Sabtu, 21 Februari 2009

ABRAHAM LINCOLN PRESIDENT AS KE 16, SEORANG MELANCHOLY


Abraham Lincoln (AL) adalah salah seorang tokoh besar yang aku kagumi, sama dengan Presiden Obama yang juga sangat mengagumi beliau. Bahkan Obama menggunakan Injil yang sama digunakan oleh AL saat diambil sumpah sebagai Presiden AS. Pada saat berkunjung ke Amerika aku menyempatkan diri mendatangi Lincoln Memorial di Washington DC dan mengunjungi rumah yang ia tempati saat menghebuskan ajalnya.. Aku sempat membeli beberapa buku tentang beliau dan diantaranya yang sangat menarik adalah "LINCOLN'S MELANCHOLY" yang bercerita tentang kepribadian AL dan ini sesuai dengan minat dan latar belakangku sebagai psikolog.

AL lahir pada tanggal 12 Februari 1809. Ia memimpin AS saat pada situasi yang paling sulit. AL menghadapi perang saudara di Amerika, berjuang melakukan persatuan dan mengakhiri perbudakan. Warisan kebijakannya adalah membuat semua warga setara dalam hukum dan membuka jalan bagi kulit hitam sebagai Presiden Amerika. Keberhasilan Obama berawal dari mimpinya Lincoln.

Tindakan fenomenalnya adalah saat Lincoln memperkenalkan Proklamasi Emansipasi 1863 yang akhirnya mampu menghapus perbudakan di AS. Setelah itu pada tahun 1964 ia terpilih kembali sebagai Presiden AS. Namun, ironisnya pada tanggal 14 April 1865 Lincoln ditembak dikepala oleh mata-mata konfederasi (mereka yang tetap menginginkan adanya perbudakan) yang bernama John Wilkes Booth, kemudian Lincoln meninggal pada keesokan harinya.

Dalam buku LINCOLN'S MELANCHOLY disebutkan bagaimana beratnya kehidupan yang dilalui oleh Lincoln. ia mengalami penghinaan, pelecehan, dan sejumlah kegagalan. Tekanan-tekan tersebut membuat ia depresi namun sekaligus kondisi depresi ini menimbulkan suatu enerji yang mendorong ia untuk mengatasi berbagai kekecewaan, puncak keberhasilannya (setelah berkali-kali gagal) adalah menjadi President AS yang ke-16 tepatnya pada tanggal 6 November 1860.

Tentang melancholy, Arthur S. Reber menyebutkan sebagai "the term refers to a pronounced depression with feelings of foreboding and a general insensitivity to stimulatiom." Memang tekanan hidup yang sedemikian rupa mempengaruhi pribadi Lincoln. Tekanan-tekanan ini membawa dirinya kearah situasi depresi. JP Chaplin, Ph.D menyebutkan depresi sebagai "a state of despondency characterized by feelings of inadequacy, lowered activity, and pessimism about the future." Tekanan yang menyebabkan depresi kemudian membentuk pribadi melankoli Lincoln. Namun, kemudian Lincoln dapat bangkit dan menjadikan tekanan yang ia alami sebagi suatu sumber kekuatannya. Pesimisme menjadikan ia sebagai orang yang sangat berhati-hati dan tekanan hidup membangun empatinya terhadap orang-orang yang menderita. Ia menjadi Pahlawan Penghapusan Perbudakan.

Untuk menggambarkan tentang Lincoln, berikut ini dicuplik sebuah ucapan yang menarik dari dirinya yang disampaikannya pada tanggal 11 Februari 1859 :

"The inclination to exchange thoughts with one another is probably an original impulse of our nature. If I be in pain I wish to let you know it, and to ask your sympathy and assistance; and my pleasurable emotions also, I wish to cummunicate to, and share with you."

Tidak ada komentar: