Rabu, 11 Februari 2009

SEXUAL DYSFUNCTION

Sikap masyarakat terhadap seksualitas dewasa ini semakin terbuka dan muncul harapan agar kehidupan seksual dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hubungan.

Setiap orang pada dasarnya memiliki perasaan, sikap dan keyakinan tertentu terhadap kehidupan seksual, namun setiap pengalaman seksual adalah khas karena sangat tergantung dari perspektif personal. Perspektif berkembang dari pengalaman yang sangat pribadi dalam konteks kehidupan sosial seseorang. Adalah tidak mungkin untuk memahami kehidupan seksual tanpa mengenal lebih jauh berbagai aspek lain dari kehidupan seseorang.

Menurut Freud seks adalah dasar dari dorongan kehidupan. Namun, seks ini bersifat sangat khas untuk setiap orang dan muncul sebagai dorongan dalam berbagai bentuk. Berbagai perbincangan mengenai seks cukup berkembang dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Penanganan masalah seksual melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti, diktor, perawat psikiater, psikolog, konselor maupun psikoterapis.

Mengenai disfungsi seksual banyak klasifikasi yang berkembang dari berbagai perspektif. Salah satu pengertian adalah menyangkut kesukaran berhubungan seksual diantara pasangan mengenai berbagai aspek dari kehidupan seksual.

Disfungsi seksual dapat terjadi karena faktor fisik ataupun psikologis atau karena faktor internal maupun eksternal. Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh terapis harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dalam rangka melakukan diagnosa.

Upaya-upaya untuk mengidentifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Masalah yang muncul : gejala dan lamanya.
2. Riwayat relasi : lamanya, keadaan sekarang dan tekanan yang mungkin terjadi.
3. Riwayat kehidupan sosial dan keluarga.
4. Riwayat fisik dan kesehatan.
5. Riwayat reproduksi untuk wanita seperti menstruasi, kandungan, kintrasepsi dan untuk pria seperti masalah kelamin dan kontrasepsi.
6. Kebiasaan merokok, alkohol atau kecanduan.

Formulasi diagnostik

Disfungsi pada wanita :
1. Kehilangan minat seksual.
2. Disfungsi orgasmic.
3. Vaginismus, ketegangan otot vagina sehingga penis sulit penetrasi.
4. Dyspareunia, sakit saat melakukan hubungan seksual.
5. Fobia terhadap seksual.

Disfungsi pada pria :
1. Kehilangan minat seksual
2. Ketidakmampuan ereksi.
3. Ketidakmampuan ejakulasi/orgasmic.
4. Fetishes.

Disfungsi pasangan :
1. Perbedaan minat.
2. Hambatan komunikasi.
3. Masalah relasi yang berpengaruh dalam kehidupan seksual.

Mendiagnosa secara awal penting dilakukan sebelum menentukan langkah penanganan. Berdasarkan ini akan dapat diperkirakan sejauh mana faktor fisik atau psikologis, internal atau eksternal berpengaruh.

Penting untuk disadari oleh setiap pasangan bahwa masalah seksual adalah sesuatu masalah yang wajar dan dapat dibicarakan antara pasangan tanpa harus disembunyikan. Untuk itu perlu diketahui bagaimana relasi antara pasangan selama ini, bagaimana situasi keluarga. Sikap dan harapan seseorang sangat berpengaruh pula terhadap kehidupan seksualnya.

Contoh kasus

Sebuah pasangan setengah baya mengalai permasalahan hilangnya minat untuk melakukan hubungan seksual. Pada saat wawancara diperoleh informasi bahwa mereka sebelum nya pernah menikah untuk beberapa tahun kemudian setelah ditinggal pasangannya hidup sendirian dan selanjutnya mereka berdua bertemu dan menikah. Kehidupan seksual mereka pada perkawinan yang pertama berlangsung normal. Saat ini mereka berusia 50 tahunan dan telah hidup bersama selama 5 tahun. Sikap mereka terhadap kehidupan seksual cenderung konservatif.

Menurut suami dalam usia setengah baya ini kehidupan seks bukan sesuatu yang penting lagi dan masalah ini bersifat sangat pribadi menurutnya. Selain itu ia mempunyai ketakutan tidak mampu ereksi dan ditolak oleh pasangannya. Sedangkan sang istri merasa sudah tidak menarik lagi sehinga merasa frustrasi dan depresi. Mereka tidak mampu membicarakan masalahnya secara bersama-sama karena itu bukan problem dan masalah seks dianggap hanya masalah orang muda. Mereka cenderung bersikap menghindar dan masing-masing menganggap pasangannya sudah tidak berminat.

Harapan mereka berdua terhadap perkawinan berbeda. Suami menganggap istrinya akan menghindari seks, sedangkan istrinya menganggap suaminyalah yang harus memulai seks. Istrinya enggan memulai karena kuatir dianggap memiliki dorongan seksual yang kuat sehingga akan dilecehkan oleh suaminya.

Terapis mencoba mengenali tentang sikap mereka dan harapan mereka dan menjelaskan kepada mereka tentang berbagai aspek dari kehidupan seksual dan mencoba memadukan keinginan dan tujuan mereka.

Tidak ada komentar: