Kamis, 06 Agustus 2009

KREATIVITAS

Kreativitas adalah suatu perilaku yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan. Berbagai permasalahan yang kita hadapi dewasa ini tidak bisa diselesaikan dengan sekedar hanya mengandalkan cara-cara konvensional. Diperlukan cara-cara baru, beragam alternatif bahkan cara-cara yang bersifat teroboson.

Namun, apa itu sesungguhnya yang dimaksud dengan kreatif sebagai kata dasar kreativitas? Banyak definisi yang membahas apa itu kreatif. Diantaranya James Drever menyebutkan bahwa kreatif adalah suatu usaha untuk membuat sesuatu yang baru, konstruktif dan imajinatif. Adanya suatu kombinasi yang baru dari ide-ide atau gambaran yang dibuat atas inisiatif diri sendiri.

Stephen P. Robbins menyebut kreatif sebagai “the ability to combine ideas in a unique way or to make unusual associations between ideas.”

Menurut penulis, kreatif adalah suatu tindakan baru yang berbeda dari umum yang dilakukan orang lain dan mampu menyelesaikan suatu permasalahan atau memberikan manfaat lebih dari biasanya. Kreatif memerlukan kemauan, kejelian dan keberanian.

Menurut suatu penelitian yang pernah disampaikan oleh seorang Profesor bidang Psikologi Pendidikan untuk kreatif tidak diperlukan suatu kejeniusan. Namun, setidaknya kreativitas memerlukan kecerdasan setidak-tidaknya rata-rata. Artinya dengan kecerdasan rata-rata saja seseorang dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat kreatif dan menurut penulis hal tersebut memerlukan kemauan, kejelian dan keberanian.

Contoh-contoh sikap kreatif adalah seperti ide untuk menempatkan cermin di lift agar orang tidak bosan untuk berada di lift. Ide ini berasal dari pemikiran bahwa orang senang mengamati dirinya sendiri dengan melihat cermin sehingga waktu dilift tidak membuat dirinya bosan.

Atau sebuah ide untuk menemukan alat tulis yang bisa digunakan diruang angkasa yang nota bene tanpa gravitasi. Tanpa harus memerlukan penelitian yang rumit atau pemikiran yang jenius, seseorang mengusulkan untuk menggunakan pinsil saja dan pinsil memang dapat digunakan untuk menulis dalam ruang tanpa gravitasi, sedangkan alat tulis lain seperti pulpen, spidol tidak bisa digunakan untuk menulis diruang tanpa gravitasi

Contoh lain adalah seorang pimpinan pabrik mengamati banyaknya bungkusan yang kosong tanpa isi yang terlewat sampai dengan akhir tanpa dapat dideteksi oleh peralatan pabrik yang ada. Pimpinan pabrik bingung bagaimana untuk mengatasi hal tersebut, apakah diperlukan investasi untuk membeli peralatan baru yang mahal? Ternyata solusinya tidak mahal. Seorang karyawan cleaning service dengan pendidikan rendah (dan ia juga bukan orang yang jenius) menemukan gagasan untuk menempatkan kipas angin diujung peralatan sortir. Dengan hembusan kipas angin bungkusan yang kosong akan tertiup dan jatuh sedangkan bungkusan berisi dapat terus berjalan melewati peralatan sortir. Cara ini cukup sederhana untuk mencegah lolosnya bungkusan yang kosong. Murah dan efektif. Inilah esensi lain dari kreativitas.

Kreativitas ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain kemauan, kejelian dan keberanian, kreativitas juga memerlukan dukungan lingkungan. Iklim yang kondusif, keterbukaan dan kerjasama mempermudah munculnya gagasan yang kreatif. Sikap untuk menghargai semua gagasan dan pemikiran serta memberikan kesempatan orang untuk mengemukakan sesuatu diperlukan untuk munculnya sebuah kreativitas.

Contoh berikutnya adalah saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Pemimpin Besar dari Asia-Afrika muncul seperti Nehru, Nkrumah, Gamal Abdul Nasser, Unu dan sebagainya, tentu saja tidak ketinggalan Bung Karno sebagai tuan rumah. Pidato-pidato berlangsung panas tidak jarang diantaranya saling serang antar pemimpin tersebut atau terjadinya perbedaan pendapat diantara pemimpin dalam menyikapi kolonialisme dan dominasi Barat saat itu. Bung Karno berpikir keras bagaimana nantinya agar pidato yang ia sampaikan dapat diterima oleh semua Pemimpin Besar Asia Afrika yang hadir dikonferensi tersebut. Bung Karno kemudian menemukan cara kreatif. Beberapa saat sebelum memulai pidato Bung Karno berkeliling menemui para pemimpin besar yang hadir dan membisiki sesuatu. Setiap pemimpin besar yang didatangi dan dibisiki sesuatu oleh Bung Karno selalu mengangguk-angguk dan para pemimpin serta peserta konferensi lainnya mengamati dan melihat bagaimana para pemimpin itu mengangguk-angguk yang mengindikasikan adanya persetujuan terhadap Bung Karno. Kemudian setelah itu tibalah giliran Bung Karno berpidato, semua pemimpin dan peserta yang hadir memberikan dukungan yang luar biasa (mendukung diantaranya karena melihat sebelumnya para pemimpin yang didatangi dan dibisiki Bung Karno tampak manggut-manggut sehinggat diasumsikan semua mereka mendukung Bung Karno). Pertanyaannya apakah yang dibisiki Bung Karno? Ternyata Bung Karno mengundang para pemimpin besar tersebut untuk menghadiri undangan makan malam sambil menyaksikan pertunjukan kesenian dan budaya Indonesia, tentu saja para pemimpin tersebut menyetujui tawaran yang menarik itu. Bukankah ini cara yang kreatif untuk memperoleh dukungan orang lain? Dan Bung Karno sukses melakukannya. Kebetulan Bung Karno selain kreatif dikenal cerdas pula.

Sebuah penelitian sederhana dapat dilakukan dengan membandingkan antara dua kelompok, kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan batas waktu tertentu. Hal yang membedakan adalah Kelompok A diberikan instruksi agar semua anggota menyampaikan pendapat dan tidak ada yang saling mengkritik, semua peserta harus saling melengkapi dan memperkaya ide yang ada. Kelompok B dinstruksikan agar setiap orang harus kritis terhadap anggota kelompok lainnya, setiap orang diinstruksikan untuk mendebat pendapat lainnya. Ternyata hasilnya Kelompok A lebih banyak menghasilkan ide-ide kreatif dibandingkan dengan kelompok B. Anda bisa mencoba hal ini secara sederhana dalam lingkungan anda sehari-hari. Okay selamat mencoba dan semoga kreatif.

Tidak ada komentar: