Kamis, 05 Maret 2009

PENINGKATAN KASUS BUNUH DIRI

Berita disebuah harian nasional terkemuka hari ini berjudul " Korban Bunuh Diri Bertambah." Kasus bunuh diri semakin marak akhir-akhir ini. Sebagian besar motifnya karena masalah ekonomi dan keuangan. Saat terjadi Great Recession pada tahun 1930-an kasus bunuh diri juga terjadi secara masif terutama di Amerika. Juga saat krisis ekonomi tahun 1998 terjadi peningkatan trend bunuh diri.

Saat krisis ekonomi dan keuangan saat ini kejadian bunuh diri semakin memperlihatkan grafik yang meningkat. banyak kasus-kasus bunuh diri yang terjadi karena faktor kehilangan harapan dan kehilangan tumpuan.

Menurut The Penguin Dictionary of Psychology, yang dimaksud bunuh diri adalah :

1. A person who intentionally kills himself or herself.
2. The act of taking one's life.

Emile Durkheim seorang ahli yang pertama sekali mempelajari masalah "suicide" secara sistematis membedakan bunuh diri dalam tiga jenis tergantung pada apa yang mendorong mereka untuk melakukan "self-destruction." Ketiga jenis teresebut adalah altruistic, anomic dan egoistic. Altruistic menyangkut suatu keyakinan yang dianggap benar, membela kehormatan dir atau keluarga, merasa malu atau merasa bertanggungjawab terhadap suatu kesalahan atau kegagalan seperti kasus harakiri. Anomic terjadi pada individu yang mengalami kesepian, merasa terisolasi dan kehilangan tumpuan sosial. Egoistic berkaitan dengan kegagalan, adanya unsur kehilangan harapan, individu putus asa karena tidak mencapai apa yang diinginkannya.

Sepanjang peradaban manusia motif bunuh diri cukup bervariasi, diantaranya adalah :

1. Motif yang bersifat spritual (sering terjadi secara masal).
2. Motif ekonomi dan keuangan.
3. Motif sosial dan budaya (seperti di Jepang ada faktor budaya, namun harakiri dan kamikaze dipengaruhi juga oleh konsep spiritualitas).
4. Motif personal.
5. Motif Keluarga
6. Motif disintegrasi kepribadian.

Namun, menurut penelitian berbagai pihak, kasus bunuh diri memiliki kaitan erat dengan depresivitas, kecuali untuk kasus yang bersifat spiritual. Sebagaimana disebutkan diatas kehilangan harapan dan kehilangan tumpuan merupakan sumber utama yang menjebak seseorang kedalam kondisi depresi.

Secara substantif, manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk spiritual. Esensi dasar sosialitas dan spiritualitas adalah ketergantungan dan sekaligus harapan. Krisis sosial dan spiritualitas membuat tempat bertumpu dan berharap memudar bahkan menghilang. Kondisi ini membuat manusia kehilangan pegangan dan tumpuan, pada saat menghadapi tekanan yang bertubi-tubi individu menjadi goyah dan terjebak pada kondisi depresif. Kehilangan harapan ini menjadi salah satu sumber penting yang mendorong terjadinya bunuh diri.

Spiritulitas dalam kasus ini memang berada dalam posisi paradoks, disatu sisi dapat mencegah terjadinya bunuh diri, namun disisi lain dapat pula sebagai faktor pendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri (suicide).

Tidak ada komentar: