Rabu, 25 November 2009

BERGURU PADA ALAM DAN KEHIDUPAN : MENCERMATI KASUS CICAK DAN BUAYA

Banyak sekali peristiwa yang terjadi pada alam dan kehidupan ini yang dapat dijadikan pembelajaran. Namun, sering sekali kita sebagai manusia luput memperhatikannya. Bahkan pelajaran pun dapat diambil dari para makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan.

Kita menyaksikan bagaimana ilmu Kungfu yang berkembang di China berawal dari mencontoh gerakan hewan-hewan tertentu. Demikian pula dengan Fengshui yang memanfaatkan posisi alam dengan segala elemennya. Di India, Mesir dan Suku Indian Kuno seperti Maya dan Inca memanfaatkan pula segala peristiwa alam termasuk astronomi untuk memandu kehidupan manusia. Konon, ilmu alam yang berkembang di mereka pada dahulu kala jauh lebih maju dari perkembangan yang terjadi sekarang ini.

Demikianlah alam dan kehidupan memberikan pelajaran. Alam dan kehidupan biasanya bergerak dalam siklus yang teratur. Antara musibah dan bencana yang ditimbulkan oleh alam dan kehidupan senantiasa diikuti oleh kemakmuran yang baru. Meletusnya gunung berapi akan diikuti setelah itu oleh suburnya lahan disekitar gunung tersebut. Bahkan bencana besar tsunami di Aceh diperkirakan akan memicu munculnya sumber mineral baru yang melimpah didaerah tersebut.

Jadi apa yang disebut bencana dalam konteks alam dan kehidupan dapat dimaknai sebagai sebuah proses alami untuk memperbaharui kehidupan. Memperbaharui kehidupan ini tidak sekedar pada alam fisik, tetapi juga menyentuh aspek kehidupan sosial, budaya dan dimensi kehidupan manusia lainnya. Demikianlah yang kita saksikan pada bencana banjir besar Nabi Nuh, bencana Kaum Tsamud dan Aad, bencana besar Gunung Vesuvius, yang semuanya terkesan menghancurkan kehidupan manusia namun disebalik itu mendorong kehidupan baru yang lebih baik.

Berguru pada alam dan kehidupan sesungguhnya adalah memaknai hidup sebagai suatu siklus. Hidup selalu mencari keseimbangan dan hidup senantiasa memperbaharui diri dengan cara berproses sedemikian rupa termasuk berproses secara menyakitkan seperti musibah dan bencana.

Bencana pun dapat terjadi secara sosial dan politik, namun sebagaimana alam dan kehidupan kita pun meyakini ini adalah suatu proses untuk pembaharuan yang akan membuat situasi semakin baik.

Demikian pula apa yang berkembang selama ini yang sering disebut dengan Kasus Cicak versus Buaya. Presiden SBY pada Senin malam kemarin telah menyampaikan pandangan dan posisinya terhadap kasus Bibit dan Chandra yang cenderung akan diselesaikan secara out of court settlement. Jika kita menganggap peristiwa tersebut sebagai gonjang-ganjing hukum-sosial-politik, maka berguru pada alam dan kehidupan yang menganut prinsip cyclical akan membangkitkan sikap optimis bahwa kehidupan berdemokrasi dinegeri sedang berproses menuju arah yang lebih baik.

Suatu siklus akan terus berputar, dimana setiap perputaran akan semakin mematangkan dan menyempurnakan hasil. Demikianlah yang ditunjukan oleh alam dan kehidupan. Tentunya kita pun sangat berharap gonjang-ganjing yang terjadi akhir-akhir ini dinegeri ini merupakan bagian dari proses siklus kehidupan tersebut yang akan terus mematang proses demokrasi dinegeri ini utamanya melalui penegakan hukum, pemantapan kehidupan sosial dan pematangan proses berpolitik, sehingga menuju kearah kehidupan yang lebih baik.

Tidak ada komentar: