Kamis, 03 Juli 2008

TRANSFORMASI ORGANISASI

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa transformasi organisasi senantiasa diawali oleh suatu kebutuhan yang berkaitan dengan tuntutan bisnis. Tujuan bisnis menjadi pedoman dalam pengelolaan organisasi, termasuk dalam transformasi. Tujuan bisnis yang selalu berkembang (namun tetap dalam koridor visi dan misi) memberi pengaruh dalam manjemen perusahaan. Satu diantara yaitu penyesuaian dalam struktur organisasi, yang menyesuaikan terhadap strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan.

Perubahan struktur organisasi dari bentuk lama ke bentuk baru memberikan dampak yang tidak hanya menyangkut pola struktur itu sendiri, tetapi juga keberbagai aspek lain seperti sistem, prosedur, budaya, manusia dan sebagainya. Hal ini terkadang luput dari perhatian pengelola organisasi yang terkadang hanya terpaku pada struktur dan sistem namun mengabaikan masalah kultur dan manusia.

Berbicara tentang kultur dan manusia dalam konteks transformasi, maka dua aspek penting yang harus menjadi pertimbangan, yaitu kepemimpinan dan komunikasi. Lazim diketahui bahwa suatu perubahan senantiasa disikapi oleh pro dan kontra. Kontra dalam hal ini termasuk sikap resisten untuk menerima perubahan, sehingga hal ini dapat menjadi faktor penghambat dalam mencapai tujuan perubahan organisasi. Faktor resisten ini memerlukan kepemimpinan yang tepat dan komunikasi yang sesuai untuk mengubah perilaku non-kooperatif menjadi perilaku kooperatif. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik organisasi, budaya/kultur, core business dan homogenitas versus heterogenitas.

Banyak pengertian tentang transformasi maupun organisasi. Dari berbagai pengertian tersebut transformasi dapat disimpulkan sebagai suatu proses perubahan dari suatu kondisi ke kondisi lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.

Perubahan ini bisa bermakna luas. Keinginan berubah bisa didrive dari luar atau merupakan dorongan dalam diri untuk mencapai suatu situasi yang lebih baik.

Organisasi dapat diartikan suatu kumpulan individu yang secara sadar bersama-sama bekerja untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pengorganisasian terkait dengan mengelola sumber daya dikaitkan dengan aktivitas yang ada. Pengorganisasian adalah suatu kegiatan untuk mengsinkronkan berbagai kegiatan yang ada kemudian mengalokasian penggunaaan sumber daya secara tepat.

Beberapa ahli menyebutkan TO adalah perluasan dari Organization Development (OD). OD sendiri diartikan oleh sebagian ahli sebagai sebuah tindakan untuk melakukan perubahan, suatu strategi untuk merubah keyakinan, sikap, nilai-nilai dan struktur organisasi agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik terhadap teknologi baru, perkembangan pasar dan tantangan baru.

Dengan demikian transformasi organisasi dapat disimpulkan sebagai suatu strategi dan implementasi untuk membawa organisasi dari bentuk dan sistem yang lama ke bentuk dan sistem yang baru dengan menyesuaikan seluruh elemen ikutannya (sistem, struktur, people, culture) dalam rangka meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan selaras dengan visi dan misi organisasi/perusahaan.

Pertanyaan kunci dalam transformasi adalah keberhasilannya. Dalam hal ini keberhasilan pengukurannya jelas mengacu pada apakah tujuan dari transformasi tersebut tercapai atau tidak. Beberapa pedoman untuk menjawab apakah transformasi berhasil atau tidak (setelah melewati suatu kurun tertentu yang ditetapkan untuk periode transformasi) adalah melalui jawaban terhadap pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah perusahaan/organisasi tumbuh atau eksis?
2. Apakah pendapatan dan laba meningkat?
3. Apakah market share meningkat?
4. Apakah kepuasan konsumen/klien meningkat?
5. Apakah kepuasan mitra kerja meningkat?
6. Apakah kepuasan karyawan meningkat?
7. Apakah kepuasan shareholder meningkat?

Jika sebagian besar jawaban dari pertanyaan diatas adalah ”ya” dapatlah dikatakan transformasi tersebut berhasil. Jika sebagian besar jawabannya adalah ”tidak” maka perlu dilakukan evaluasi menyeluruh tentang ketidakberhasilan transformasi tersebut. Setidaknya dapat ditentukan faktor kegagalan apakah berkaitan dengan tidak pasnya tujuan atau strategi kurang tepat, faktor ”people”, ”leadership,” ”timing,” sumber daya yang kurang mendukung atau program yang tidak sesuai. Penentuan faktor kegagalan ini akan menjadi modal untuk merancang manajemen transformasi lebih lanjut.

2 komentar:

al fakir illa Rabbi mengatakan...

tulisan bagus.. :) aq share ya di fasbuku kebetulan kantor kami sedang/mau transformasi.. tks ya.. semoga bermanfaat..

Anonim mengatakan...

Good,,,,beleh k? aq..share k fb q,,
sy,,suka dg tulisannya bapak,,,,,,,,,