jadi psikologi tidak sekedar menangani masalah gangguan mental tapi juga bagaimana cara mencapai kebahagiaan. 

Dalam konteks ini, beberapa topik utama dalam psikologi positif meliputi hal-hal sebagai berikut : 

Beberapa temuan yang didapat dari penelitian psikologi positif menunjukan bahwa :

  1. Orang pada umumnya memiliki potensi untuk bahagia.
  2. Uang bukan hal penting untuk mencapai “rasa-bahagia”, tetapi memberikan uang kepada orang lain dengan niat menolong dan sukarela dapat menimbulkan kebahagian bagi seseorang.
  3. Kemampuan untuk mengatasi kekecewaan dan kegagalan ditentukan oleh hubungan sosial yang kuat dan karakter yang tangguh.
  4. Pekerjaan adalah hal penting untuk membuat seseorang merasa bahagia terutama jika pekerjaan tersebut disukainya dan bermakna bagi dirinya.
  5. Meskipun genetik berpengaruh terhadap rasa bahagia, namun orang dapat belajar untuk menjadi bahagia dengan cara mengembangkan sikap optimis, bersyukur dan menghargai orang lain.
Berpikir positif merupakan suatu aspek penting dalam psikologi positif. Membiasakan cara hidup yang baik akan membuat seseorang bisa lebih bahagia. Namun tidak jarang kita terjebak dalam cara berpikir negatif sehingga ini menjadi potensi untuk menciptakan ketidakbahagiaan. Mempersepsikan diri negatif akan membangun citra diri negatif dan pada gilirannya hal ini menghambat pikiran-pikiran positif. Orang yang berpikir negatif cenderung merendahkan dirinya, meskipun ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Mereka merasa tidak aman, tidak nyaman dan menjadi lambat dalam bertindak. Orang-orang seperti sangat rentan terjebak dalam kondisi stress.

Untuk bisa bahagia dengan menggunakan psikologi positif maka harus dihindari cara-cara berpikir negatif yang dapat merusak kebahagiaan. Orang-orang yang berpikir negatif umumnya memiliki 4 pola berpikir , yaitu :
1.    Filtering
2.    Personalizing
3.    Catastrophizing
4.    Polarizing
Filtering adalah pola pikir dimana seseorang sudah mengkondisikan dirinya secara negatif dan menolak hal-hal positif yang ada. Personalizing yaitu seseorang yang dengan mudah melabelkan dirinya dengan hal-hal negatif, seperti membawa sial, sehingga sesuatu yang negatif selalu dikaitkan dengan dirinya atau diri seseorang. Catastropizing adalah cara berpikir antisipatif terhadap hal negatif sehingga ia pun mempersiapkan reaksi perilaku negatif dan pada saat terjadi suatu hal yang negatif ia pun melakukan pembenaran dengan mengatakan bahwa hal tersebut sudah ia perkirakan. Polarizing adalah suatu cara berpikir hitam putih, melihat sesuatu secara ekstrim berseberangan. Orang-orang seperti ini kelihatan seperti ingin sempurna, namun begitu ada kesalahan sedikit langsung dijadikan pembenaran bahwa ia memang seseorang yang tidak mampu melkukan sesuatu secara lebih baik dan menganggap dirinya negatif.
 
Untuk mencapai kebahagiaan tentunya cara berpikir negatif tersebut harus dihilangkan dan munculkan cara berpikir positif. Dalam psikologi positif hal tersebut dapat dibangun dengan mengembangkan :

1.    Growth-mindset, bukan fixed mindset.

2.    Solution-focused, bukan problem focused.

3.    Strengh-based, bukan weakness based.

Rabu, 19 Juni 2013

MEMILIH PEMIMPIN

Ada dua kegiatan paling penting didunia ini berkaitan dengan memilih manusia, pertama memilih pasangan hidup, kedua memilih pemimpin. Memilih pasangan hidup penting karena menyangkut kehidupan kita selanjutnya, bukankah pasangan hidup sebagain dari jiwa dan badan kita, hitam putihnya kehidupan kita didunia ini sebagian besar sangat ditentukan oleh siapa yang menjadi pasangan kita. Dalam budaya Jawa dikenal dalam memilih pasangan perlu memperhatikan bibit, bebet dan bobotnya.

Hal penting berikutnya adalah memilih pemimpin. Apakah pemimpin ditingkat kelompok, organisasi, lembaga, masyarakat, bangsa bahkan dunia, adalah suatu kegitan yang sangat penting karena pemimpin adalah nahkoda yang menentukan hitam putihnya perjalan hidup dari para anggota atau pengikutnya. Pemimpin memberikan visi organisasi, mengawal etika dikomunitasnya, mengelola sumberdaya kelompok, memberikan arah pada pengikutnya dan menjadi teladan dalam tingkah dan perbuatan. Pemimpin sekaligus memiliki tugas melindungi, mengayomi, memotivasi pengikutnya. Pemimpin yang baik dapat memosisikan posisinya secara tepat dalam kelompoknya seperti yang dikatakan seorang Tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara, pemimpin yang baik akan memosisikan dirinya secara tepat didalam kelompoknya. Beliau mengatakan seorang pemimpin haruslah “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.”
Pemimpin sejatinya harus mampu memajukan organisasi. Harus mampu membuat organisasinya menjadi organisasi yang harus terus berkembang. Organisasi yang maju adalah organisasi yang terus berkembang, untuk berkembang maka organisasi tersebut harus terus belajar. Peter Senge menyebut bagaimana peran pemimpin dalam organisasi sebagai berikut : “In a learning organization, leaders’ roles differ dramatically from that of charismatic decision makers. Leaders are designers, teachers and steward…in short, leaders in learning organizations are responsible for building organization where people are continually expanding their capabilities to shape their future.”

Jelas dalam pandangan Peter Senge untuk dapat memajukan sebuah organisasi maka pemimpin tidak cukup dengan mengandalkan karisma, seorang pemimpin adalah perancang, guru dan pelayan bagi pengikutnya. Pemimpin harus mengembangkan kemampuan pengikutnya untuk meraih masa depannya.

Jika melihat definisi kepemimpinan sebagai berikut : “The abillity to influence a group toward the achivement of goals,” maka tugas pemimpin jelas harus memastikan tujuan tercapai dan untuk itu ia harus mampu mendorong, mengarahkan dan mengendalikan pengikutnya meraih tujuan organisasi yang telah disepakati. Untuk memastikan tujuan tercapai maka pemimpin harus memiliki kemampuan “task oriented behavior.” Sedangkan dalam hubungan dengan pengikutnya dan diantara pengikutnya pemimpin harus memiliki kemampuan “group maintenance behavior.”

Berkaitan dangan Task Oriented Behavior pemimpin harus memiliki kemampuan sebagai berikut :

1.       Process structuring
2.       Stimulating communication
3.       Clarifying communication
4.       Summarizing
5.       Consensus testing

Berkaitan dengan Group Maintenance Behavior pemimpin harus memiliki kemampuan sebagai berikut :

1.       Gatekeeping
2.       Harmonizing
3.       Supporting
4.       Standard setting
5.       Process analyzing

Menyimak uraian diatas jelas dalam memilih pemimpin maka harus diperhatikan kriteria-kriteria tersebut. Kriteria-kriteria itu meliputi tugas-tugas pemimpin yang meliputi kemampuan untuk memberikan visi dan sebagainya, kemampuan untuk memosisikan diri, mempengaruhi pengikutnya, mengembangkan pengikutnya melalu organisasi pembelajaran dan kemampuan yang berkaitan dengan task oriented behavior dan group maintenance behavior.

Kamis, 14 Februari 2013

PARADOX & EXCELLENCE PEOPLE

Tulisan ini sejatinya terinspirasi dari tulisan CEO Telkom Bapak Arief Yahya tentang Paradox Marketing. Beliau mengatakan bahwa menemukan paradoks itu seperti menemukan “absolute truth.” Ini selaras dengan perilaku para filsuf dijaman dahulu dengan cara mencari kebenaran hakiki dengan selalu mempertanyakan dan mempertentangkan. Bahkan Nabiyullah, Nabi semua agama langit yaitu Ibrahim pun memulai keyakinannya terhadap Allah Sang Maha Pencipta melalui pertanyaan-pertanyaan yang juga mengandung unsur paradoks.

Lihatlah bagaimana metode Ibrahim saat mencari Tuhan. Ia selalu mempertanyakan siapa Maha Pencipta dan Maha Kuasa itu? Ia lihat matahari begitu perkasa apakah itu tuhan? Ternyata matahari pun tenggelam. Kemudian dimalam hari bintang-bintang begitu perkasa apakah itu tuhan? Ternyata bintang pun sirna dengan kemunculan siang. Demikian pula dengan bulan, gunung, angin semuanya tiada abadi. Bukankah Maha Pencipta dan Maha Kuasa itu seharusnya sesuatu yang abadi. Ibrahim pun melakukan pendekatan paradoks saat ia menghancurkan semua patung-patung sesembahan masyarakat saat itu dan menyisakan sebuah patung yang besar dengan mengalungkan kapak dileher patung tersebut. Saat orang-orang bertanya siapa yang menghancurkan patung-patung sesembahan tersebut? Dengan ringan Ibrahim menjawab silakan tanyakan pada patung besar tersebut karena kapak ada dilehernya. Orang-orang marah bagaimana sebuah patung dapat menggerakan sebuah kapak? Ibrahim menantang logika kaumnya, jika sebuah patung tidak dapat menggerakan kapak bagaimana ia bisa menggerakan yang lain dan tentunya ia tidak punya kekuasaan sehingga tidak layak untuk disembah.
Karena sikap yang menantang kaum dan rajanya, Ibrahim dihukum dan menghadapi situasi paradoks pula yang ditunjukan oleh kekuasaan Allah. Nabi Ibrahim dihukum bakar dengan cara dibuang tubuhnya kedalam api besar yang  menyala. Situasi paradoks atas ijin Allah terjadi api yang seharusnya panas menjadi dingin saat menyentuh tubuh Ibrahim. Ibrahim selamat dengan kondisi paradoks.

Kisah pengorbanan anaknya Ismail pun menggambarkan situasi paradoks yang dihadapi Ibrahim. Ibrahim sangat mencintai Ismail yang kelahirannya lama ditunggu-tunggu. Namun setelah anak itu hadir diperintahkan oleh Allah untuk menyembelihnya. Bagaimana kondisi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih anak yang sangat dicintainya, bukankah ini pun kondisi yang paradoks, namun inilah ujian yang diberikan Allah kepada Ibrahim dan putranya Ismail untuk mencapai derajat Insan dan Nabi yang mulia melalui ujian yang bersifat paradoks.
Contoh diatas jelas memperlihatkan bagaimana upaya untuk mencapai manusia yang unggul, insan yang mulia kita selalu dihadapkan pada situasi yang paradoks. Kisah Nabi dan orang besar lain pun selalu dihadapkan pada situasi paradoks. Lihatlah Bung Karno saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ia pun berhadapan dan melakukan suatu tindakan paradoks. Indonesia disekitar tahun 1945 tidak memiliki kekuatan yang cukup baik dari segi militer, persenjataan dan pasukan untuk memerdekan diri. Satu-satunya yang dimiliki adalah semangat. Kekuatan militer Jepang saat itu sangat kuat untuk mencegah upaya Indonesia memerdekakan diri. Demikian pula Belanda dengan dukungan sekutu memiliki segalanya untuk menancapkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Tetapi ditengah kekosongan kekuasaan saat itu, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Inilah kekuatan paradoks.

Mandela tokoh pembebasan Afrika menunjukan sikap paradoks pula dan kemudian ini mengangkat derajatnya sebagai manusia yang mulia dan unggul. Ia disiksa, dibungkam, dipenjarakan oleh rezim apartheid, namun ia tidak pernah menaruh dendam terhadap hal itu semua, ia lebih memilih masa depan. Mandela dapat memaafkan perlakukan keji yang diterimanya namun ia tidak melupakannya, tetap mengingatnya dalam konteks positif yaitu untuk tidak mengulangi kembali kekejian tersebut dan membangun masa depan yang lebih baik. Dalam berbagai versi terdapat pula kisah-kisah paradoks pada orang-orang besar seperti Martin Luther King, Gandhi, Bunda Theresa dan sebagainya.
Dalam buku Paradox marketing disebutkan untuk mencapai satu tujuan terkadang kita harus melakukan cara-cara yang tidak lazim, bahkan bersifat kontradiktif terhadap yang biasanya yang dilakukannya. Paradoks itu berlawan tapi sebetulnya melengkapi. Seperti Ibrahim yang menyintai Ismail tapi harus bersedia pula mengorbankannya. Paradoks membangun keseimbangan seperti Ying dan Yang dalam filosofi China, berlawanan tapi melengkapi dan menyeimbangkan.

Bukankah dalam kitab suci pun disebutkan bahwa semua itu diciptakan berpasangan, hal ini juga menggambarkan situasi paradoks bahwa perbedaan akan bisa saling melengkapi. Kekuatan justru dihasilkan melalui perbedaan seperti kutub positif dan negatif. Perbedaan yang saling melengkapi akan menjadi suatu kekuatan.
Orang-orang unggul biasanya melakukan hal-hal yang bersifat paradoks, seperti :

1.       Melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan kaumnya.

2.       Menggunakan metoda yang berbeda.

3.       Menantang logika.

4.       Tidak selalu berpikir linier.

5.       Memulai dari akhir.