Minggu, 22 Februari 2009

HILLARY CLINTON DAN SIKAP PRAGMATIS BAGI CALON PRESIDEN


Hillary Clinton beberapa hari yang lalu berkunjung ke Indonesia selama dua hari. Indonesia adalah negara kedua yang dikunjungi Hillary setelah lawatannya ke Jepang. Hillary menganggap Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara muslim terbesar. Mengingat Amerika akhir-akhir ini memiliki sejumlah permasalahan dalam hubungannya dengan dunia muslim, tampaknya kunjungan Hillary ke Indonesia membawa sinyal keinginan Amerika untuk mendekati kalangan Islam.

Menilik riwayat Hillary semenjak ia menjadi first lady Amerika, sikapnya saat mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika, upayanya untuk menjadi Wakil Presiden setelah gagal menjadi Calon Presiden dan terakhir menerima tawaran Obama untuk menjadi Menteri Luar Negeri, jelas memperlihatkan sikap pragmatis Hillary.

Respon Hillary saat menghadapi kasus suaminya Bill Clinton dengan Monica Lewsinky jelas memperlihatkan kedewasaannya sebagai seorang wanita, istri, ibu bagi putrinya Chelsea sekaligus sebagai ibu negara. Namun, yang sering luput dari perhatian orang adalah insting politiknya yang sangat jitu turut menyelamatkan karir politik suaminya dan sekaligus membagun fondasi yang kokoh bagi karir politiknya sendiri. Bill Clinton sendiri menyebut posisi istrinya tersebut sebagai "who gave me a life of love."

Terbukti kemudian dengan sikapnya yang sedemikian rupa Hillary memperoleh simpati yang luar biasa dari masyarakat luas dan ini adalah modal politik yang sangat berarti baginya. Seandainya Hillary dalam proses pencalonan Calon Presiden dari Partai Demokrat menghadapi calon lain yang bukan Obama dapat dipastikan Hillary akan menang. Dalam menghadapi Hillary pun Obama sebenarnya cukup kewalahan, tetapi memang waktu saat itu sangat berpihak kepada Obama. Setelah Obama terpilih, Hillary mencoba peruntungan politiknya untuk menjadi Calon Wakil Presiden namun kandas setelah Obama memilih Joe Biden. Setelah itu Hillary secara realistis menerima tawaran Obama untuk menjadi Menteri Luar Negeri dengan dukungan penuh suaminya Bill Clinton. Bukan tidak mungkin dimasa yang akan datang Hillary berpeluang untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.

Kasus Hillary memperlihatkan bahwa sikap pragmatis terkadang diperlukan dalam berpolitik tanpa perlu menjadi munafik. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi politikus Indonesia termasuk para tokoh yang saat ini mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Presiden, bahwa pada saatnya sikap pragmatis akan menolong karir politik anda. Karena pada hakikinya seorang politikus yang bermartabat akan bersikap "tidak bertanya tentang apa yang saya dapat, tetapi bertanya tentang apa yang dapat saya berikan untuk bangsa dan negara."

Tidak ada komentar: