Konflik dapat menjadi problem yang serius didalam organisasi. Hal tersebut dapat mengganggu kinerja suatu kelompok dan memberi dampak yang serius bagi individu-individu yang ada didalamnya. Namun, tidak semua konflik berakibat jelek. Konflik memiliki sisi yang postif yang sama dengan sisi negatifnya.
Definisi konflik sebagaimana yang tertera dalam alinea pertama tulisan ini memiliki dimensi yang luas. Hal tersebut dapat mencakup aktivitas apapun dimana interaksi dapat terjadi dalam seluruh proses konflik antar berbagai orang atau pihak. Bentuk-bentuk konflik tersebut dapat berupa adanya tujuan yang saling bertentangan, perbedaan dalam mempersepsi fakta, ketidaksepakatan mengenai apa yang diharapkan. Dengan demikian definisi konflik dapat bersifat fleksibel mulai dari pengertian yang sangat ekstrim sampai dengan pengertian yang sangat sederhana.
Konflik biasanya menyangkut permasalahan peran dalam kelompok atau organisasi. Ada yang mengatakan bahwa konflik harus dihindari karena merupakan malfungsi dalam kelompok. Ini merupakan pandangan tradisionil. Pandangan lain melihat dari sisi interaksi manusia bahwa konflik merupakan sesuatu yang alamiah dan terjadi dalam kelompok manapun dan itu bukan merupakan sesuatu yang merusak tetapi secara potensial ia dapat memberikan dampak yang positif untuk mendorong kinerja kelompok. Pandangan ketiga tentang konflik menyebutkan bahwa konflik bukan hanya dapat berdampak positif bahkan ia mutlak diperlukan untuk mendorong kinerja kelompok secara efektif. Pandangan ketiga ini disebut dengan pendekatan interactionist.
Fungsional Vs Disfungsional Konflik
Pandangan interactionist tidak berarti mengatakan semua konflik adalah baik. Setidaknya beberapa konflik dapat mendorong tercapainya tujuan kelompok dan meningkat kinerja, inilah konflik yang fungsional. Sedangkan yang disfungsional konflik dapat menghambat kinerja kelompok dan ini merupakan bentuk konflik yang merusak.
Proses Konflik :
1. Potential opposition or incompatibility
Antecendent conditions :
a. Communication
b. Structure
c. Personal variables
a. conflic : kesadaran bahwa ada kondisi yang berpeluang memunculkan konflik.
b. Felt conflict : adanya perasaaan cemas, tegang, frutrasi atau sikap bermusuhan
3. Intentions
Conflict-handling intentions :
a. Competing : kebutuhan untuk dianggap benar dan menyalahkan yang lain.
b. Collaborating : ingin memuaskan pihak lain, co-operative, mutually beneficial outcome.
c. Compromising : suatu siatuasi dimana setiap pihak berupaya berdamai.
d. Avoiding : keinginan untuk menghidari suatu konflik.
e. Accommodating : menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri, menjaga hubungan, menerima pendapat berbeda.
4. Behavior
Overt conflict :
a. Party’s behavior
b. Other’s reaction
5. Outcomes
a. Increased group performance
b. Decreased group performance
Conlict Intensity Continuum :
1. Sedikit ketidaksepakatan atau ketidaksepahaman.
2. Mempertanyakan atau “menantang” orang lain.
3. Serangan secara verbal dengan asertif.
4. Ancaman dan ultimatum.
5. Serangan agresif secara fisik.
6. Upaya terbuka untuk menghancurkan orang lain.
1. Problem solving
Bertatap-Amuka antara pihak yang berkonflik dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan berupaya memecahkannya dengan diskusi terbuka.
2. Superordinates goals
Menciptakan tujuan bersama yang hanya dapat dicapai melalui kerjasama diantara pihak-pihak yang mengalami konflik.
3. Expansion of resources
Pada saat konflik disebabkan oleh keterbatasan sumber daya seperti uang, peluang promosi, ruang kantor, perlu meningkatkan sumber daya yang dapat menghasilkan win-win solution.
4. Avoidance
Menghindari dari tekanan atau sumber konflik.
5. Smoothing
Menjelaskan perbedaan secara bertahap seraya mencoba mencari kesamaan diantara para pihak yang berkonflik.
6. Compromise
Setiap pihak yang berkonflik mencoba berkompromi.
7. Authoritative command
Manajemen menggunakan kewenangan formal untuk mengatasi konflik dan kemudian mengkomunikasikannya kepada para pihak yang berkonflik.
8. Altering the human variable
Menggunakan tehnik perubahan perilaku melalui pelatihan human relations untuk mengatasi sikap dan perilaku yang menyebabkan konflik.
9. Altering the structural variables
Merubah struktur organisasi formal dan pola interaksi dari para pihak yang berkonflik mll job redesign, transfer, koordinasi.
Tehnik Stimulasi Konflik
1. Communication
Menggunakan pesan yang membingungkan atau bersifat ancaman untuk meingkatkan taraf konflik.
2. Bringing outsiders
Membawa karyawan baru yang berbeda latar belakang (nilai, sikap,
3. Restructuring the organization
Menyeimbangkan kelompok kerja, menata peran dan peraturan, meningkatkan ketergantungan dan membuat perubahan struktur utk mengganggu status quo.
4. Appointing a devil’s advocate
Melakukan kritik yang bertujuan untuk menentang pendapat mayoritas dari anggota kelompok.
2 komentar:
nice post juragan..
keep on writing
huehehehe...
hidup tanpa konflik itu serasa sayur tanpa garam, tanpa bumbu, tanpa sayuran..*loh, jadi yang dimasak apaaa*
^.^
betul konflik itu apabila dimanage scr baik akan membuat kita lebih dewasa
Posting Komentar