Ini sebuah pertanyaan menarik, mengingat sejauh ini sudah beberapa figur mendeklarasikan diri untuk maju dalam Pemilihan Presiden pada tahun 2009. Sebagian dari mereka telah pula memiliki Parpol sebagai kenderaan menuju RI-1. Sebagian lagi akan menunggu sinyal Parpol tertentu untuk mencalonkan yang bersangkutan.
Mengapa begitu banyak orang berminat menjadi Presiden? Apa yang didapat dengan posisi sebagai Presiden? Presiden Soekarno merasa sangat menderita sebagai Presiden (baca otobiographi beliau “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karangan Cindy Adams). Beliau mengatakan hanya karena kepentingan rakyat dan bangsanya sajalah beliau bersedia untuk menduduki posisi yang tidak nyaman tersebut.
Kalau menjadi Presiden memang suatu kebutuhan, coba kita meminjam Need Theory dari Abraham H. Maslow. Maslow merumuskan kebutuhan dalam suatu hirarki, mulai dari kebutuhan yang bersifat fisiologis, rasa aman, sosial, self esteem dan aktualisasi diri. Kemudian dilanjutkan oleh kebutuhan ultimate yang berdimensi spiritual. Kalau para calon presiden sekarang atan nanti hanya mendasarkan kebutuhan pada tiga tingkat ke bawah yaitu fisiologis, rasa aman dan sosial, penulis beranggapan yang bersangkutan belum layak untuk menjadi presiden. Setidak-tidaknya taraf kebutuhan mereka minimal sudah pada tingkat self esteem, kalau bisa pada tingkat aktualisasi diri dan syukur-syukur telah masuk pada ranah spiritual, sehingga baru layak yang bersangkutan mencalonkan diri untuk menjadi presiden.
Menjadi pemimpin sesungguhnya adalah sekaligus menjadi pelayan. Menjadi pemimpin pada dasarnya adalah menjadi pelayan rakyat. Anda harus siap mencurahkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki, berkorban, bahkan menderita untuk menjadi seorang pemimpin yang agung. Bacalah kisah-kisah pemimpin agung, sesungguhnya mereka berperilaku melayani pengikutnya, berkorban bagi pengikut-pengikutnya dan dalam kaca mata orang “biasa” mereka juga sekaligus “menderita.” Selain itu seorang pemimpin yang sejati hidup bersama dan ditengah-tengah rakyatnya dengan gaya hidup yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan rakyatnya.
Berkaitan dengan itu sebelum memutuskan apakah anda siap menjadi presiden atau tidak jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
Apakah tingkat kebutuhan anda minimal sudah berada pada taraf self esteem?
Apakah anda siap menjadi pelayan rakyat dalam arti melayani yang sesungguhnya?
Apakah anda siap mencurahkan seluruh potensi dan sumber daya anda untuk kepentingan rakyat dan bangsa?
Apakah anda siap berkorban dan menderita untuk posisi presiden tersebut?
Apakah anda siap kehidupan pribadi anda diteropong sedemikian rupa?
Apakah anda dapat hidup sebagaimana kebanyakan rakyat anda?
Jika semua pertanyaan diatas dijawab dengan “ya” anda pantas mencalonkan diri menjadi calon presiden, namun jika ada pertanyaan yang dijawab dengan “tidak” pikirkanlah kembali keinginan anda tersebut, jika tidak rakyat akan menjadi tumbal dari kekeliruan anda dalam mengambil keputusan.
Mengapa begitu banyak orang berminat menjadi Presiden? Apa yang didapat dengan posisi sebagai Presiden? Presiden Soekarno merasa sangat menderita sebagai Presiden (baca otobiographi beliau “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karangan Cindy Adams). Beliau mengatakan hanya karena kepentingan rakyat dan bangsanya sajalah beliau bersedia untuk menduduki posisi yang tidak nyaman tersebut.
Kalau menjadi Presiden memang suatu kebutuhan, coba kita meminjam Need Theory dari Abraham H. Maslow. Maslow merumuskan kebutuhan dalam suatu hirarki, mulai dari kebutuhan yang bersifat fisiologis, rasa aman, sosial, self esteem dan aktualisasi diri. Kemudian dilanjutkan oleh kebutuhan ultimate yang berdimensi spiritual. Kalau para calon presiden sekarang atan nanti hanya mendasarkan kebutuhan pada tiga tingkat ke bawah yaitu fisiologis, rasa aman dan sosial, penulis beranggapan yang bersangkutan belum layak untuk menjadi presiden. Setidak-tidaknya taraf kebutuhan mereka minimal sudah pada tingkat self esteem, kalau bisa pada tingkat aktualisasi diri dan syukur-syukur telah masuk pada ranah spiritual, sehingga baru layak yang bersangkutan mencalonkan diri untuk menjadi presiden.
Menjadi pemimpin sesungguhnya adalah sekaligus menjadi pelayan. Menjadi pemimpin pada dasarnya adalah menjadi pelayan rakyat. Anda harus siap mencurahkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki, berkorban, bahkan menderita untuk menjadi seorang pemimpin yang agung. Bacalah kisah-kisah pemimpin agung, sesungguhnya mereka berperilaku melayani pengikutnya, berkorban bagi pengikut-pengikutnya dan dalam kaca mata orang “biasa” mereka juga sekaligus “menderita.” Selain itu seorang pemimpin yang sejati hidup bersama dan ditengah-tengah rakyatnya dengan gaya hidup yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan rakyatnya.
Berkaitan dengan itu sebelum memutuskan apakah anda siap menjadi presiden atau tidak jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
Apakah tingkat kebutuhan anda minimal sudah berada pada taraf self esteem?
Apakah anda siap menjadi pelayan rakyat dalam arti melayani yang sesungguhnya?
Apakah anda siap mencurahkan seluruh potensi dan sumber daya anda untuk kepentingan rakyat dan bangsa?
Apakah anda siap berkorban dan menderita untuk posisi presiden tersebut?
Apakah anda siap kehidupan pribadi anda diteropong sedemikian rupa?
Apakah anda dapat hidup sebagaimana kebanyakan rakyat anda?
Jika semua pertanyaan diatas dijawab dengan “ya” anda pantas mencalonkan diri menjadi calon presiden, namun jika ada pertanyaan yang dijawab dengan “tidak” pikirkanlah kembali keinginan anda tersebut, jika tidak rakyat akan menjadi tumbal dari kekeliruan anda dalam mengambil keputusan.
1 komentar:
Terima kasih kunjungan di blog saya dan terima kasih juga sudahdi link, begitu juga untuk blognya bapak sudah saya link di http://mochsabri.page.tl .
Saya sudah isi polling pak....blog bapak sangat bagus....banyak informasi2 yg menarik.
Posting Komentar