Jumat, 06 Maret 2009

KONFLIK, APAKAH HARUS DIHINDARI?

Konflik adalah suatu proses yang terjadi pada saat seseorang menerima orang lain secara negatif atau mengakibatkan dampak negatif dimana kadang-kadang hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan bagi seseorang.

Konflik dapat menjadi problem yang serius didalam organisasi. Hal tersebut dapat mengganggu kinerja suatu kelompok dan memberi dampak yang serius bagi individu-individu yang ada didalamnya. Namun, tidak semua konflik berakibat jelek. Konflik memiliki sisi yang postif yang sama dengan sisi negatifnya.

Sebenarnya tidak ada definisi yang gamblang tentang konflik. Berbagai pengertian sering dikemukakan. Konflik adalah sesuatu hal yang tidak dapat dihindari. Jika tidak ada orang yang menyadari terjadinya konflik, bukan berarti konflik tersebut tidak terjadi. Umumnya konflik dipahami sebagai suatu sikap oposisi, bertentangan dalam berbagai bentuk interaksi. Faktor-faktor yang memungkinkan konflik terjadi merupakan hal penting dalam menjelaskan bagaimana proses konflik tersebut muncul.

Definisi konflik sebagaimana yang tertera dalam alinea pertama tulisan ini memiliki dimensi yang luas. Hal tersebut dapat mencakup aktivitas apapun dimana interaksi dapat terjadi dalam seluruh proses konflik antar berbagai orang atau pihak. Bentuk-bentuk konflik tersebut dapat berupa adanya tujuan yang saling bertentangan, perbedaan dalam mempersepsi fakta, ketidaksepakatan mengenai apa yang diharapkan. Dengan demikian definisi konflik dapat bersifat fleksibel mulai dari pengertian yang sangat ekstrim sampai dengan pengertian yang sangat sederhana.

Transisi dalam Pemikiran Konflik

Konflik biasanya menyangkut permasalahan peran dalam kelompok atau organisasi. Ada yang mengatakan bahwa konflik harus dihindari karena merupakan malfungsi dalam kelompok. Ini merupakan pandangan tradisionil. Pandangan lain melihat dari sisi interaksi manusia bahwa konflik merupakan sesuatu yang alamiah dan terjadi dalam kelompok manapun dan itu bukan merupakan sesuatu yang merusak tetapi secara potensial ia dapat memberikan dampak yang positif untuk mendorong kinerja kelompok. Pandangan ketiga tentang konflik menyebutkan bahwa konflik bukan hanya dapat berdampak positif bahkan ia mutlak diperlukan untuk mendorong kinerja kelompok secara efektif. Pandangan ketiga ini disebut dengan pendekatan interactionist.

Fungsional Vs Disfungsional Konflik

Pandangan interactionist tidak berarti mengatakan semua konflik adalah baik. Setidaknya beberapa konflik dapat mendorong tercapainya tujuan kelompok dan meningkat kinerja, inilah konflik yang fungsional. Sedangkan yang disfungsional konflik dapat menghambat kinerja kelompok dan ini merupakan bentuk konflik yang merusak.

Tentunya ada alasan yang mendasari mengapa konflik bermanfaat bagi kelompok. Demarkasi antara konflik yang fungsional dan disfungsinal kadang-kadang tidak terlalu jelas. Suatu konflik pada saat tertentu atau kelompok tertentu dapat bersifat fungsional namun pada waktu dan kelompok yang berbeda dapat menjadi disfungsional. Kriterianya apakah konflik fungsional atau disfungsional adalah kinerja kelompok. Sejak suatu tujuan ditetapkan dalam kelompok hal itu secara potensial telah mengandung konflik. Tentunya dampak konflik bagi kelompok maupun individu relatif sama. Namun, dalam konteks ini konflik lebih difokuskan pada kelompok, meskipun dalam terminologi lain konflik terjadi dalam diri individu.

Proses Konflik :

1. Potential opposition or incompatibility

Antecendent conditions :

a. Communication

b. Structure

c. Personal variables

2. Cognition & personalization

a. conflic : kesadaran bahwa ada kondisi yang berpeluang memunculkan konflik.

b. Felt conflict : adanya perasaaan cemas, tegang, frutrasi atau sikap bermusuhan

3. Intentions

Conflict-handling intentions :

a. Competing : kebutuhan untuk dianggap benar dan menyalahkan yang lain.

b. Collaborating : ingin memuaskan pihak lain, co-operative, mutually beneficial outcome.

c. Compromising : suatu siatuasi dimana setiap pihak berupaya berdamai.

d. Avoiding : keinginan untuk menghidari suatu konflik.

e. Accommodating : menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri, menjaga hubungan, menerima pendapat berbeda.

4. Behavior

Overt conflict :

a. Party’s behavior

b. Other’s reaction

5. Outcomes

a. Increased group performance

b. Decreased group performance

Conlict Intensity Continuum :

1. Sedikit ketidaksepakatan atau ketidaksepahaman.

2. Mempertanyakan atau “menantang” orang lain.

3. Serangan secara verbal dengan asertif.

4. Ancaman dan ultimatum.

5. Serangan agresif secara fisik.

6. Upaya terbuka untuk menghancurkan orang lain.

Tehnik Mengatasi Konflik :

1. Problem solving

Bertatap-Amuka antara pihak yang berkonflik dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan berupaya memecahkannya dengan diskusi terbuka.

2. Superordinates goals

Menciptakan tujuan bersama yang hanya dapat dicapai melalui kerjasama diantara pihak-pihak yang mengalami konflik.

3. Expansion of resources

Pada saat konflik disebabkan oleh keterbatasan sumber daya seperti uang, peluang promosi, ruang kantor, perlu meningkatkan sumber daya yang dapat menghasilkan win-win solution.

4. Avoidance

Menghindari dari tekanan atau sumber konflik.

5. Smoothing

Menjelaskan perbedaan secara bertahap seraya mencoba mencari kesamaan diantara para pihak yang berkonflik.

6. Compromise

Setiap pihak yang berkonflik mencoba berkompromi.

7. Authoritative command

Manajemen menggunakan kewenangan formal untuk mengatasi konflik dan kemudian mengkomunikasikannya kepada para pihak yang berkonflik.

8. Altering the human variable

Menggunakan tehnik perubahan perilaku melalui pelatihan human relations untuk mengatasi sikap dan perilaku yang menyebabkan konflik.

9. Altering the structural variables

Merubah struktur organisasi formal dan pola interaksi dari para pihak yang berkonflik mll job redesign, transfer, koordinasi.

Tehnik Stimulasi Konflik

1. Communication

Menggunakan pesan yang membingungkan atau bersifat ancaman untuk meingkatkan taraf konflik.

2. Bringing outsiders

Membawa karyawan baru yang berbeda latar belakang (nilai, sikap, gaya manajemen) ke dalam kelompok.

3. Restructuring the organization

Menyeimbangkan kelompok kerja, menata peran dan peraturan, meningkatkan ketergantungan dan membuat perubahan struktur utk mengganggu status quo.

4. Appointing a devil’s advocate

Melakukan kritik yang bertujuan untuk menentang pendapat mayoritas dari anggota kelompok.

Jadi, apakah konflik harus dihindari? Ternyata konflik adalah sesuatu yang bersifat alamiah selama ada perbedaan dan perbedaan adalah suatu hakekat kemanusiaan yang tidak mungkin dihindari. Tidak ada orang yang diciptakan yang sama dalam berbagai hal, sekalipun manusia itu kembar. Konflik bukan sesuatu yang harus dihindari, tetapi suatu kenyataan yang harus dihadapi dan dikendalikan secara positif. Kuncinya adalah manajemen konflik yang mampu mengelola keperbedaan menjadi suatu enerji yang dapat mendorong seseorang atau organisasi untuk mencapai kinerja yang lebih baik.


2 komentar:

T A T A R I mengatakan...

nice post juragan..
keep on writing
huehehehe...

hidup tanpa konflik itu serasa sayur tanpa garam, tanpa bumbu, tanpa sayuran..*loh, jadi yang dimasak apaaa*

^.^

Zil mengatakan...

betul konflik itu apabila dimanage scr baik akan membuat kita lebih dewasa