Karir dewasa ini merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Bahkan sebagian besar waktu, tenaga dan pemikiran banyak tercurah ke hal-hal yang berkaitan dengan karir. Karir secara sangat terbatas sering dikaitkan dengan pekerjaan dan jabatan yang ujung-ujungnya memberikan penghasilan. Padahal karir tidak sesederhana itu. Karir lebih dari sekedar memperoleh pekerjaan dan jabatan. Karir memiliki perspektif jangka panjang dan terkait dengan tujuan hidup. Karir sangat berkaitan dengan perkembangan personal seseorang dan menjadi bagian penting dalam kesuksesan hidup. Mengingat nilai strategisnya, karir perlu direncanakan secara baik.
Sebuah pendapat bijak mengatakan bahwa arah hidup kita sangat ditentukan oleh tiga keputusan penting yang pernah kita buat. Pertama keputusan untuk memiliki bidang pendidikan yang akan kita tempuh. Kedua keputusan untuk memilih pasangan hidup kita dan ketiga keputusan untuk memilih karir (dalam arti sempit sering diartikan memilih bidang pekerjaan).
Ketiga hal tersebut sebelum diputuskan perlu direncaanakan sebelumnya untuk memilih apa yang terbaik dan apa yang harus dilakukan. Khususnya dalam pembahasan ini akan diulas masalah Perencanaan Karir. Merencanakan karir secara baik akan menentukan kita dalam meraih tujuan karir yang sesuai dengan harapan dan memberikan kontribusi dalam kesuksesan hidup.
Karir sesungguhnya bukan sesuatu yang kita dapatkan, namun karir adalah sesuatu yang harus diciptakan dan sebelumnya harus dirancang. Dalam pengertian ini karir itu sangat perlu dirancang, dengan perkataan lain sangat perlu direncanakan.
Sarah Berry seorang konsultan karir mengatakan bahwa merencanakan karir itu bagaikan kita melihat melalui telescope, melihat sesuatu yang jauh kemudian berusaha meneropongnya dan mengendalikannya untuk terlihat lebih dekat. Jadi perencanaan karir dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan untuk melihat masa depan, memvisualisasikannya sedemikian rupa untuk menetapkan apa yang kita inginkan dan ingin kita capai dimasa depan.
Jadi karir lebih dari sekedar rangkaian suatu pekerjaan atau jabatan. Karir sesuatu yang menyangkut masa depan dalam perspektif jangka panjang yang harus direncanakan sejak jauh-jauh hari, merencanakan kemana kita ingin melangkah dan apa yang ingin kita capai. Lloyd L. Byars dan Leslie W. Rue menyebutkan bahwa perencanaan karir adalah “process by which an individual formulates career goals and develops a plan for reaching those goals.” Mereka membedakannya dengan apa yang disebut pengembangan karir yaitu “an ongoing, formalized effort by an organization that focuses on developing and enriching the organization’s human resources in light of both the employees’ and the organization’s need.”
Hal penting yang perlu kita kutip dari pemahaman diatas adalah perencanaan karir merupakan otoritas individu sedangkan pengembangan karir merupakan otoritas organisasi dengan mempertimbangkan secara bersama-sama kebutuhan karyawan dan kebutuhan organisasi.
Jadi sesungguhnya perencanaan karir berdimensi lebih luas dibandingkan dengan pengembangan karir. Perencanaan karir sangat berkaitan dengan perencanaan jangka panjang karyawan itu sendiri yang tidak dibatasi dalam suatu organisasi tertentu. Pengembangan karir dibatasi oleh kebutuhan dan kepentingan organisasi. Sangat mungkin perencanaan karir seseorang melampaui pengembangan karir yang mampu dilakukan oleh organisasi. Idealnya perencanaan karir sejalan dengan pengembangan karir. Namun, tidak dapat dipungkiri kadang kala kedua hal tersebut saling bertolak belakang. Dalam kondisi ini manakala pengembangan karir tidak sejalan dengan perencanaan karir, individu berhak mengambil keputusan apakah tetap “stay” dalam organisasi atau “exit.”
Ketidakselarasan pengembangan karir dan perencanaan karir dapat bersumber dari perspektif organisasi yang lebih melihat pengembangan karir dari segi tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi, yaitu :
1. Untuk memenuhi kebutuhan SDM, organisasi menentukan persyaratan dengan kualifikasi tertentu dan pada waktu tertentu yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh individu.
2. Adanya jalur karir yang ditetapkan organisasi berdasarkan kepentingan bisnis maupun organisasi itu sendiri yang mungkin tidak sejalan dengan perencanaan karir individu.
3. Kepentingan organisasi yang sangat bervariasi pada saat melaksanakan seleksi, penugasan, pengembangan yang tidak selaras dengan apa yang direncanakan oleh individu.
Jika situasi tersebut diatas terjadi, dimana pengembangan karir yang disediakan oleh organisasi atau perusahaan tidak selaras, individu dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya, tetap tinggal dalam organisasi dengan menyesuaikan perencanaan karirnya dengan kebijakan pengembangan karir yang berlaku dalam organisasi atau memilih keluar untuk memenuhi tujuan karir ideal yang telah direncanakan sebelumnya.Meskipun perencanaan karir merupakan area kepentingan individu dan tanggung jawab utamanya ada pada diri individu tersebut, menurut George T. Milkovich dan John W. Boudreau peran atasan dan organisasi tetap diperlukan agar karyawan dapat merencanakan karirnya secara lebih realistis. George T. Milkovich dan John W. Boudreau menegaskan tanggung jawab dari masing-masing pihak dalam perencanaan karir, sebagai berikut :
Tanggung Jawab Karyawan :
1. Memahami dan mencari tahu tentang kemampuan dirinya, minat dan nilai karir bagi dirinya.
2. Menganalisa berbagai opsi karir yang ingin dipilih.
3. Mengusulkan pengembangan yang diperlukan.
4. Memetakan kemungkinan pengembangan karir bersama atasan.
5. Menyepakati rencana tindakan yang diperlukan
Tanggung Jawab Atasan :
1. Bertindak sebagai katalis, yaitu mencerna apa yang diinginkan karyawan dan mengkomunikasikan kemungkinan yang ada baik peluang maupun hambatan/keterbatasan yang ada.
2. Secara realistis menyampaikan kemampuan karyawan dan merekomendasikan pengembangan yang diperlukan.
3. Melakukan konseling dan menyusun rencana pengembangan yang disepakati bersama.
Menindaklanjuti dan memperbaharui rencana tindakan yang telah dibuat.
Tanggung Jawab Organisasi :
1. Menyediakan model, informasi, sarana (seperti program assessment dan feedback) untuk perencanaan karir.
2. Menyediakan program pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan karir bagi atasan dan karyawan, dan menyediakan pelatihan konseling karir bagi atasan.
3. Menyediakan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan peluang bagi karyawan untuk pengembangan dirinya.
Dalam penjabaran tersebut diatas terlihat bahwa perencanaan karir sesungguhnya merupakan tanggung jawab utama karyawan, atasan dan organisasi lebih berperan pada memfasilitasi agar karyawan dapat merencanakan karirnya secara lebih baik.
Mengingat peran individu sangat besar dalam merencanakan karir, maka karyawan perlu merancang perencanaan karir secara lebih seksama. Memperhatikan seluruh informasi yang tersedia dan mengoptimalkan proses komunikasi dengan berbagai pihak terutama dengan atasan.
Untuk merencanakan karir secara baik ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Motivasi
2. Kompetensi
3. Jejaring (networking)
4. Peluang
5. Konsistensi dan fleksibilitas
Motivasi sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang realistis namun sekaligus menantang akan menimbulkan motivasi untuk meraihnya. Tujuan yang sangat muluk-muluk tanpa memperhatikan kewajarannya dapat melemahkan motivasi bahkan menimbulkan putus asa mengingat kesulitan untuk mencapainya dan terasa musykil. Jadi untuk membangun motivasi dalam perencanaan karir buatlah tujuan karir yang menantang sekaligus realistis.
Kompetensi meliputi seluruh aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki. Jika ingin meniti karir dalam bidang tertentu, katakanlah dalam bidang pemasaran, anda harus meningkatkan pengetahuan anda tentang pemasaran, meningkatkan keterampilan pemasaran dan bersikap bagaikan seorang marketer.
Keberhasilan pencapaian perencanaan karir ditentukan pula oleh jejaring yang kita miliki. Sejauh mana orang lain mengenal diri kita, sejauh mana orang lain mengenal kemampuan kita. Jejaring juga akan membuka akses, memberikan peluang bagi kita untuk lebih meningkatkan pencapaian karir. Tentu hal ini tetap harus berlandaskan motivasi dan kompetensi.
Peluang adalah faktor yang relatif ”uncontrollabel,” diluar kendali kita. Namun, kita dituntut jeli melihatnya, sering disebut peluang jarang berulang dua kali, begitu diperoleh kita harus jeli melihatnya dan segera menangkap apabila hal tersebut selaras dengan perencanaan karir yang telah dibuat.
Berikutnya adalah konsistensi dan feksibilitas. Sengaja kedua hal ini penulis satukan, mengingat disatu sisi hal ini sesungguhnya tidak saling terpisahkan namun disisi lain kita pun harus jeli kapan harus tetap konsisten dan kapan bisa fleksibel. Menurut penulis kita harus tetap konsisten jika menyangkut nilai dasar kita dalam merencanakan karir, nilai adalah prinsip dan harus ditegakkan secara konsisten. Selain itu untuk tujuan yang bersifat jangka panjang kita pun harus konsisten. Namun, kita bisa fleksibel apabila hal itu lebih bersifat teknis, operasional dan bersifat ”temporary” atau berjangka pendek. Jika menyangkut kompetensi anda harus konsisten dengan ”core competency” yang dimiliki, namun dapat lebih fleksibel untuk ”functional competency” atau ”specific competency.”
Catatan terakhir untuk perencanaan karir adalah, karir bukan segala-galanya, namun hidup kita akan lebih berarti dengan pencapaian karir yang sesuai harapan dan yang dapat memuaskan diri kita. Sangat tidak mungkin untuk mencapai segala-galanya, namun sangat mungkin bagi kita untuk mensyukuri segala hal yang sudah kita miliki.
Sebuah pendapat bijak mengatakan bahwa arah hidup kita sangat ditentukan oleh tiga keputusan penting yang pernah kita buat. Pertama keputusan untuk memiliki bidang pendidikan yang akan kita tempuh. Kedua keputusan untuk memilih pasangan hidup kita dan ketiga keputusan untuk memilih karir (dalam arti sempit sering diartikan memilih bidang pekerjaan).
Ketiga hal tersebut sebelum diputuskan perlu direncaanakan sebelumnya untuk memilih apa yang terbaik dan apa yang harus dilakukan. Khususnya dalam pembahasan ini akan diulas masalah Perencanaan Karir. Merencanakan karir secara baik akan menentukan kita dalam meraih tujuan karir yang sesuai dengan harapan dan memberikan kontribusi dalam kesuksesan hidup.
Karir sesungguhnya bukan sesuatu yang kita dapatkan, namun karir adalah sesuatu yang harus diciptakan dan sebelumnya harus dirancang. Dalam pengertian ini karir itu sangat perlu dirancang, dengan perkataan lain sangat perlu direncanakan.
Sarah Berry seorang konsultan karir mengatakan bahwa merencanakan karir itu bagaikan kita melihat melalui telescope, melihat sesuatu yang jauh kemudian berusaha meneropongnya dan mengendalikannya untuk terlihat lebih dekat. Jadi perencanaan karir dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan untuk melihat masa depan, memvisualisasikannya sedemikian rupa untuk menetapkan apa yang kita inginkan dan ingin kita capai dimasa depan.
Jadi karir lebih dari sekedar rangkaian suatu pekerjaan atau jabatan. Karir sesuatu yang menyangkut masa depan dalam perspektif jangka panjang yang harus direncanakan sejak jauh-jauh hari, merencanakan kemana kita ingin melangkah dan apa yang ingin kita capai. Lloyd L. Byars dan Leslie W. Rue menyebutkan bahwa perencanaan karir adalah “process by which an individual formulates career goals and develops a plan for reaching those goals.” Mereka membedakannya dengan apa yang disebut pengembangan karir yaitu “an ongoing, formalized effort by an organization that focuses on developing and enriching the organization’s human resources in light of both the employees’ and the organization’s need.”
Hal penting yang perlu kita kutip dari pemahaman diatas adalah perencanaan karir merupakan otoritas individu sedangkan pengembangan karir merupakan otoritas organisasi dengan mempertimbangkan secara bersama-sama kebutuhan karyawan dan kebutuhan organisasi.
Jadi sesungguhnya perencanaan karir berdimensi lebih luas dibandingkan dengan pengembangan karir. Perencanaan karir sangat berkaitan dengan perencanaan jangka panjang karyawan itu sendiri yang tidak dibatasi dalam suatu organisasi tertentu. Pengembangan karir dibatasi oleh kebutuhan dan kepentingan organisasi. Sangat mungkin perencanaan karir seseorang melampaui pengembangan karir yang mampu dilakukan oleh organisasi. Idealnya perencanaan karir sejalan dengan pengembangan karir. Namun, tidak dapat dipungkiri kadang kala kedua hal tersebut saling bertolak belakang. Dalam kondisi ini manakala pengembangan karir tidak sejalan dengan perencanaan karir, individu berhak mengambil keputusan apakah tetap “stay” dalam organisasi atau “exit.”
Ketidakselarasan pengembangan karir dan perencanaan karir dapat bersumber dari perspektif organisasi yang lebih melihat pengembangan karir dari segi tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi, yaitu :
1. Untuk memenuhi kebutuhan SDM, organisasi menentukan persyaratan dengan kualifikasi tertentu dan pada waktu tertentu yang mungkin tidak dapat dipenuhi oleh individu.
2. Adanya jalur karir yang ditetapkan organisasi berdasarkan kepentingan bisnis maupun organisasi itu sendiri yang mungkin tidak sejalan dengan perencanaan karir individu.
3. Kepentingan organisasi yang sangat bervariasi pada saat melaksanakan seleksi, penugasan, pengembangan yang tidak selaras dengan apa yang direncanakan oleh individu.
Jika situasi tersebut diatas terjadi, dimana pengembangan karir yang disediakan oleh organisasi atau perusahaan tidak selaras, individu dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya, tetap tinggal dalam organisasi dengan menyesuaikan perencanaan karirnya dengan kebijakan pengembangan karir yang berlaku dalam organisasi atau memilih keluar untuk memenuhi tujuan karir ideal yang telah direncanakan sebelumnya.Meskipun perencanaan karir merupakan area kepentingan individu dan tanggung jawab utamanya ada pada diri individu tersebut, menurut George T. Milkovich dan John W. Boudreau peran atasan dan organisasi tetap diperlukan agar karyawan dapat merencanakan karirnya secara lebih realistis. George T. Milkovich dan John W. Boudreau menegaskan tanggung jawab dari masing-masing pihak dalam perencanaan karir, sebagai berikut :
Tanggung Jawab Karyawan :
1. Memahami dan mencari tahu tentang kemampuan dirinya, minat dan nilai karir bagi dirinya.
2. Menganalisa berbagai opsi karir yang ingin dipilih.
3. Mengusulkan pengembangan yang diperlukan.
4. Memetakan kemungkinan pengembangan karir bersama atasan.
5. Menyepakati rencana tindakan yang diperlukan
Tanggung Jawab Atasan :
1. Bertindak sebagai katalis, yaitu mencerna apa yang diinginkan karyawan dan mengkomunikasikan kemungkinan yang ada baik peluang maupun hambatan/keterbatasan yang ada.
2. Secara realistis menyampaikan kemampuan karyawan dan merekomendasikan pengembangan yang diperlukan.
3. Melakukan konseling dan menyusun rencana pengembangan yang disepakati bersama.
Menindaklanjuti dan memperbaharui rencana tindakan yang telah dibuat.
Tanggung Jawab Organisasi :
1. Menyediakan model, informasi, sarana (seperti program assessment dan feedback) untuk perencanaan karir.
2. Menyediakan program pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan karir bagi atasan dan karyawan, dan menyediakan pelatihan konseling karir bagi atasan.
3. Menyediakan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan peluang bagi karyawan untuk pengembangan dirinya.
Dalam penjabaran tersebut diatas terlihat bahwa perencanaan karir sesungguhnya merupakan tanggung jawab utama karyawan, atasan dan organisasi lebih berperan pada memfasilitasi agar karyawan dapat merencanakan karirnya secara lebih baik.
Mengingat peran individu sangat besar dalam merencanakan karir, maka karyawan perlu merancang perencanaan karir secara lebih seksama. Memperhatikan seluruh informasi yang tersedia dan mengoptimalkan proses komunikasi dengan berbagai pihak terutama dengan atasan.
Untuk merencanakan karir secara baik ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Motivasi
2. Kompetensi
3. Jejaring (networking)
4. Peluang
5. Konsistensi dan fleksibilitas
Motivasi sangat terkait dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang realistis namun sekaligus menantang akan menimbulkan motivasi untuk meraihnya. Tujuan yang sangat muluk-muluk tanpa memperhatikan kewajarannya dapat melemahkan motivasi bahkan menimbulkan putus asa mengingat kesulitan untuk mencapainya dan terasa musykil. Jadi untuk membangun motivasi dalam perencanaan karir buatlah tujuan karir yang menantang sekaligus realistis.
Kompetensi meliputi seluruh aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki. Jika ingin meniti karir dalam bidang tertentu, katakanlah dalam bidang pemasaran, anda harus meningkatkan pengetahuan anda tentang pemasaran, meningkatkan keterampilan pemasaran dan bersikap bagaikan seorang marketer.
Keberhasilan pencapaian perencanaan karir ditentukan pula oleh jejaring yang kita miliki. Sejauh mana orang lain mengenal diri kita, sejauh mana orang lain mengenal kemampuan kita. Jejaring juga akan membuka akses, memberikan peluang bagi kita untuk lebih meningkatkan pencapaian karir. Tentu hal ini tetap harus berlandaskan motivasi dan kompetensi.
Peluang adalah faktor yang relatif ”uncontrollabel,” diluar kendali kita. Namun, kita dituntut jeli melihatnya, sering disebut peluang jarang berulang dua kali, begitu diperoleh kita harus jeli melihatnya dan segera menangkap apabila hal tersebut selaras dengan perencanaan karir yang telah dibuat.
Berikutnya adalah konsistensi dan feksibilitas. Sengaja kedua hal ini penulis satukan, mengingat disatu sisi hal ini sesungguhnya tidak saling terpisahkan namun disisi lain kita pun harus jeli kapan harus tetap konsisten dan kapan bisa fleksibel. Menurut penulis kita harus tetap konsisten jika menyangkut nilai dasar kita dalam merencanakan karir, nilai adalah prinsip dan harus ditegakkan secara konsisten. Selain itu untuk tujuan yang bersifat jangka panjang kita pun harus konsisten. Namun, kita bisa fleksibel apabila hal itu lebih bersifat teknis, operasional dan bersifat ”temporary” atau berjangka pendek. Jika menyangkut kompetensi anda harus konsisten dengan ”core competency” yang dimiliki, namun dapat lebih fleksibel untuk ”functional competency” atau ”specific competency.”
Catatan terakhir untuk perencanaan karir adalah, karir bukan segala-galanya, namun hidup kita akan lebih berarti dengan pencapaian karir yang sesuai harapan dan yang dapat memuaskan diri kita. Sangat tidak mungkin untuk mencapai segala-galanya, namun sangat mungkin bagi kita untuk mensyukuri segala hal yang sudah kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar