Minggu, 08 Februari 2009

MEMBACA DAN MENULIS


Menurut pendapat seorang bijak membaca dan menulis adalah kegiatan yang sangat mulia dan merupakan salah satu dari ciri-ciri masyarakat yang beradab. Peradaban ditandai oleh adanya kegiatan tulis menulis dan tentu saja membaca.

Membaca bagi sebagian besar orang mungkin merupakan kegiatan yang cukup menyenangkan. Apakah membaca koran, iklan, komik, majalah, bacaan serius sampai dengan membaca kitab suci. Pada tataran lebih tinggi membaca memasuki domain metafisik yang tidak lagi dilakukan secara literal, tetapi membaca secara lebih abstrak, seperti anda membaca bukti adanya Tuhan dengan membaca hasil ciptaannya melalui alam.

Tentang menulis, belum tentu dilakukan oleh banyak orang, mungkin sangat terbatas orang yang mau atau mampu menulis, baik dilakukan secara senang hati karena hobby atau terpaksa karena memperoleh penghasilan dari kegiatan tulis menulis tersebut. Apalagi menulis memerlukan gagasan yang bernas. Ada saat-saat kita ingin menulis tetapi gagasan macet, atau banyak gagasan tetapi malas menulisnya, yah sama saja.

Seorang teman menyarankan jika ingin banyak menulis kurangi saja membaca. Wah ini sulit bagi diriku. Membaca adalah teman setiaku, baik saat sedang menunggu seperti di airport misalnya, mengisi waktu senggang, pengantar tidur, atau bahkan saat menjalankan ritual pagi, biasanya aku di toilet sambil membaca (jadi suka diprotes orang lain karena kelamaan di kamar mandi).

Aku sendiri berprinsip jika ingin menghasilkan tulisan yang baik harus diimbangi dengan membaca bahan bacaan yang baik pula. Memang ada gagasan-gagasan original yang mungkin lahir tanpa perlu dukungan bacaan lain, tetapi membaca tetap menjadi sumber inspirasi dan amunisi dalam membuat sebuah tulisan. Jadi, walau anda seorang penulis yang handal, anda tetap harus banyak-banyak membaca. The key point is ability to manage your time.

Hari Sabtu dan Minggu ini aku habiskan dengan menata buku-buku yang kumiliki. Ternyata lemari buku-ku pun sudah tidak mencukupi (mungkin bagi orang lain jumlah buku yang kumiliki tidak seberapa). Aku terpaksa membeli lemari buku tambahan, jadi ruang kerja semakin sesak, belum lagi ditambah meja komputer, meja tulis, perlengkapan audio dan tetek bengek lainnya. Sebagian besar buku-ku ada dikantor, nah kalau buku-buku itu dibawa pulang ke rumah kebayang bagaimana sesaknya ruang kerjaku dirumah. Sebelumnya sudah ada empat lemari buku dan sekarang harus ditambah lagi, itupun belum memuat semua buku-ku, jadi sebagian buku harus ditumpuk-tumpuk, aduh kasihan buku-ku kayak sarden yang nggak laku. Tetapi, aku harus berterima kasih dengan buku-buku tersebut karena diriku jadi seperti sekarang (menurutku lebih baik dari aku yang sebelumnya, memang relatif sih) adalah disebabkan kontribusi positif dari buku-buku yang aku miliki yang sebagian besar besar sudah aku baca (karena ada juga yang belum aku baca atau baru dibaca sebagian).

Aku memang pencinta buku karena merasa ilmu-ku masih "cetek" jadi harus banyak membaca, bahkan cenderung jadi obsesif-kompulsif (wah ini terminologi psikologi, mungkin perlu juga suatu saat aku menulis tentang ini). Kemana-mana aku pergi seantero jagad ini aku berupaya membeli buku dan sebagian isi koperku saat dalam perjalanan dari luar negeri memang berisi buku-buku sehingga tidak jarang harus "over-weight." Lebih bagus toch menyintai buku daripada menyintai wanita lain??? apalagi menyintai istri orang lain ........ ha ha ha ........ nauzhubillahiminzhalik .................

Sebagian buku ku banyak juga yang hilang, baik hilang beneran atau pun hilang karena dipinjam orang lain dan tak kembali. Menurutku, ada dua hal yang kalau hilang atau dipinjam orang lain tidak akan pernah kembali, yang satu buku dan yang satu lagi cinta ........... alaamaak .............

Ada kejadian lucu atau barangkali mengharukan ya ... ini untuk menunjukkan bagaimana aku sangat membela buku dan tidak ingin kehilangan buku. Saat aku berkunjung ke Washington, D.C, untuk mengikuti Congress of Assessment Center di sekitar bulan Oktober 2008, pada suatu hari aku bersama rekan mengikuti kegiatan City Tour. Dari Washington Plaza Hotel kami berempat naik taksi ke Union Station tempat mangkal Bis City Tour. Di Union Station aku membeli beberapa buku di Bookstore setempat. Setelah itu kami menaiki Bis. Bis bergerak secara sirkuler dan berhenti secara teratur di beberapa tempat tujuan wisata. Saat berhenti di White House kami (tepatnya aku) tergesa-gesa turun Bis. Saat turun Bis aku terlupa, kantong berisi buku tertinggal di Bis dan itu baru aku ketahui setelah berjalan mendekat ke arah White House. Bis yang kami naiki telah berjalan meninggalkan kami. Aku panik mengingat buku ku tertinggal di Bis, sementara Bis mulai melaju meninggalkan kami. Aku kemudian segera memutuskan harus mengejar Bis tersebut. Pada hari itu aku sedang berpuasa, tetapi mengingat aku tidak ingin kehilangan buku tersebut aku berusaha mengejar Bis dan berlari semampu ku.

Aku mulai berlari dan menunjuk-nunjuk Bis tersebut. Orang-orang tampak kebingungan memperhatikanku, termasuk Police yang berjaga disekitar White House. Aku tidak perduli dan aku bertekad harus mendapatkan buku tersebut. Aku berlari tetapi Bis semakin menjauh. Nafasku sudah tersengal-sengal, aku kelelahan dan kehabisan nafas maklum sedang puasa, tetapi aku bertekad harus dapat mengejar Bis tersebut. Aku terus berlari ditengah keputus-asaan dan tekad untuk bisa mendapatkan buku kembali. Apa daya kecepatan lari ku masih dibawah kecepatan lajunya Bis (ya iyalah emangnya superman).

Sambil berlari aku berdoa moga-moga Tuhan menolongku. Dan terjadilah keajaiban tersebut, tiba-tiba jauh didepan ada perempatan dan Bis berhenti karena lampu merah. Semangat ku tumbuh kembali, dengan sisa-sisa tenaga yang ada aku berhasil mendekati Bis tersebut dan langsung berteriak ke para penumpang yang ada dibelakang, seseorang penumpang membantuku mengambil buku dan memberikannya kepada, namun sang supir Bis kelihatan seperti orang yang kebingungan. Akhirnya setelah melalui perjuangan yang sangat heroik (ceile) aku berhasil mendapatkan buku-ku kembali dan setelah itu aku mengalami kelelahan luar biasa, namun alhamdulilah aku tetap mampu mempertahankan puasaku sampai dengan waktu berbuka disaat maghrib waktu Washington, D.C. Terselamatkanlah buku-buku ku tercinta.

Tidak ada komentar: