Kamis, 12 Maret 2009

SINTONG PANJAITAN : PEMIMPIN ITU BERTANGGUNG JAWAB

Letnan Jenderal (Pur) Sintong Panjaitan, mantan Komandan Komando Pasukan Khusus dan Mantan Pangdam Udayana, menerbitkan buku "PERJALANAN SEORANG PRAJURIT PARA KOMANDO" kemarin Rabu 11 Maret 2009 di Jakarta. Sintong Panjaitan (SP) ada The Rising Star di TNI d/h ABRI pada tahun 1980-an. Ia adalah lulusan terbaik Akademi Militer (AKABRI) dan mencatat tinta emas sejarah sebagai Komandan Pasukan saat peristiwa pembebasan pembajakan pesawat Woyla di Bandara Don Muang Bangkok. Namun, SP kemudian tergelincir dalam kasus Santa Cruz di Timor Timur. SP mengambil tanggung jawab peristiwa Santa Cruz, ia dicopot meskipun peristiwa tersebut sendiri memiliki banyak misteri, tetapi SP menerimanya dengan jiwa besar. Kemudian Habibi saat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi mengangkatnya sebagai Tenaga Ahli dan kemudian terus menggunakan SP saat menjadi Wakil Presiden dan Presiden.

Hal yang menarik terkait dengan peluncuran buku tersebut, SP mengatakan bahwa Pemimpin itu Bertanggungjawab. Dalam artikel sebelumnya tentang kepemimpinan, penulis pun menyebutkan bahwa esensi dasar kepemimpinan itu adalah tanggung jawab. Menjadi pemimpin berarti siap bertanggung jawab.

Dua dimensi yang paling penting dalam kepemimpinan adalah Tanggungjawab dan Melayani. Tanggungjawab adalah fungsi moral dari kepemimpinan dan Melayani fungsi tindakan dari kepemimpinan. Jadi sesungguhnya memimpin itu adalah melayani dan kemudian mengambil tanggung jawab terhadap pelayanannya (baca tugas dan lingkup pekerjaan sesuai otoritasnya).

Jika anda melihat para pemimpin besar pada dasarnya mereka adalah orang-orang yang melayani dan bertanggungjawab. Pemimpin yang dikenang sepanjang masa adalah mereka yang melayani dan bertanggungjawab. Lihatlah pemimpin besar seperti Mandela, Gandhi atau Bung Hatta mereka adalah orang-orang yang melayani dan bertanggungjawab.

Khusus tentang peristiwa Mei 1998, yang meyebut-nyebut tentang Prabowo Subianto, penulis kira dalam batas tertentu Prabowo Subianto telah mengambil tanggung jawabnya. Bukankah ia kemudian berhenti dari Dinas Militer, ini merupakan pengorbanan yang luar biasa bagi seorang prajurit, satu tingkat dibawah mempertaruhkan nyawa. Penulis kira semua bangsa pasti memiliki sejarah kelamnya, termasuk Amerika sekali pun. Tentu sebagai sebuah bangsa pun kita tidak boleh melupakan sejarah kelam yang ada, kita ambil hikmahnya, dan kemudian untuk kepentingan masa depan bangsa ini yang lebih baik rekonsiliasi semua anak bangsa merupakan prasyarat penting untuk membangun negeri ini menuju bangsa yang jaya. Demikian pula segenap potensi bangsa seperti para pemimpin bangsa harus mengutamakan kebersamaan, mengutamakan kepentingan yang lebih besar untuk membangun bangsa dan negara.

Menurut informasi Prabowo Subianto akan menerbitkan pula sebuah buku yang berjudul "MEMBANGUN KEMBALI INDONESIA RAYA." Penulis kira ini suatu tradisi positif untuk menerbitkan buku. Melalui buku bisa dilakukan diskusi yang lebih sehat dan produktif dan akan memberikan nilai tambah bagi upaya membangun demokrasi dan tradisi intelektual di negeri ini.

Para pemimpin dan para kader bangsa yang sekarang bersiap-siap mencalonkan diri menjadi Presiden, tentu kita berharap agar mereka siap untuk melayani dan bertanggungjawab. Terlebih-lebih kita pun mengetahui di kitab suci menyebutkan bahwa kita semua ini adalah pemimpin, minimal memimpin diri sendiri dan suatu saat akan diminta pertanggungjawaban oleh Yang Maha Kuasa atas kepemimpinan kita.

Jadi memimpin itu bukanlah memerintah, menguasai apalagi mengeksploitasi. Memimpin adalah Melayani dan Mempertanggungjawabkan pelayanannya.

Tidak ada komentar: