Sabtu, 23 Mei 2009

BERMIMPI JADI PRESIDEN

Hari ini aku letih banget. Seharian mengerjakan beberapa tugas dan menyelesaikan berbagai kewajibanku, cukup menyita enerji fisik dan mental. Sebagai seorang aktivis diorganisasi kemasyarakatan memang beban kerjaku cukup berat. Sepulang kantor aku tidak langsung kerumah tetapi menyempatkan diri bertemu dengan beberapa teman. Setelah itu baru pulang kerumah.

Sesampainya dirumah aku sempat melirik jam dinding menujukkan angka 11 lebih 40 menit malam hari. Aku segera berseka di kamar mandi dan sebelum tidur didahului oleh ritual membaca. Aku coba mengacak beberapa koran, berita politik, ekonomi dan kecelakaan mewarnai pemberitaan hari ini. Tentang Wikileaks, status keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, konflik Korea, berita bencana, banjir, masalah TKW dan sebagainya dan sebagainya.

Mataku mulai mengantuk namun aku terus membaca sambil memeriksa beberapa sms yang masuk ke hp-ku sepanjang hari ini. Ditengah rasa kantuk-ku aku terkaget karena ada ketukan pelan dipintu kamar. Aku segera bergegas membukakan pintu. Aku terkaget seorang berbadan tegap dengan sikap siap segera menghormat kepada diriku "lapor Bapak Presiden pejabat protokol kepresidenan ingin menghadap." Aku tidak sempat berpikir panjang hanya menjawab ya ya ya .......

Segera aku bergegas berganti baju dan menemui protokol kepresidenan yang sudah menunggu. Aku segera menghampirinya, ia melaporkan berbagai hal, menunjukkan beberapa jadwal yang harus aku ikuti disertai penegasan bahwa tiga hari lagi aku akan dilantik menjadi Presiden di depan Majelis Pemusyawaratan Rakyat. Aku mengangguk-angguk. Ia juga memberikan setumpuk berkas, map dan berbagai dokumen yang sebagian besar besar berisi usulan Menteri yang akan mengisi kabinet dari berbagai pihak.

Aku mulai memeriksa beberapa berkas, dalam berkas usulan untuk menjadi Menteri aku menemukan beberapa lembaran riwayat hidup. Ada beberapa profesor doktor, ada yang berpengalaman mengetuai berbagai organisasi, ada dari organisasi wanita yang menuntut 30% jatah menteri harus diisi oleh wanita, usulan dari berbagai kelompok etnis dan keagamaan.

Disela-sela memeriksa berkas, aku mendengar teriakan istriku "Pak .... Pak kok hp ku hang sih?" Seorang ajudan segera mendekat dan mematikan hp istri kemudian menghidupkan kembali ternyata ratusan sms masuk ke hp istri dan hampir semua berisi usulan untuk menjadi Menteri. Ada sms yang masuk dari teman arisan istri mengusulkan suaminya jadi Menteri, ada dari guru senam istri yang mengusulkan pamannya bisa jadi menteri, ada dari guru ngaji istri yang mengusulkan suaminya dapat jadi Menteri Agama. Ada sms dari tukang pijat yang mengusulkan agar kakaknya dapat dijadikan Lurah,. sms dari saudara, sms dari tukang sayur, sms dari tukang yang pernah memperbaiki rumah, sms dari berbagai teman sampai sms dari tukang kredit yang merasa pernah memberikan kredit. "Bu, masih kenal saya nggak? Ibu khan dulu pernah saya kasih kredit, nah sekarang khan Bapak udah jadi Presiden, tolongin dong bantuin saya cairin kredit dari Bank, nanti ibu saya kasih persenan dech, pasti bisa ya bu."

Ditengah-tengah membaca sms di hp istriku aku pun teringat hp ku, segera aku periksa, luar biasa banyak sekali sms tak terhitung jumlahnya. Aku mencoba membaca diantaranya, ada dari teman saat SMA, ada dari teman kerja, dari saudara, dari adiknya teman, dari teman adiknya saudara, dari tetangga dan salah satunya dari bekas atasanku. Bekas atasanku tersebut menulis "wah selamat ya Bapak sudah jadi Presiden." Aku kaget sejak kapan mantan atasanku ini memanggilku Bapak, biasanya ia memanggilku dengan seenaknya saja disertai berbagai instruksi dan sikap menyalah-nyalahkan tidak jarang dengan sikap marah-marah dan melecehkan, nah sekarang ia memanggilku Bapak ...................... hhhmmmmmmmm Bapak .... aku melanjutkan membaca sms-nya "Bapak sekarang sudah menjadi Presiden, saya bangga Bapak yang dulu pernah bekerja dengan saya dan berharap kerjasama tersebut bisa dilanjutkan, saya dulu sangat puas bisa kerjasama dengan Bapak, jika memungkinkan Bapak bisa menunjuk saya sebagai Menteri ........ dan saya akan bekerja sebaik mungkin, akan loyal dan siap membela kepentingan Bapak, seingat saya Bapak dulu adalah seorang yang sangat berprestasi dan saya yakin dengan dukungan saya Bapak akan dapat berprestasi sebagai presiden."

Aku tersenyum geli, ia menyebutkan aku berprestasi? Bukankah ia dulu suka melecehkan diriku, ternyata kekuasaan bisa mengubah seseorang. Aku terus memeriksa sejumlah sms. Satu sms dari seorang pejabat yang sangat terkenal. Aku pernah beberapa kali mencoba menghadapnya tetapi sangat sulit padahal aku ingin menyampaikan informasi yang sangat terkait dengan kepentingannya yang tidak mungkin aku titipkan kepada orang lain. Setelah berkali-kali aku mencoba mengajukan permohonan untuk bertemu, aku hanya berhasil bertemu sekretarisnya. Aku mencoba membaca sms-nya "Selamat untuk Bapak telah memperoleh mandat rakyat dan menjadi Presiden melalui pemilihan yang fantastis. Saya teringat pertemuan kita yang luar biasa beberapa waktu yang lalu (kapan ya aku ketemu dia). Saya gembira bertemu Bapak waktu itu. Saya sengaja mengalokasikan waktu khusus untuk Bapak. Bapak adalah prioritas saya, tidak salah dulu saya sudah mengenal Bapak dengan baik, saya teringat pertemuan kita yang sangat mengesankan saat itu (ngibul bener nih orang yaa). Saya ingin mengulang kembali pertemuan tersebut dalam waktu dekat ini, saya siap bertemu kapan pun, jam berapa pun. Kalau Bapak mengijinkan dengan rendah hati saya ingin bertemu Bapak besok. Saya siap Bapak tugaskan dalam bidang apapun di Kabinet yang Bapak bentuk."

Saat aku memeriksa sms, tiba-tiba aku teringat sosok seseorang yang sangat santun, berpendidikan tinggi namun rendah hati. Seorang sederhana namun memiliki pengalaman segudang. Seseorang yang menurutku nir-ambisi, tidak memiliki ambisi apapun. Banyak jabatan yang ia tolak padahal ia memiliki kompetensi yang sangat baik dan memiliki moralitas yang baik pula. Aku terkesima dengan pribadi ini, aku ingin ia masuk dalam kabinet untuk memegang pos kementerian utama. Aku mencoba memencet hp ku, berkali-kali aku pencet tidak ketemu, aku terus memencet ...... tiba-tiba aku mendengar suara teriakan istriku ........... "apa-an sih ini Pak, ngapain sih mencet-mencet jempolku" protes istriku. Aku segera terbangun ......... dan tersadar ...... ohh walah ternyata aku memencet jempol istriku yang tadi kukira hp.

Aku segera terbangun .............. tertawa geli ternyata aku bermimpi jadi presiden.
Hari telah pagi aku segera bergegas untuk mandi dan persiapan menuju kantorku di sebuah organisasi kemasyarakatan. Aku berharap suatu saat pada waktu Pemilihan Presiden dapat berlangsung secara demokratis.

Tidak ada komentar: