Senin, 16 Maret 2009

RYAN NARSISISTIK ATAU PSIKOPAT?

Masih ingatkah anda dengan Ryan? Yang lengkapnya bernama Very Idam Henyansah. Ryan beberapa waktu yang lalu telah membunuh sejumlah orang yang juga merupakan teman dekatnya. Pada tangggal 3 Agustus 2008 penulis telah mengulas masalah Ryan di blog ini. Pada hari ini sebuah berita menyebutkan bahwa Ryan disebutkan sebagai Narsisistik dan bukan Psikopat.

Memang tidak begitu mudah untuk memberikan diagnosis tunggal terhadap permasalahan kepribadian. Seringkali beberapa gejala yang menggambarkan beberapa bentuk gangguan tertentu berbaur dalam suatu pribadi. Sangat mungkin Ryan mengalami bauran permasalahan berbagai gangguan kepribadian seperti gangguan penyimpangan seksual. agresivitas, immaturity, narsistik dan psikopat sekaligus. Namun, menghilangkan kecenderungan psikopat pada diri Ryan tampaknya perlu dicermati kembali, mengingat perilaku sadistisnya, kehilangan rasa dan sensitivitas.

Sesuai dengan tulisan terdahulu tentang Ryan dan menurut The Penguin Dictionary of Psychology (Arthur S. Reber & Emily Reber) menyebutkan tentang psikopat sebagai berikut:“Psychopath is a term with two uses, both of which are falling out of favour. 1. A general label for a person with any severe mental disorder. This usage is now absent from technical writings but still occurs in popular literature. 2. An individual diagnosed as having a psychopathic personality.”Psychopathic personality menunjukkan pada seseorang yang mengalami gangguan kepribadian yang ditandai sikap tidak bermoral, kehilangan sensitivitas rasa dan tidak adanya rasa cemas maupun rasa bersalah pada saat melakukan hal-hal yang melanggar norma atau aturan.Tambahan pengertian tentang psikopat dapat dilihat dari pandangan J.P. Chaplin, Ph.D yang menyebutkan bahwa psikopat “1. An individual suffering from a mental disorder., 2. an individual with a personality disorder not psychotic in nature, which is lacking in manifest anxiety and involves inadequate social adjustment.”

Dari pengertian diatas dapat kita lihat apakah Ryan seorang psikopat melalui pertanyaan yang sederhana, yaitu :

1. Apakah Ryan menunjukkan perilaku yang amoral?
2. Apakah Ryan melakukan pelanggaran peraturan tanpa diiringi sikap bersalah dan tidak cemas sama sekali terhadap perbuatannya?
3. Apakah Ryan mati rasa? Tidak memiliki rasa kasihan terhadap penderitaan orang lain?
4. Apakah Ryan melakukan tindakan yang sikapnya manipulatif, cenderung mengecoh untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan orang lain?
5. Apakah Ryan tidak menunjukkan kemampuan penyesuaian social secara tepat?

Jika semua pertanyaan diatas jawabannya adalah “ya” kita bisa saja memiliki hipotesa yang kuat bahwa Ryan kemungkinan besar adalah seorang psikopat. Namun, hal ini memerlukan uji psikologi klinis yang komprehensif untuk dapat mengambil kesimpulan secara akurat.

Hal lain yang perlu diketahui umumnya psikopat memiliki kecerdasan diatas rata-rata, mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat tampil secara meyakinkan. Kondisi ini mampu mengecoh lingkungannya, bahkan terkadang mereka menunjukkan perilaku religius yang cukup baik seperti rajin beribadah, berderma dan terlibat dengan aktivitas keagamaan yang sebetulnya mereka lakukan untuk memperdaya lingkungannya.Orientasi seksual Ryan yang menyukai pasangan sejenis hendaknya tidak mendorong kita untuk menggenarilisasi kasus ini, karena mereka yang hetero-seksual pun ada yang memiliki potensi psikopat.

Narsisistik sendiri berarti orang yang sangat menyintai dirinya secara berlebihan, cinta diri yang dilakukan secara ekstrim. Biasanya orang yang menyintai diri secara berlebihan kurang menunjukkan perhatian terhadap orang lain. Berbeda dengan Ryan yang menunjukkan perhatian terhadap orang lain, bahkan menyintai orang lain secara eksesif, meskipun subyek yang dicintainyai tersebut sejenis.

Dengan tetap menghormati pendapat ahli lain yang menyebutkan Ryan menderita Narsisistik, penulis memiliki anggapan bahwa Ryan-pun dalam kadar tertentu memiliki kecenderungan Psikopat.

Kalau memang Ryan sebagai Psikopat apakah dapat dihukum? Penjelasan J.P. Chaplin, Ph.D yang menyebutkan bahwa psikopat tidak bisa digolongkan sebagai psikotik (seorang psikotik apabila melanggar hukum bisa saja terbebas dari konsekuensi hukum namun harus memperoleh perawatan psikologis), tegas mengatakan bahwa psikopat yang melakukan pelanggaran hukum apalagi membunuh harus mempertanggungjawabkan perilakunya dan memperoleh konsekuensi hukum. Hanya saja di beberapa tempat diluar negeri pelanggar hukum yang tergolong psikopat biasanya mendapat bantuan penanganan dari seorang psikolog untuk menangani permasalahan kepribadiannya, disamping ia tetap harus menjalani proses hukum.

Berdasarkan analisa diatas sangat mungkin Ryan mengalami bauran permasalahan kepribadian, namun tidak dapat digolongkan sebagai psikotik (dalam pengertian awam tidak dapat digolongkan sebagai "orang gila") sehingga ia dapat dikenakan konsekuensi hukum atas perbuatannya.

Catatan :
1. Tulisan diatas adalah pendapat pribadi dan penulis tidak berpretensi paling benar, perlu pandangan dari berbagai ahli lainnya terutama psikolog dan psikiater untuk memberikan masukan terhadap kasus ini.

2. Sebagian isi tulisan diatas pernah penulis ulas dalam blog ini pada tanggal 3 Agustus 2008 dengan judul "Apakah Ryan Psikopat?."

Tidak ada komentar: