Tanggal 9 April 2009 adalah awal pencoblosan dalam agenda Pemilu, yaitu pemilihan para Calon Legislatif. Setelah itu dilanjutkan pemilihan laiinya seperti DPD sampai dengan Presiden. Sebelum fase pemilihan dilangsungkan kampanye. Saat inipun kita saksikan kampanye secara terselubung dan tidak langsung telah mulai terlihat.
Kampanye pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih orang tertentu atau partai tertentu dalam pemilihan umum. Dalam sistem demokrasi upaya meraup suara sebanyak mungkin merupakan legitimasi dalam memperoleh kekuasaan politik. Kekuasaan politik akan memberikan kekuatan bagi seseorang atau sekelompok orang atau partai politik untuk menentukan berbagai kebijakan negara.
Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain membutuhkan kompetensi khusus, terutama yang berkaitan dengan Ilmu Psikologi. Banyak definisi tentang psikologi, secara ringkas psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Banyak cabang dalam psikologi.
Berkaitan dengan kampanye setidaknya ada empat domain psikologi yang berperan, yaitu :
1. Psikologi Sosial
2. Psikologi Komunikasi
3. Psikologi Massa
4. Psikologi Politik
Psikologi sosial adalah salah satu cabang psikologi yang mengkhususkan untuk mengkaji perilaku manusia dalam hubungannya dengan orang lain, dalam kelompok, lembaga sosial maupun masyarakat secara lebih luas.
Psikologi komunikasi adalah salah satu bentuk terapan dari ilmu psikologi untuk mengkaji proses komunikasi (pertukaran gagasan) yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk penerapan gaya komunikasi yang tepat dikaitkan dengan perilaku yang diharapkan dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas interaksi.
Psikologi massa sesungguhnya adalah bagian dari psikologi sosial. namun, dalam konteks kampanya psikologi massa memiliki peran cukup kuat sehingga memerlukan pembahasan tersendiri. Massa dalam pengertian psikologi adalah sekelompok orang yang dapat bergerak sendiri cenderung unorganized dan cenderung tidak memiliki struktur sosial yang jelas. Dalam pengertia lain disebutkan juga massa sebagai kelompok yang tidak berdekatan, suatu kolektiva tanpa pemimpin dan tanpa komunikasi yang sinambung (berkumpul secara insidental).
Psikologi politik mengkhususkan diri untuk mengkaji aspek perilaku dalam pengelolaan kekuasaan. Domain ini sangat penting untuk mengkaji strategi pemilihan perilaku yang tepat dalam kegiatan politik mulai dari saat pencalonan, kampanye dan mengelola kekuasaan secara menyeluruh (mencari, merebut, mengorganisasikan, mempertahankan).
Untuk mengkaji secara satu per satu seluruh aspek diatas dalam kepentingan kampanye tentu memerlukan pengkajian yang mendalam dan komprehensif yang mungkin kolom diblog ini sangat terbatas untuk mengakomodasinya (bagi yang memerlukan kajian yang komprehensif dapat menghubungi penulis melalui email).
Namun, secara sederhana pemanfaatan ilmu psikologi dalam kampanye dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Memahami isu politik dan isu sentral yang berkembang.
2. Kaitkan isu tersebut dengan kepentingan publik.
3. Melakukan proses pencitraan diri dan kelompok/partai secara intensif dan masif.
4. Melakukan proses persuasi secara "cascading" melalui tokoh-tokoh utama, tokoh formal. tokoh informal, small group leader dan orang-orang yang menonjol untuk bidang tertentu (artis, olahragawan, dan sebagainya).
Kampanye pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih orang tertentu atau partai tertentu dalam pemilihan umum. Dalam sistem demokrasi upaya meraup suara sebanyak mungkin merupakan legitimasi dalam memperoleh kekuasaan politik. Kekuasaan politik akan memberikan kekuatan bagi seseorang atau sekelompok orang atau partai politik untuk menentukan berbagai kebijakan negara.
Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain membutuhkan kompetensi khusus, terutama yang berkaitan dengan Ilmu Psikologi. Banyak definisi tentang psikologi, secara ringkas psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Banyak cabang dalam psikologi.
Berkaitan dengan kampanye setidaknya ada empat domain psikologi yang berperan, yaitu :
1. Psikologi Sosial
2. Psikologi Komunikasi
3. Psikologi Massa
4. Psikologi Politik
Psikologi sosial adalah salah satu cabang psikologi yang mengkhususkan untuk mengkaji perilaku manusia dalam hubungannya dengan orang lain, dalam kelompok, lembaga sosial maupun masyarakat secara lebih luas.
Psikologi komunikasi adalah salah satu bentuk terapan dari ilmu psikologi untuk mengkaji proses komunikasi (pertukaran gagasan) yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk penerapan gaya komunikasi yang tepat dikaitkan dengan perilaku yang diharapkan dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas interaksi.
Psikologi massa sesungguhnya adalah bagian dari psikologi sosial. namun, dalam konteks kampanya psikologi massa memiliki peran cukup kuat sehingga memerlukan pembahasan tersendiri. Massa dalam pengertian psikologi adalah sekelompok orang yang dapat bergerak sendiri cenderung unorganized dan cenderung tidak memiliki struktur sosial yang jelas. Dalam pengertia lain disebutkan juga massa sebagai kelompok yang tidak berdekatan, suatu kolektiva tanpa pemimpin dan tanpa komunikasi yang sinambung (berkumpul secara insidental).
Psikologi politik mengkhususkan diri untuk mengkaji aspek perilaku dalam pengelolaan kekuasaan. Domain ini sangat penting untuk mengkaji strategi pemilihan perilaku yang tepat dalam kegiatan politik mulai dari saat pencalonan, kampanye dan mengelola kekuasaan secara menyeluruh (mencari, merebut, mengorganisasikan, mempertahankan).
Untuk mengkaji secara satu per satu seluruh aspek diatas dalam kepentingan kampanye tentu memerlukan pengkajian yang mendalam dan komprehensif yang mungkin kolom diblog ini sangat terbatas untuk mengakomodasinya (bagi yang memerlukan kajian yang komprehensif dapat menghubungi penulis melalui email).
Namun, secara sederhana pemanfaatan ilmu psikologi dalam kampanye dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Memahami isu politik dan isu sentral yang berkembang.
2. Kaitkan isu tersebut dengan kepentingan publik.
3. Melakukan proses pencitraan diri dan kelompok/partai secara intensif dan masif.
4. Melakukan proses persuasi secara "cascading" melalui tokoh-tokoh utama, tokoh formal. tokoh informal, small group leader dan orang-orang yang menonjol untuk bidang tertentu (artis, olahragawan, dan sebagainya).
5. Pemanfaatan media secara optimal.
6. Menggalang aktivitas-aktivitas sosial untuk membangun kohesivitas dengan kelompok pemilih.
7. Jadikan publik bagian dari diri atau kelompok.
8. Selalu hadir dalam berbagai event penting apakah bersifat sosial, budaya, keagamaan dan sebagainya.
9. Jadikan diri atau kelompok/partai sebagai problem solver dari permasalahan utama yang dirasakan masyarakat.
10. Membangun jaringan dalam berbagai bentuk apakah terintegrasi, terseparasi, atau quasi-integration.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar