Rabu, 26 Agustus 2009

SPRITUALITAS DALAM PENGEMBANGAN KARIR

Pengembangan karir seseorang umum diketahui dipengaruhi oleh kompetensi, pengalaman, kapasitas, produktivitas dan prestasi seseorang. Termasuk disini dipengaruhi sisi eksternal seperti peluang, kesempatan dan iklim lingkungan yang memungkinkan seseorang untuk berkembang. Pengembangan karir sering juga dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam membina relasi maupun membangun jejaring (networking). Jika ditinjau dari sisi personal dikaitkan dengan kemampuan intelektual, emosional maupun sosial. Namun, tampaknya agak jarang disentuh bagaimana aspek spritualitas mempengaruhi perkembangan karir seseorang.

Mempercayai spiritual atau spiritualism menurut James Drever adalah suatu doktrin filosofis bahwa realitas pokok dari dunia ini menyangkut hal-hal yang immaterial seperti sifat jiwa atau roh. Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas disini dipandang sebagai peningkatan kualitas kehidupan di dunia alih-alih sebagai penititik-beratan ala kaum agamawan pada nilai-nilai akhirati (Danah Zohar & Ian Marshall).

Dimensi spiritualitas biasanya menyangkut hal-hal yang tidak dapat diobservasi secara kasat mata, namun dampaknya dapat terlihat pada perilaku. Kulit luar dari spiritualitas muncul dalam bentuk keyakinan, nilai-nilai dan orientasi luhur yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana hal ini terkait dengan perkembangan karir?

Ini tentunya suatu pertanyaan menarik untuk menghubungkan spiritualitas dengan perkembangan karir. Karir secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian penugasan atau pekerjaan yang dilalui seseorang dalam kurun hidupnya. Perkembangan karir mengartikannya adanya peningkatan seseorang baik dari segi tingkatan, status, prestise, otoritas dan kesejahteraan yang diakibatkan oleh keberhasillannya dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan.

Jika aspek spiritualitas berperan dalam perkembangan karir, dalam sisi apakah hal itu dapat terjadi? Konsep spiritualitas memandang kerja sebagai bagian dari ibadah, sebagai bagian berbuat baik untuk kepentingan orang banyak. Artinya unsur spitualitas disini dapat dimaknai sebagai sikap ikhlas, syukur, sabar, teguh, bersungguh-sungguh merupakan bagian penting yang mampu mempengaruhi pengembangan karir seseorang.

Selain itu, kesadaran diri akan kemampuan dan tanggung jawab menjadi faktor penting pula sebagai bagian dari spiritualitas untuk menerima suatu tugas atau karir tertentu. Mereka yang memiliki tingkatan spiritualitas yang baik akan memandang promosi suatu jabatan sebagai suatu amanah yang harus diemban dengan penuh kehati-kehatian. Tidak sedikit mereka menganggap sebagai musibah mengingat besarnya tanggung jawab yang akan dipikulnya, namun karena amanah mereka harus menerimanya dengan sikap istiqamah.

Kesadaran diri ini menjadi unsur penting yang menentukan bagaimana seseorang bisa menerima suatu peningkatan atau pengembangan karir. Kesadaran diri diarahkan untuk memahami secara tepat tentang kompetensi dan kapasitas yang ia miliki. Seseorang yang memiliki tingkatan spiritualitas yang baik tentunya akan memandang jabatannya sebagai suatu amanah yang harus ia pertanggung-jawabkan baik didunia maupun diakhirat. Pada saat ia diberi amanah maka ia akan bertakwakal dan bersyukur terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepada dirinya. Namun, pada saat ia tidak dipercayai untuk mengemban suatu amanah tertentu maka ia pun akan ikhlas dan sabar menerimanya serta dengan sungguh-sungguh akan mengevaluasi kemampuan dirinya dan bertekad untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.

Seseorang yang memiliki spiritualitas yang baik senantiasa bersikap rendah hati dan selalu memiliki dorongan untuk belajar terus-menerus diiringi dengan sikap instropektif. Ia memahami penugasan sebagai bagian skenario besar yang harus ia ikuti. Demikian pula perjalanan karirnya dimaknai sebagai skenario hidup yang mesti ia lalui dengan sikap teguh, istiqamah serta takwakal.

Prinsip kerja bagi mereka yang memiliki spiritualitas yang baik melihat kerja sebagai suatu ibadah yang memiliki dimensi horisontal maupun vertikal. Horisontal bermakna bahwa hasil kerjanya dan karirnya harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang lain dan lingkungan. Vertikal bermakna bahwa penugasan dan karirnya adalah merupakan ajang pengabdian kepada Yang Maha Kuasa yang suatu saat akan diminta pertanggung-jawabannya dan akan mendapat imbalan sesuai amal baik dan buruknya dalam menjalankan tugas-tugas sesuai dengan karir yang ia lalui.

Tidak ada komentar: