Dalam membahas tema ini, penulis teringat ucapan dari seorang penyair terkenal bahwa hidup itu sekali dan harus berarti karena setelah itu mati atau ungkapan tentang bahwa hidup itu adalah sebuah perjuangan untuk menunda kekalahan karena suatu saat kita akan kalah dan mati.
Sementara itu dalam berbagai ajaran agama banyak dikumandangkan bahwa hidup itu harus optimis bahkan seandainya besok pun kita ketahui kita akan mati kita tetap harus berjuang, harus tetap produktif, berprestasi, bermanfaat bagi semua orang dan lingkungan. Kenapa penulis tertarik membahas tema diatas? Beberapa alasan sebagai berikut :
1. Saat menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi penulis membuat skripsi tentang depresi. Sewaktu melakukan survey penulis berhadapan dengan sejumlah responden yang menunjukkan keputus-asaan mendalam, berpikir tentang bunuh diri bahkan ada yang pernah melakukan percobaan bunuh diri.
2. Ada beberapa orang yang penulis kenal berpikir untuk bunuh diri bahkan ada yang ingin mencobanya.
3. Beberapa klien yang pernah berkonsultasi menunjukkan tingkat keputus-asaan yang tinggi karena berbagai persoalan kehidupan dan berpikir untuk bunuh diri.
4. Dalam berbagai lingkungan pergaulan penulis mengamati adanya individu-individu yang telah menunjukkan keputus-asaan yang mendalam.
5. Meningkatnya kasus bunuh diri.
Apa yang terlintas dalam pikiran kita tentang hidup? Tepatnya tentang makna hidup? Penulis teringat dulu memiliki seorang Dosen Psikologi berkebangsaan asing. Ia seorang ahli psikologi dan filsafat, termasuk eksistensialisme. Saat berada di Indonesia kepakarannya diakui kemudian memperoleh peran yang cukup signifikan dalam lingkungannya. Namun, saat pensiun ia harus kembali ke negara asalnya. Menurut informasi yang penulis dapat, beliau mengalami depresi dan keputus-asaan dimasa tuanya karena pengakuan lingkungan dinegara asalnya berbeda dengan saat di Indonesia, ia merasa terasing, kesepian dan tidak bermakna.
Artinya kondisi keputus-asaan bisa menimpa siapun dan dapat menjebak individu kearah depresivitas yang ujung-ujung berpikir tentang ketidakberartian hidup. Materi, status dan kecerdasan intelektual tidak menjamin seseorang lepas dari jerat keputus-asaan.
Dari pengalaman penulis baik dengan mengamati maupun memberikan konsultasi psikologi secara langsung, mereka yang memiliki daya tahan mental yang tinggi dan tidak terjebak pada keputus-asaan maupun depresi umumnya adalah orang-orang yang memiliki ciri sebagai berikut :
1. Memiliki kualitas kehidupan spritual yang baik dengan adanya keyakinan terhadap Sang Maha Pencipta.
2. Memiliki kualitas kehidupan sosial yang baik.
3. Memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi persoalannya.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
5. Dapat menerima keterbatasan diri.
Orang-orang yang memiliki ciri diatas juga dapat terjebak pada persoalan psikologis termasuk depresi, namun penanganannya lebih mudah dan pemulihannya lebih cepat.
Hidup memang selalu dihadapkan pada permasalahan. Selama kita hidup permasalahan selalu muncul. Kegagalan dalam menyelesaikan persoalan dapat membuat seorang putus asa, namun agar kita tetap eksis kita harus melawan keputus-asaan tersebut dan bertekad untuk tidak putus asa. Jadi hidup karena selalu dihadapkan pada persoalan dan permasalahan maka hidup juga sesungguhnya adalah proses untuk melawan keputus-asaan.
Beberapa kiat yang bisa penulis sampaikan untuk melawan keputus-asaan adalah sebagai berikut :
1. Deskripsikan persoalan anda secara jelas, bisa dengan menuliskannya atau menceritakannya kepada orang yang anda percaya (bisa ahli psikologi, tokoh agama, atau orang terdekat anda yang dapat dipercaya).
2. Strukturkan atau skema permasalahan tersebut secara jelas (bisa dengan memanfaatkan umpan balik yang disampaikan orang lain). Bentuknya bisa dalam bentuk masalah utama yang dipecahkan kedalam masalah yang kecil. Urutkan permasalahannya berdasarkan bobot kompleksitasnya.
3. Susun permasalahan tersebut mana dengan memperhatikan tingkat kepentingan dan kesegeraaan penyelesaiannya (inportant dan urgent). Akan terlihat ada permasalahan yang memerlukan penyelesaian segera, ada yang dapat ditunda bahkan ada yang dapat diabaikan.
4. Buat rekomendasi penyelesaiannya, termasuk dengan memanfaatkan saran orang lain.
5. Mulailah dengan melakukan tindakan-tindakan yang lebih mudah dan secara bertahap menyelesaikan masalah secara lebih kompleks.
Seiring dengan hal diatas, lakukanlah untuk meyakinkan diri anda, sebagai berikut :
1. Bahwa semua orang dibekali oleh Yang Maha Kuasa kemampuan untuk mengatasi masalahnya, yakinlah bahwa anda-pun memiliki potensi tersebut.
2. Bahwa semua orang diberi sejumlah permasalahan, tidak ada orang yang bebas dari permasalahan, barangkali hanya bentuk permasalahannya saja yang berbeda.
3. Anda bertahan sampai dengan kondisi saat ini adalah sebuah kesuksesan dan itu adalah modal anda untuk terus bertahan dan berupaya untuk meraih kesuksesam berikutnya.
4. Perjalanan waktu kadang-kadang akan membuat kita semakin tegar dan terbiasa dan dengan sendirinya permasalahan menjadi sesuatu yang tidak mengkuatirkan dan kita semakin percaya diri untuk menyelesaikannya.
5. Berdoa dan berpikir optimis selalu akan membuat diri kita bisa merasa lebih baik.
Sementara itu dalam berbagai ajaran agama banyak dikumandangkan bahwa hidup itu harus optimis bahkan seandainya besok pun kita ketahui kita akan mati kita tetap harus berjuang, harus tetap produktif, berprestasi, bermanfaat bagi semua orang dan lingkungan. Kenapa penulis tertarik membahas tema diatas? Beberapa alasan sebagai berikut :
1. Saat menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi penulis membuat skripsi tentang depresi. Sewaktu melakukan survey penulis berhadapan dengan sejumlah responden yang menunjukkan keputus-asaan mendalam, berpikir tentang bunuh diri bahkan ada yang pernah melakukan percobaan bunuh diri.
2. Ada beberapa orang yang penulis kenal berpikir untuk bunuh diri bahkan ada yang ingin mencobanya.
3. Beberapa klien yang pernah berkonsultasi menunjukkan tingkat keputus-asaan yang tinggi karena berbagai persoalan kehidupan dan berpikir untuk bunuh diri.
4. Dalam berbagai lingkungan pergaulan penulis mengamati adanya individu-individu yang telah menunjukkan keputus-asaan yang mendalam.
5. Meningkatnya kasus bunuh diri.
Apa yang terlintas dalam pikiran kita tentang hidup? Tepatnya tentang makna hidup? Penulis teringat dulu memiliki seorang Dosen Psikologi berkebangsaan asing. Ia seorang ahli psikologi dan filsafat, termasuk eksistensialisme. Saat berada di Indonesia kepakarannya diakui kemudian memperoleh peran yang cukup signifikan dalam lingkungannya. Namun, saat pensiun ia harus kembali ke negara asalnya. Menurut informasi yang penulis dapat, beliau mengalami depresi dan keputus-asaan dimasa tuanya karena pengakuan lingkungan dinegara asalnya berbeda dengan saat di Indonesia, ia merasa terasing, kesepian dan tidak bermakna.
Artinya kondisi keputus-asaan bisa menimpa siapun dan dapat menjebak individu kearah depresivitas yang ujung-ujung berpikir tentang ketidakberartian hidup. Materi, status dan kecerdasan intelektual tidak menjamin seseorang lepas dari jerat keputus-asaan.
Dari pengalaman penulis baik dengan mengamati maupun memberikan konsultasi psikologi secara langsung, mereka yang memiliki daya tahan mental yang tinggi dan tidak terjebak pada keputus-asaan maupun depresi umumnya adalah orang-orang yang memiliki ciri sebagai berikut :
1. Memiliki kualitas kehidupan spritual yang baik dengan adanya keyakinan terhadap Sang Maha Pencipta.
2. Memiliki kualitas kehidupan sosial yang baik.
3. Memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi persoalannya.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
5. Dapat menerima keterbatasan diri.
Orang-orang yang memiliki ciri diatas juga dapat terjebak pada persoalan psikologis termasuk depresi, namun penanganannya lebih mudah dan pemulihannya lebih cepat.
Hidup memang selalu dihadapkan pada permasalahan. Selama kita hidup permasalahan selalu muncul. Kegagalan dalam menyelesaikan persoalan dapat membuat seorang putus asa, namun agar kita tetap eksis kita harus melawan keputus-asaan tersebut dan bertekad untuk tidak putus asa. Jadi hidup karena selalu dihadapkan pada persoalan dan permasalahan maka hidup juga sesungguhnya adalah proses untuk melawan keputus-asaan.
Beberapa kiat yang bisa penulis sampaikan untuk melawan keputus-asaan adalah sebagai berikut :
1. Deskripsikan persoalan anda secara jelas, bisa dengan menuliskannya atau menceritakannya kepada orang yang anda percaya (bisa ahli psikologi, tokoh agama, atau orang terdekat anda yang dapat dipercaya).
2. Strukturkan atau skema permasalahan tersebut secara jelas (bisa dengan memanfaatkan umpan balik yang disampaikan orang lain). Bentuknya bisa dalam bentuk masalah utama yang dipecahkan kedalam masalah yang kecil. Urutkan permasalahannya berdasarkan bobot kompleksitasnya.
3. Susun permasalahan tersebut mana dengan memperhatikan tingkat kepentingan dan kesegeraaan penyelesaiannya (inportant dan urgent). Akan terlihat ada permasalahan yang memerlukan penyelesaian segera, ada yang dapat ditunda bahkan ada yang dapat diabaikan.
4. Buat rekomendasi penyelesaiannya, termasuk dengan memanfaatkan saran orang lain.
5. Mulailah dengan melakukan tindakan-tindakan yang lebih mudah dan secara bertahap menyelesaikan masalah secara lebih kompleks.
Seiring dengan hal diatas, lakukanlah untuk meyakinkan diri anda, sebagai berikut :
1. Bahwa semua orang dibekali oleh Yang Maha Kuasa kemampuan untuk mengatasi masalahnya, yakinlah bahwa anda-pun memiliki potensi tersebut.
2. Bahwa semua orang diberi sejumlah permasalahan, tidak ada orang yang bebas dari permasalahan, barangkali hanya bentuk permasalahannya saja yang berbeda.
3. Anda bertahan sampai dengan kondisi saat ini adalah sebuah kesuksesan dan itu adalah modal anda untuk terus bertahan dan berupaya untuk meraih kesuksesam berikutnya.
4. Perjalanan waktu kadang-kadang akan membuat kita semakin tegar dan terbiasa dan dengan sendirinya permasalahan menjadi sesuatu yang tidak mengkuatirkan dan kita semakin percaya diri untuk menyelesaikannya.
5. Berdoa dan berpikir optimis selalu akan membuat diri kita bisa merasa lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar