Kamis, 31 Desember 2009

RISK

Risk! ...... Risk anything! .....
Care no more for the opinion of others, for those voices.
Do the hardest thing on earth for you.
Act for yourself.
Face the truth.

(Katherine Mansfield, New Zealand-born British author, 1888-1923)

GUS DUR DAN KEMANUSIAAN

Kabar mengejutkan itu muncul dilayar televisi, tanggal 30 Desember 2009 pada pukul 18.45, salah satu putra terbaik dan orang besar Indonesia berpulang ke rahmatullah, Kiyai Haji Abdurachman Wachid atau yang yang lebih dikenal dengan Gus Dur. Terlalu banyak predikat yang disandang oleh insan istimewa ini, Presiden Republik Indonesia ke-4, Mantan Ketua Umum Nadhlatul Ulama, Pendiri PKB, Tokoh Agama, Tokoh, LSM, Tokoh Pendidik, Negarawan, Pemikir dan berbagai sebutan mulia lainnya layak disandangkan kepada beliau.

Ia adalah tokoh pluralisme terkemuka, seorang pejuang kesetaraan, pembela hak-hak minoritas, mungkin dapat pula disebut sebagai tokoh Liberte, Egalirte dan Fraternite- nya Indonesia.

Meskipun demikian ia dikenal sebagai tokoh jenaka yang menyukai humor dan terkadang juga tampil kontroversial. Sikap humor dan kontroversial tersebut tidak sampai mengurangi kemuliaan tokoh yang satu ini.

Dengan segala predikat yang ia miliki, dari gabungan semua sebutan dan penghormatan, maka untuk menyatukannya layaklah ia kita sebut sebagai tokoh kemanusiaan. Kemanusiaan dalam pengertian pembelaannya yang luar biasa terhadap nilai-nilai dan hak-hak dasar kemanusiaan, seperti kesetaraan, toleransi, perlindungan minoritas serta kebebasan berpendapat.

Ia juga seorang yang terdepan didalam melawan kelaziman dan tirani. Saat orang kuat Orde Baru Suharto berada pada puncak kekuasaan, Gus Dur adalah segelintir orang yang mampu bersikap kritis terhadapnya. Ia sangat konsisten dan tegar dalam melawan kesewenang-wenangan kekuasaan.

Ia juga menunjukkan sikap kontroversial dengan kesediaannya menjadi anggota sebuah lembaga di Israel dan melakukan komunikasi dengan Simon Peres. Tetapi, jika ditilik dengan kaca mata yang lebih luas sesungguhnya sikap Gus Dur tersebut lebih didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan berusaha menjalin relasi dengan semua pihak dalam rangka mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. Sejalan dengan hal ini ia pun memiliki hubungan baik dengan berbagai Tokoh Arab. Hal ini terbukti dengan berbagai lobby yang ia lakukan di Timur Tengah memberikan hasil yang positif. Diantaranya adalah pembebasan dua wartawan Metro TV yang disandera di Irak dapat dilakukan berkat campur tangan Gus Dur.

Catatan fenomenal lainnya adalah saat menjabat Presiden RI ke-4 Gus Dur mengijinkan dirayakannya Tahun Baru Imlek dan menetapkan sebagai hari libur nasional. Ia pun menyetujui penggunaan huruf dan bahasa Tionghoa yang sebelumnya tabu untuk digunakan.

Melalui berbagai prestasi yang ia raih yang didukung oleh sikap dan pandangannya tentang kesetaraan manusia dan mempromosikan perdamaian, pantaslah Gus Dur disejajarkan dengan tokoh-tokoh kemanusiaan dunia seperti Mahatma Gandhi, Mandela dan Martin Luther King.

Terlalu banyak prestasi beliau yang tidak mungkin kita sebutkan satu per satu. Kita kehilangan tokoh besar. Selamat Jalan Gus .............. berbaringlah dengan tenang dan bahagia dialam yang lebih damai ................

Rabu, 30 Desember 2009

MENGAPA MEREKA BUNUH DIRI?

Akhir-akhir kita menyaksikan merebaknya berbagai kasus bunuh diri, terutama dengan cara melompat dari gedung-gedung tinggi yang menewaskan mereka. Kesannya ini sebuah sensasi dan ada unsur publisitas. Dilakukan ditempat terbuka sehingga diketahui banyak orang. Namun, tetap hasil akhirnya adalah ironis, mengorbankan sesuatu yang sangat berarti yaitu kehidupan mereka sendiri. Sebagian besar dari mereka berusia muda dan masih pada usia yang cukup produktif.

Dari berbagai pemberitaan diketahui bahwa latar belakang perbuatan nekad mereka banyak terkait dengan masalah ekonomi seperti hutang-piutang, kesulitan pekerjaan, disamping masalah keluarga, kesehatan sampai dengan gangguan kejiwaan.

Kesulitan ekonomi memang sangat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Saat terjadi resesi dunia pada tahun 1930-an pun di Amerika kasus bunuh diri meningkat dengan tajam. Demikian pula pada saat krisis ekonomi tahun 1998, banyak terjadi kasus bunuh diri di Thailand, Korea dan beberapa negara lainnya. Ini membuktikan bahwa persoalan ekonomi memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap kondisi seseorang.

Bunuh diri sering dianggap secara keliru sebagai proses pembebasan diri seseorang dari kesulitan hidup. Bunuh diri dianggap sebagai satu-satunya solusi untuk mengatasi persoalan. Dengan bunuh diri dianggap persoalan selesai. Padahal bunuh diri akan menimbulkan dampak persoalan berikutnya terutama terhadap keluarga atau orang lain yang terkait. Belum lagi dari sisi keyakinan keagamaan bunuh diri memberikan konsekuensi negatif dikemudian hari. Meskipun diketahui pula bahwa ada kasus-kasus bunuh diri yang bermotifkan keyakinan keagamaan.

Masalah perekonomian yang kemudian mempengaruhi kejiwaan dan salah satunya adalah bunuh diri merupakan masalah kompleks yang bersifat multidimensi. Tidak hanya terkait dengan diri individu yang bersangkutan, namun terkait pula dengan keluarga, masyarakat dan pemerintah. Artinya semua pihak memiliki tanggung jawab untuk mencari solusi terhadap kasus-kasus bunuh diri yang merebak saat ini.

Bagaimana dengan kondisi di Indonesia yang sebagian rakyatnya masih mengalami kesulitan ekonomi? Dari 220 juta rakyat Indonesia diperkirakan 66 juta mengalami gangguan kejiwaan. Sedangkan dampak dari gangguan kejiwaan dapat menimpa lebih dari setengah jumlah penduduk.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1990 yang menyebutkan bahwa dari 10 masalah kesehatan utama penyebab disabilitas, lima diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa, yaitu depresif, alkoholisme, gangguan bipolar, schizophrenia dan obsessif kompulsif.

Sebelumnya di blog ini penulis juga pernah mengulas kasus bunuh diri, tepatnya pada tanggal 5 Maret 2009, berikut ini cuplikan tentang hal tersebut :

”Menurut The Penguin Dictionary of Psychology, yang dimaksud bunuh diri adalah :

1. A person who intentionally kills himself or herself.
2. The act of taking one's life.

Emile Durkheim seorang ahli yang pertama sekali mempelajari masalah "suicide" secara sistematis membedakan bunuh diri dalam tiga jenis tergantung pada apa yang mendorong mereka untuk melakukan "self-destruction." Ketiga jenis teresebut adalah altruistic, anomic dan egoistic. Altruistic menyangkut suatu keyakinan yang dianggap benar, membela kehormatan dir atau keluarga, merasa malu atau merasa bertanggungjawab terhadap suatu kesalahan atau kegagalan seperti kasus harakiri. Anomic terjadi pada individu yang mengalami kesepian, merasa terisolasi dan kehilangan tumpuan sosial. Egoistic berkaitan dengan kegagalan, adanya unsur kehilangan harapan, individu putus asa karena tidak mencapai apa yang diinginkannya.

Sepanjang peradaban manusia motif bunuh diri cukup bervariasi, diantaranya adalah :

1. Motif yang bersifat spritual (sering terjadi secara masal).
2. Motif ekonomi dan keuangan.
3. Motif sosial dan budaya (seperti di Jepang ada faktor budaya, namun harakiri dan kamikaze dipengaruhi juga oleh konsep spiritualitas).
4. Motif personal.
5. Motif Keluarga
6. Motif disintegrasi kepribadian.

Namun, menurut penelitian berbagai pihak, kasus bunuh diri memiliki kaitan erat dengan depresivitas, kecuali untuk kasus yang bersifat spiritual. Sebagaimana disebutkan diatas kehilangan harapan dan kehilangan tumpuan merupakan sumber utama yang menjebak seseorang kedalam kondisi depresi.

Secara substantif, manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk spiritual. Esensi dasar sosialitas dan spiritualitas adalah ketergantungan dan sekaligus harapan. Krisis sosial dan spiritualitas membuat tempat bertumpu dan berharap memudar bahkan menghilang. Kondisi ini membuat manusia kehilangan pegangan dan tumpuan, pada saat menghadapi tekanan yang bertubi-tubi individu menjadi goyah dan terjebak pada kondisi depresif. Kehilangan harapan ini menjadi salah satu sumber penting yang mendorong terjadinya bunuh diri.

Spiritulitas dalam kasus ini memang berada dalam posisi paradoks, disatu sisi dapat mencegah terjadinya bunuh diri, namun disisi lain dapat pula sebagai faktor pendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri (suicide)”.

Biasanya depresi merupakan gejala awal sebelum seseorang melakukan bunuh diri. Untuk itu perlu mengetahui ciri-ciri seseorang yang terkena depresi sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan bunuh diri.

Ciri-cirinya seseorang terkena depresi sebagai berikut :

1. Individu merasa ada persoalan berat yang tidak bisa ia selesaikan.
2. Individu terlihat murung
3. Menarik diri dari pergaulan sosial
4. Kehilangan minat
5. Merasa diri tidak berguna dan atau merasa bersalah
6. Berpikir untuk bunuh diri

Ciri 1 harus diketahui betul masalahnya dan dicarikan jalan keluar terbaik. Ciri-ciri ke-2 s/d 4 dapat diatasi melalui terapi ringan, namun ciri-ciri ke-5 dan 6 memerlukan terapi yang intensif. Saat ini banyak orang mulai dari berbagai kalangan mengalami kondisi depresi yang mempengaruhi efektivitas perilakunya. Orang-orang terdekat harus peka terhadap situasi ini dan apabila menemukan indikasi diatas selayaknya memberikan penanganan yang tepat dan jika diperlukan terapi psikologis perlu meminta bantuan seorang psikolog.

Senin, 28 Desember 2009

TUGAS SEORANG PEMIMPIN

Apa sesungguhnya tugas seorang Pemimpin? Memberikan arah? Memotivasi? Sebagai role model?

Banyak buku dan teori yang mengulas tugas seorang pemimpin. Peter F. Drucker seorang Guru Manajemen dan juga ahli kepemimpinan menyebutkan empat kompetensi penting seseorang pemimpin yang sekaligus juga memberikangambaran tentang apa yang menjadi tugasnya, yaitu :

1. Memiliki kemampuan mendengarkan
2. Kemauan untuk sering berkomunikasi
3. Kemauan untuk bertanggung jawab
4. Kemauan untuk menempatkan kepentingan organisasi diatas kepentingan individu

Jika kita menilik pada tuntutan kompetensi tersebut diatas, jelas tugas utama seorang pemimpin adalah berkaitan dengan orang, orang dan orang. Pemimpin berurusan dengan manusia bukan dengan benda. Apakah itu menggerakkan orang, memberikan harapan, mendorong, merangkul, mendengarkan dan berdiri paling depan dalam menghadapi resiko dan mengambil tanggung jawab.

Menurut Warren Bennis pengarang On Becoming a Leader, para pemimpin yang sukses adalah mereka yang dapat menyelami dan kemudian mengekspresikan dirinya sendiri. Ini adalah penghargaan terhadap keyakinan psikologi manusia. Jika dikaitkan dengan Teori Maslow hal ini pada konteks kebutuhan akan aktualisasi diri. Bennis juga mengatakan bahwa kualitas hidup kita tergantung pada kualitas para pemimpin kita. Demikian besarnya tanggung jawab seorang pemimpin, sehingga mereka yang menyadari secara sungguh-sungguh hal ini sering menghindari peran sebagi pemimpin.

Dalam budaya Minangkabau sering disebutkan seorang pemimpin bagaikan atap sebuah rumah yang mampu melindungi pengikutnya terhadap hujan maupun panas. Ia menaungi seluruh penghuni atau pengikutnya dan memberikan ketentraman bagi mereka.

Berkaitan dengan uraian diatas setidaknya pemimpin memiliki lima tugas utama :

1. Ia bagaikan Kapten kapal yang memberikan arah tujuan kapal.
2. Memastikan semua SDM mampu berperan optimal selaras dengan arah organisasi.
3. Mengambil tanggung jawab apabila diperlukan.
4. Memberikan perlindungan bagi pengikutnya.
5. Dan terakhir namun sangat penting yaitu menyiapkan kader-kader penerus kepemimpinan.

Sabtu, 26 Desember 2009

GOOD MARRIAGE

There is no more lovely, friendly, and charming relationship, communion or company than a good marriage.

(Martin Luther, 1483-1546)

Jumat, 25 Desember 2009

WISDOM

Wisdom does not show itself so much in precept as in life, in a firmness of mind and mastery of appetite. It teaches us to do as well as talk; and to make our actions and words all of a color.

(Lucius Annacus Saneca, Roman Author, 4 BC – AD 65)

Kamis, 24 Desember 2009

HATI-HATI MENG-KLIK

Dahulu orang tua sering menasehati anak-anaknya agar hati-hati berbicara. Kemudian jaman berkembang, media massa cetak dan elektronik berkembang, muncul nasehat untuk hati-hati menulis.

Jaman terus berkembang, merebak pula teknologi informasi yang memunculkan internet yang membuat sekian banyak orang dapat terhubung dalam dunia maya. Berkembang berbagai macam situs networking seperti facebook, twitter dan muncul pula blog. Disamping orang semakin bebas menulis maka dengan internet orang semakin bebas pula mengklik. Mungkin sekarang muncul nasehat baru hati-hati meng-klik.

Kasus Prita Mulyasari versus Omni International, kasus Chandra-Bibit dan terakhir kasus Luna Maya versus Infotainment merebak menjadi kasus hukum. Dengan berbagai kasus tersebut mungkin sekarang orang berpikir harus hati-hati menulis dan meng-klik. Sekali anda buat tulisan dan komentar kemudian anda klik, maka hal tersebut akan tersebar kemana-mana, dibaca jutaan orang, dikomentari banyak orang bahkan sangat mungkin tulisan anda ditindaklanjuti dengan menambah, mengurangi, memodifikasi dan seterusnya. Respon terhadap tulisan anda bisa berkembang kemana-mana.

Begitu banyak orang terlibat dalam suatu situs jaringan sosial terutama yang menyikapi berbagai situasi dan kasus sosial. Ambil contoh di facebook, terdapat beberapa grup facebookers yang melibatkan sedemikian banyak orang, contoh sebagai berikut :

1. Gerakan 1 juta facebookers dukung Chandra dan Bibit memiliki anggota 1.406.762.
2. Dukungan bagi Ibu Prita Mulyasari memiliki anggota 385.998.
3. Boikot Luna Maya memiliki anggota 1.794

Masih cukup banyak grup-grup lainnya seperti menolak pornografi, Bank Century, gugat PLN, ganyang Malaysia, tolak Patung Barrack Obama, dan sebagainya. Sebagian dari grup-grup tersebut cukup efektif menggerakkan massa dan membentuk opini dimasyarakat. Sebagian mampu menggalang solidaritas sosial dan tidak jarang pula menjadi awal merebaknya kasus hukum.

Undang Undang ITE merupakan salah satu pintu yang digunakan untuk kasus hukum berkaitan dengan internet dan teknologi informasi. Sebagaimana diketahui, undang-undang sesungguhnya dimaksudkan untuk mengatur, menertibkan dan melindungi. Namun, bagi pihak-pihak tertentu undang-undang dapat pula digunakan untuk menjerat pihak lain dalam kasus hukum. Kita tentunya sepakat undang-undang sangat diperlukan termasuk Undang Undang ITE, hanya dalam penerapannya perlu mengedepankan asas keadilan, melindungi kepentingan bersama dan jangan sampai membungkam kebebasan berpendapat.

Masyarakat Indonesia yang relasi sosialnya sangat intens tentu memiliki manfaat yang besar dengan kehadiran internet, termasuk dengan merebaknya berbagai situs jaringan sosial. Walaupun penetrasi internet di Indonesia masih rendah sekitar 13% dari 240 juta penduduk, namun peningkatan pengguna dari waktu ke waktu melihat kecenderungan semakin menaik. Peningkatan ini bergerak dengan sangat signifikan. Demikian juga pengguna blog yang telah menunjukkan angka sekitar 130.000 terus menunjukkan peningkatan. Artinya, kondisi melek internet ini akan semakin bertambah.

Tidak dapat dipungkiri jika sebuah aktivitas sosial yang berkembang sedemikian pesat maka memerlukan pengaturan untuk melindungi kepentingan bersama. Dalam konteks seperti inilah dapat dipahami perlunya kehadiran sebuah undang-undang, namun sekali lagi sebuah undang-undang mestinya memperhatikan asas keadilan, kepentingan bersama dan tidak membungkam kebebasan berpendapat.

Reformasi yang mendorong proses demokrasi di Indonesia memang terus berkembang dengan segala dinamikanya. Hal ini merambah pula kedalam dunia maya, orang semakin bebas berpendapat dan semakin bebas menyalurkan aspirasinya termasuk dalam situs jaringan sosial di internet. Namun, hendaknya kita pun secara seimbang ingin mengatakan bahwa para pengguna internet pun perlu memahami bahwa unsur saling menghargai, menghindari fitnah yang tidak mendasar harus menjadi pertimbangan saat kita menyampaikan pendapat pada berbagai situs yang ada.

Kedewasaan harus ditumbuhkan bagi segenap pihak, termasuk pemerintah sebagai regulator, penegak hukum, pengguna internet dan seluruh masyarakat luas.

Jadi .......... hati-hati-lah sebelum meng-klik. Selamat beraktivitas didunia maya yang semakin dinamis.

Rabu, 23 Desember 2009

BERTAHAN DAN MAJU

Makhluk hidup termasuk manusia dalam fitrahnya senantiasa hidup dan berkembang. Terlebih-lebih manusia yang terdiri dari jiwa dan raga memiliki tingkat perkembangan yang jauh lebih tinggi karena sentuhan ilmu dan peradaban. Faktor pembeda yang sangat penting adalah kemampuan akal, pikiran dan akhlak manusia.

Namun, untuk tumbuh dan berkembang manusia pun dihadapkan pada berbagai persoalan kehidupan. Berbagai dimensi persoalan tersebut, fisik maupun psikis, sosial-ekonomi-politik, karir dan keluarga, yang sangat berbeda dimensi dan kompleksitasnya dibandingkan makhluk hidup yang lain.

Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan modal yang sangat berharga bagi manusia melalui akal dan pikiran untuk mampu bertahan dan terus maju, tumbuh dan berkembang mengatasi berbagai persoalan hidup yang ada. Dalam fitrahnya, sekecil apapun, kemajuan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan kehidupan manusia. Namun, tidak sedikit pula mereka yang hanya berjalan ditempat bahkan mengalami kemunduran dalam kehidupannya. Sebagian besar faktor penyebabnya terletak pada manusia itu sendiri.

Andy Grove mantan CEO Intel mengarang sebuah buka yang spektakuler yang berjudul "Only The Paranoid Survive." Konteks buku ini memang dalam perspektif bisnis dan organisasi. Namun, telaahannya dapat pula digunakan untuk menjelaskan kemampuan individu bertahan terutama dalam menghadapi krisis. Menurut Andy Grove untuk survive diperlukan Strategic Inflection Point (SIP). Dalam hal strategi ini Grove meminjam pendekatan Michael Porter tentang lima kekuatan kemampuan organisasi dalam menghadapi persaingan bisnis. Lima kekuatan itu adalah pelanggan, pesaing, pemasok, barang pengganti dan hambatan masuk. Grove menambahkan yang keenam yaitu pelengkap.

Dalam konteks individu untuk survive, lima kekuatan tersebut dapat berbentuk spirit, kemampuan intelektual, kemampuan emosional, kemampuan sosial, kemampuan kerja ditambah dengan kualitas kesehatan, fisik maupun psikis. Hal ini akan menjadi basis individu untuk mampu bertahan dan kemudian maju.

Charle Darwin penemu teori Evolusi (sebagian ahli mengatakan Wallace-lah sebagai penemu teori Evolusi, Darwin hanya meneruskannya) mengatakan bahwa mereka yang mampu bertahan dan lolos dari seleksi alam bukanlah yang kuat dan yang besar tetapi yang mampu beradaptasi. Hal ini berlaku pula bagi perusahaan maupun individu, yang mampu bertahan adalah yang mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang ada.

Seorang pebisnis terkenal, Tom Watson Sr mengatakan untuk mampu bertahan dan sukses kita perlu memiliki tiga hal, yaitu : unggul dalam hal apapun yang kita kerjakan, melayani orang lain dengan sebaik-baiknya dan menghormati setiap orang. Inilah modal Tom Watson Sr untuk sukses. Modal ini merupakan refleksi dari perpaduan antara kemampuan intelektual, emosional dan sosial.

Jadi untuk bertahan dan maju sesungguhnya tidak saja menyangkut kemampuan diri, tetapi juga sangat ditentukan oleh kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Self-management sangat diperlukan, namun hal ini harus diimbangi pula dengan kemampuan dalam social management.

Selasa, 22 Desember 2009

REFLEKSI MENJELANG AKHIR TAHUN

Waktu yang sedemikian cepat berlalu membuat kita tanpa terasa telah hampir mengakhiri perjalanan tahun 2009. Sebentar lagi kita akan menyongsong tahun 2010. Apa yang telah kita capai pada tahun 2009? Apa yang ingin kita capai pada tahun 2010? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini umum terjadi pada diri kita.

Tanpa disadari sekarang kita telah menuju menjadi masyarakat target. Segala sesuatu dibuat target. Menjadi masyarakat obsesif dan ambisius. Keberhasilan diukur dengan pencapaian target-target. Dan tanpa terasa pula target telah menjadi beban hidup, menjadi sumber stress, depresi sampai dengan bunuh diri. Target telah membenamkan diri kita menjadi individu dan masyarakat yang lupa bersyukur. Inilah sumber permasalahan besar masyarakat modern, target, target dan target. Lalu dimana letaknya syukur? Dalam konteks seperti inilah kita ingin memaknakan pergantian tahun, tidak sekedar mengevaluasi target, tidak sekedar ingin membuat target baru, tetapi menempatkan syukur pada posisi yang mulia dalam kehidupan kita. Antara target dan syukur itulah terletak REFLEKSI!

Refleksi berarti anda melakukan kontemplasi, merenung, fokus pada energi mental untuk menghargai diri anda dan lingkungan (ingat untuk menghargai bukan mengevaluasi). Refleksi adalah proses memanusiakan diri anda, melihat berbagai kemungkinan positif yang ada dan melihat pencapaian-pencapaian yang sudah dilakukan, sekecil apapun pencapaian tersebut itu adalah sebuah prestasi.

Refleksi harus disertai fleksibilitas memaknai tujuan hidup, namun teguh pada keyakinan. Fleksibilitas dalam arti memilih jalan, namun teguh dalam arah akhir. Arah lebih dari sekedar target. Arah membuat kita lebih bermakna, sedangkan target akan membuat anda bagaikan robot. Arah memuliakan, target adalah tapak kecil untuk menuju arah, sehingga target tidak mesti kaku membelenggu kita. Temukan arah dan teguhlah untuk menuju kesana.

Sebuah ilustrasi dapat dipelajari dari cara semut berjalan untuk menuju suatu arah. Semut pada dasarnya berjalan menuju suatu arah. Dalam menuju arah ada target-target kecil yang bisa saja berubah. Dalam berjalan menuju arah, ketika semut berjumpa sesuatu yang menurutnya tidak dapat didaki, semut tidak akan bersikukuh untuk terus berjalan pada jalur yang sama, atau terus menerus membenturkan dirinya kejalan yang sama. Semut akan pindah jalur mencari jalan lain untuk melanjutkan perjalanan, namun tetap menuju arah akhir yang konsisten. Sebuah pembelajaran yang luar biasa. Anda bisa mengubah jalur atau target tetapi mesti harus tetap kukuh dengan arah.

Refleksi pada dasarnya adalah proses merenungi arah bukan mengevaluasi target. Dalam refleksi ada apresiasi, motivasi dan keteguhan untuk berjalan pada arah. Target sering sekali menekan, mengancam bahkan mematikan. Dalam refleksi sesungguhnya kita tidak pernah melihat kegagalan, tetapi lebih kepada pencapaian-pencapaian, sekecil apapun pencapaian tersebut. Selama kita hidup, sekecil apapun kita berkembang dan mencapai sesuatu. Inilah yang harus disyukuri. Jika kita bijak sesungguhnya oleh YANG MAHA KUASA, kita lebih banyak dianugerahi kenikmatan dibandingkan kesulitan. Mengapa kita tidak bersyukur?

Untuk memperteguh rasa syukur, menjelang akhir tahun dan menyongsong tahun baru dalam konteks refleksi, pemikiran Stephen R. Covey tentang THE 7 HABITS layak dikutip. Covey menyebutkan 7 kebiasaan yang mampu menuntun kita menjadi orang yang efektif, yaitu :

1. Jadilah proaktif
2. Merujuk pada tujuan akhir (tujuan akhir adalah arah bukan target yang hanya jangka pendek)
3. Dahulukan yang utama
4. Berpikir menang/menang
5. Berusahalah mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti
6. Wujudkan sinergi
7. Asahlah gergaji

Jadilah proaktif menggambarkan kebebasan memilih yang dimiliki oleh seseorang antara dorongan dan tanggapan. Ini merujuk pada keharusan individu untuk memiliki keinginan-keinginan melawan ketidakberdayaan.

Merujuk pada tujuan akhir ini adalah upaya untuk memberikan arah pada penggunaan imajinasi yang secara kreatif merumuskan apa yang diinginkan dalam jangka panjang. lebih dari sekedar target, tetapi arah akhir apa yang ingin dicapai.

Dahulukan yang utama menuntun kita untuk memiliki prioritas dalam hidup. Prioritas ini harus memperhatikan keseimbangan hidup antara kepentingan diri, keluarga, karir, sosial, religi dan sebagainya.

Sebagai makhluk sosial maka ketiga kebiasaan lain harus mewarnai perilaku kita yaitu berpikir menang/memang, berusaha mengerti orang lain dan wujudkan sinerji. Keberhasilan anda harus menjadi bagian keberhasilan orang lain, demikian pula sebaliknya. Dengan berusaha memahami dan mengerti orang lain akan mendorong orang lain untuk memahami dan mengerti diri anda pula. Sinerji akan memberikan hasil lebih dari sekedar 1+1=2, satu ditambah satu harus lebih dari dua, itulah konteks sinerji.

Kebiasaan yang ketujuh, asahlah gergaji, kembali kediri masing-masing namun dalam konteks untuk terus menerus meningkatkan kualitas dari enam kebiasaan yang ada. Intinya adalah membuat diri kita semakin mandiri dan mendorong saling ketergantungan yang efektif dan positif.

Bukankah anda telah memiliki 6 kebiasaan yang baik tersebut? Tinggal sekarang lakukan yang ke-7 ...... ASAHLAH GERGAJI ANDA .............. Sukses Tahun 2009 dan Selamat Tahun Baru 2010.

Senin, 21 Desember 2009

SOCIAL INTELLIGENCE

Daniel Goleman pengarang buku terkenal Emotional Intelligence menegaskan bahwa keberhasilan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh kecerdasan inteletual. Kecerdasan intelektual yang secara konvensional dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis, matematis, spatial dan kemampuan verbal. Aspek emosional sering sekali menjadi faktor penting kesuksesan seseorang selain faktor kecerdasan intelektual. Faktor sukses lainnya yang berpengaruh penting adalah kemampuan membangun relasi sosial.

Setelah sukses mengeluarkan buku tentang emotional intelligence, Daniel Goleman mempublikasikan pemikirannya tentang Social Intelligence (SI). SI pada dasarnya menyangkut keterampilan seseorang dalam membangun relasi dan menempatkan dirinya secara efektif dalam situasi sosial.

Menurut Goleman ada dua hal penting menyangkut SI ini, yaitu Social Awareness (SA) dan Social Facility (SF). SA berkaitan dengan kesadaran dan pemahaman seseorang terhadap orang lain, sedangkan SF adalah berkaitan dengan apa yang dapat kita lakukan berkaitan dengan kesadaran dan pemahaman tersebut.

SA merujuk pada penghargaan terhadaan diri orang lain, memahami perasaan dan pikiran orang lain dan beradaptasi dengan situasi sosial yang kompleks. SA mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Primal Empathy : Memahami perasaan orang lain, peka terhadap reaksi non-verbal.
2. Attunement : mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian, menyesuaikan diri terhadap orang lain.
3. Empathic Accuracy : Memahami secara tepat perasaan, pikiran dan maksud orang lain.
4. Social Cognition : Mengetahui bagaimana perkembangan situasi sosial.

Sedangkan SF berkaitan dengan penyediaan dukungan terhadap penerapan SA. SF pada dasarnya mendukung proses interaksi sosial yang efektif. SF meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Synchrony : kemampuan berinteraksi sosial secara tepat pada tingkat non-verbal.
2. Self-Presentation : Kemampuan mempresentasikan diri secara efektif.
3. Influence : Meningkatkan efektivitas interaksi sosial.
4. Concern : Peduli terhadap kebutuhan orang lain dan menindaklanjuti pemenuhan kebutuhan tersebut.

Jika dikaitkan dengan emotional intelligence, maka social awareness sangat terkait dengan self-awareness, sedangkan social facility terkait dengan self-management. Artinya keterampilan berinteraksi secara sosial sangat terkait pula dengan aspek emosional seseorang. Kesadaran sosial dapat terjadi dengan baik baik apabila didukung oleh kesadaran diri yang baik. Demikian pula social-facility dapat berlangsung efektif sangat tergantung pada kemampuan mengelola diri atau self-management.

Minggu, 20 Desember 2009

HUMAN CAPITAL & KNOWLEDGE MANAGEMENT

Pada tanggal 14 s/d 17 Desember 2009 penulis berkesempatan mengikuti program Human Capital and Knowledge Management (KM) di Melbourne dan Sydney Australia. Program ini selain berbentuk lecture dilengkapi pula dengan kunjungan ke perusahaan yang telah menerapkan Knowledge Management (KM) di Australia yaitu LINK:Q dan OPTUS (Yes OPTUS). Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Crewe Sharp Career Bridge Consulting dengan Main-Facilitator Michael Meere.

Knowledge Management atau lazim disingkat dengan KM dalam penerapannya tidak terlepas dari aspek Human Capital, disamping dari Organizational Capital. Untuk memahami hal ini lebih lanjut perlu dipahami runtutan terminologi sebagai berikut :

- Sebuah aktivitas dan keberhasilan memerlukan Capital.
- Capital terdiri dari Organizational Capital dan Intellectual Capital.
- Intellectual Capital meliputi : Organizational Intelligence, Organizational Relationship, Intellectual property dan Human Capital.
- Human Capital meliputi : Knowledge Capital, Emotional Capital, Employee Relationships and Networks, Employee Engagement and Commitment, Ethical Capital dan Workforce Diversity.

Jadi Knowledge Management meliputi seluruh hal diatas dengan main-objective sebagai basis pengambilan keputusan strategis perusahaan. Bagaimana dampak Human Capital terhadap KM? Atau dengan perkataan lain disebut dengan “The Human Capital Imperative.” Berikut ini dicuplik pendapat dari beberapa pihak, sebagai berikut :

- Watson Wyatt Worldwide : The primary reason for organizational profitability is the effective management of Human Capital.

- Gachman.I & Luss, R. Building the Business Case for HR in Today’s Climate. Strategic HR Review,1. (4), pp26-29 : Effective, integrated human capital management can result in a 47% increase in market value.

- Harvard Business School Press. Boston : Top 10 enjoyed a 391% ROI in management of their human capital.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh bagaimana mengelola Human Capital. Knowledge Management sendiri sesungguhnya adalah bagaimana mengelola aspek knowledge sebagai inti dari human capital. Sebagaimana diuraikan diatas human capital adalah bagian penting dari intellectual capital yang dimiliki oleh organisasi disamping organizational capital.

Berbicara Human Capital dalam konteks Knowledge Management tiada lain berbicara tentang Knowledge Capital. Pengelolaan Knowledge Capital tidak terlepas dari Ethical Capital, Emotional Capital dan Workforce Diversity.

Kesuksesan penerapan KM dalam sebuah organisasi sangat tergantung pada komitmen Top Leader. Top Leader memegang peranan kunci bagaimana memberdayakan KM. Dari komitmen ini akan menghasilkan strategic decision, supporting dan optimalisasi pemanfaatan KM dalam proses pengelolaan organisasi. Selanjutnya setelah adanya komitmen, maka kesuksesan pengelolaan KM sangat tergantung pada :

- Wisdom applied to work practices.
- Effectiveness and efficiency
- Knowledge and innovation
- Knowledge, employee motivation and engagement
- Knowledge and waste minimization


Disamping faktor-faktor sukses pengelolaan KM diatas, maka terdapat pula faktor-faktor hambatan yang disebut dengan “barriers of human capital best practices” yaitu :

- Structure (include system)
- Culture
- Business Unit Dynamics


Dengan memahami sukses dan hambatan (barrier) dalam KM, maka organisasi dapat memanfaatkan KM untuk :

- Meningkatkan kualitas produk atau layanan.
- Memperkuat dan memperluas kompetensi melalui intellectual assets management.
- Meningkatkan dan mempercepat penyebarluasan pengetahuan dalam organisasi.
- Menerapkan pengetahuan baru untuk meningkatkan kinerja.
- Meningkatkan keuntungan dari adanya inovasi produk baru.

A new era in human capital management is approaching by knowledge management. Value increasingly comes from boosting the productivity of individual workers and from greater workforce innovation. By achieving the most productive possible combinations of workers and work, companies can find a lasting source of competitive advantage.

Minggu, 13 Desember 2009

JAKARTA- SINGAPORE, PEMBELAJARAN DARI SQ

Dalam perjalanan penulis ke Melbourne Australia untuk mengikuti Seminar tentang Knowledge Management Audit penulis sempat singgah ke Singapore. Perjalanan ini mengunakan dua maskapai penerbangan yang beraliansi satu dengan yang lain, yaitu Singapore Airlines (SQ) dan Qantas Australia. Inilah pola bisnis connecting masa kini dan depan. Sebuah keharusan yang harus dilakukan berbagai perusahaan jika ingin bisnisnya tetap eksis.

Perjalanan dari Jakarta ke Singapore menggunakan SQ yang terkenal akan kualitas layanannya. Yang menarik para pramugari SQ tidak harus berusia muda, sebagian dari mereka telah berusia setengah baya, namun sangat prima dan cekatan dalam memberikan pelayanan. Ini menunjukkan kompetensi telah menjadi pertimbangan utama dalam penugasan SDM, tidak sekedar cantik, muda atau penampilan fisikal, namun yang terpenting adalah performa kerjanya.


Ditengah perjalanan tersebut penulis menemukan cara mereka bekerja yang gesit, ramah sekaligus tegas. mereka mampu mengingatkan penumpang untuk mematuhi peraturan penerbangan dengan cara yang cukup simpatik. Mereka juga menghargai budaya lokal penumpang, apakah itu dari Indonesia, China, Western dan sebagainya. Selain itu kita temukan pula saat ini pola bisnis yang sinerjis yaitu dengan aliansi antar berbagai perusahaan untuk mencapai performa kinerja yang saling menguntungkan. itulah yang ditunjukkan oleh SQ dan Qantas.

Ini merupakan pelajaran menarik dalam perilaku bisnis dan perilaku melayani. Memang bisnis masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan kerja sama dan kemampuan pelayanan. Itulah kunci kemenangan kompetisi. Istilah Co-opetitive yang merujuk pada kemampuan untuk mampu cooperative sekaligus competitive tampaknya sudah menjadi formula bisnis masa kini dan masa depan. Basis dari pola tersebut sebetulnya terletak pada hubungan kemitraan yang solid. Namun, sesungguhnya dalam kemitraan ini pun mengandung arti kompetisi.

Dalam konteks SQ-Quantas jelas kerjasama adalah pemanfaatan resources bersama dan saling mengisi. Namun, mereka pun sesungguhnya memperhatikan aspek kompetisi, yaitu dari kualitas layanan. Jenis pesawat bisa sama, harga bisa sama, namun kualitas pelayan bisa berbeda. Dan yang membedakannya adalah kualitas SDM. Dengan perkataan lain kualitas pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas SDM. Bukankah kita menyaksikan banyak maskapai penerbangan menggunakan jenis pesawat yang sama, namun mengapa performanya bisa berbeda? Jawabannya sekali lagi adalah kualitas SDM, disamping faktor penunjang lain seperti leadership, management, budaya dan proses bisnis. Namun, basis dari semua itu adalah pada SDM.

Jadi jika anda ingin berbeda, buatlah SDM anda berbeda!

Sabtu, 12 Desember 2009

PERUSAHAAN IDAMAN

Apa yang terlintas dalam pikiran anda saat ingin memilih perusahaan tempat anda berkarir? Gaji yang besarkah? Lingkungan yang nyamankah? Tugas yang menantangkah? Atau reputasi perusahaan tersebut?

Dalam Majalah Warta Ekonomi edisi 24 tanggal 30 November-13 Desember 2009 dipaparkan hasil survey tentang Perusahaan Idaman. Survei ini dilakukan melalui wawancara telepon yang dilakukan pada tanggal 1-15 September 2009. Responden diambil secara acak dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang mayoritas berlokasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Jumlah respon 986 orang, laki-laki 52%, perempuan 48%, berusia 20-35 tahun, mayoritas S1 dan sebagian bekerja sebagai Staff maupun Manager. Sekitar 70% respoden mengatakan sudah pindah kerja 1-7 kali dan 30% belum pernah pindah kerja.

Dari survei tersebut diperoleh 15 Perusahaan Idaman Utama dengan peringkat sebagai berikut :

1. PT TELKOM
2. PT ASTRA INTERNATIONAL
3. PT PERTAMINA
4. PT BANK MANDIRI
5. PT BANK CENTRAL ASIA
6. PT GARUDA INDONESIA
7. PT UNILEVER INDONESIA
8. PT MEDCO ENERGI INTERNASIONAL
9. PT INDOSAT
10. PTADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE
11. PT BRI
12. PT FREEPORT INDONESIA
13. PT BAKRI & BROTHERS
14. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR
15. PT BNI

Apa yang menjadi dasar pilihan responden sehingga memilih perusahaan-perusahaan tersebut di atas sebagai perusahaan idaman? Ternyata gaji atau paket remunerasi yang tinggi masih menjadi alasan utama. Selain itu kesempatan karir dan pelatihan sebagai bagian dari program Talent Management menjadi isu yang menarik di bidang Sumber Daya Manusia.

Mari kita lihat TELKOM yang menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan idaman di Indonesia. Responden menyebutkan alasan memilih TELKOM karena :

1. Standar gaji yang diberikan perusahaan ini lebih tinggi dibanding perusahaan lain.
2. Memberikan fasilitas gaji/tunjangan yang lebih baik kepada karyawannya.
3. Perusahaan terkenal
4. Perusahaan besar dan maju.
5. Perusahaan terbaik dibidangnya.
6. Perusahaan yang memiliki jenjang karir yang jelas.
7. Perusahaaan yang memiliki manajemen/organisasi yang bagus.
8. Sesuai dengan pendidikan.
9. Sesuai dengan bidangnya.

Alasan-alasan tersebut tampaknya mewakili semua jenis kebutuhan manusia sebagaimana yang disebut oleh Abraham A. Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, self-esteem hingga aktualisasi diri.

Penulis sendiri teringat pada saat lulus dari Perguruan Tinggi saat itu mencoba membandingkan berbagai kesempatan kerja yang ditawarkan oleh sejumlah perusahaan. Dari hasil diskusi dengan beberapa senior penulis setidaknya memiliki tiga pertimbangan dalam memilih perusahaan dimana penulis ingin berkarir, yaitu :

1. Perusahaan skala besar yang setidaknya coverage-nya bersifat nasional.
2. Perusahaan yang memiliki orientasi teknologi yang baik.
3. Perusahaan yang menghargai manajemen SDM, hal ini merupakan alasan khusus karena penulis berlatarbelakang pendidikan psikologi yang erat kaitannya dengan SDM.

Setiap orang tentu memiliki berbagai pertimbangan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Namun penulis teringat sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa kita harus memilih pekerjaan yang memang kita senangi/minati dan bekerja pada orang-orang/perusahaan yang memang kita respek terhadapnya untuk memotivasi kita bekerja secara optimal.

Bukankah pekerjaan yang baik tersebut adalah pekerjaan yang dapat memanusiakan kita dan mampu mengangkat martabat kemanusiaan kita.

Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda bekerja sesuai dengan idaman anda? Dan apa yang menjadi pertimbangan anda dalam memilih pekerjaan?

Jumat, 11 Desember 2009

PROVERB OF WILLIAM JAMES (AMERICAN PSYCHOLOGIST, 1842-1910)

I am often confronted by the necessity of standing by one of my empirical selves and relinquishing the rest. Not that I would not, if I could, be …. a great athlete and make a million year, be a wit, a bon-vivant and a lady killer, as well as a philosopher, a philanthropist and saint. But the thing is simply impossible.

The millionaire’s work would run counter to the saint’s; the bon-vivant and the philanthropist would trip each other up; the philosopher and the lady killer could not well keep house in the same tenement of clay. Such different characters may conceivably, at the outset of life, be alike possible for a man. But to make any one of them actual, the rest must more or less be suppressed.

So the seeker of his truest, strongest, deepest self must review the list carefully and pick out one on which to stake his salvation. All other selves thereupon become unreal, but the fortunes of his self are real. Its failures are real failures, its triumphs real triumphs carrying shame and gladness with them.

Selasa, 08 Desember 2009

PANDANGAN PETER F. DRUCKER TENTANG REVOLUSI INFORMASI

Menurut Peter F . Drucker tentang revolusi informasi bahwa hal tersebut telah memberikan bantuan yang sangat berguna bagi para manajer. Informasi telah membantu para manajer untuk memahami dengan lebih baik segala hal diluar organisasi. Informasi memberikan masukan tentang pelangan, pasar, pesaing, pemasok dan banyak hal lainnya lagi. Namun, menjelang akhir 1990-an Drucker kecewa bahwa 90% informasi yang diproduksi organisasi masih bersifat inward looking.

Dorongan terbesar bagi perusahaan akan datang dari para senior manajer yang semakin frustrasi mencari lebih banyak informasi yang bisa ditindaklanjuti terhadap pelanggan, non-pelanggan dan pasar. Drucker melihat informasi dalam beberapa dimensi secara simultan.Ia merupakan orang yang pertama kali mengenali bahwa komputer akan berdampak besar terhadap bisnis, tetapi juga melihat keterbatasannya. Mesin adalah benda “idiot” yang mekanis dan tak akan pernah menggantikan manajer yang mebuat keputusan-keputusan sulit.

Disisi lain Drucker juga melihat revolusi informasi sebagai penanda dalam sejarah, penanda yang membatasi satu era dengan era selanjutnya. Sebetulnya revolusi informasi membawa kita ke era industri yang baru. Kita tidak bisa mengkonseptualisasikan seperti apa era industri baru tersebut. Revolusi bisa memakan waktu hingga 20 tahun dan dibutuhkan kerja keras dan perjuangan sebelum semuanya akhirnya berubah.

Pada titik akhir Drucker kembali ke titik kunci yaitu menghargai manusia di atas teknologi. Organisasi yang sukses di masa depan adalah mereka yang bisa menarik dan mempertahankan orang-orang terbaik. Tidak dengan opsi saham dan insentif finansial lainnya, tetapi dengan mengubah mereka dari bawahan menjadi mitra.

(Inside Drucker’s Brain)

Selasa, 01 Desember 2009

KIAT-KIAT SUKSES

Jika mengamati berbagai literatur yang ada ditemukan sejumlah buku tentang bagaimana menggapai sukses. Berbagai buku tersebut mengulas baik secara teoritis, hasil mempelajari riwayat orang yang sukses, mewawancara mereka yang dianggap sukses maupun dengan cara mengobservasinya.

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari literatur tersebut. Sukses pun muncul dalam berbagai versi. Ada sukses dalam pengertian karir, sukses dalam hal kekayaan, sukses dalam pengertian akademis, sukses secara social dan sebagainya.

Dari sisi agama dikenal sukses di dunia dan sukses di akhirat. Dalam konteks lain ditemukan pula kesuksesan yang hakiki harus meliputi sukses karir, keluarga, sosial dan kebutuhan individual.

Adapula kesuksesan dikaitkan dengan terpenuhinya kebutuhan seseorang. Katakanlah dalam perspektif Abraham H. Maslow maka kesuksesan sangat dipengaruhi terpenuhinya kebutuhan dalam hal : fisiologis, rasa aman, sosial, prestise/status, aktualisasi diri sampai dengan kebutuhan spiritual.

Uniknya sebagian mereka yang dinilai dirinya sukses merasa biasa-biasa saja. Apa yang diraih mereka rasakan sebagai suatu kewajaran dan sesuatu yang mengalir begitu saja. Tetapi, jika dicermati sesungguhnya mereka meniti kesuksesan secara bertahap, melewati berbagai tantangan dan mereka berpegang teguh dengan apa yang mereka yakini.

Menurut pengamatan penulis mereka yang sukses (secara karir, keluarga, sosial dan invidual) memiliki ciri-ciri sebagai berikut dan dapat juga disebut dengan kita-kiat sukses, yaitu :

1. Memiliki kompetensi (skill, knowledge, attitude) yang dapat diandalkan.
2. Memiliki tujuan dan perspektif jangka panjang.
3. Memiliki social networking yang baik.
4. Kemampuan komunikasi yang handal.
5. Bertindak efisien dan efektif.
6. Memiliki orang-orang yang dapat diandalkan dan dipercaya untuk mendukung tugasnya.
6. Tekun, teguh dan pantang menyerah.
8. Memiliki komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini.
9. Tabah dan sabar sampai dengan tujuannya tercapai, dapat menunggu dan tahu kapan bertindak.
10. Didukung oleh kesehatan mental dan fisik yang prima.

Kita dapat mengamati sejumlah besar orang yang sukses dapat dipastikan mereka memiliki sebagai besar cirri-ciri tersebut diatas. Ciri-ciri tersebut telah menjadi bagian kepribadian mereka dan dibentuk secara bertahap sejak masa kecil sampai dengan dewasa.

Ciri-ciri tersebut mulai tertanam sejak berada dalam kehidupan keluarga, setelah itu dilanjutkan dalam lingkungan sosial. Kemudian dimantapkan dengan pola pendidikan yang diterima dan selanjutnya diasah dalam kehidupan organisasi dan bekerja.

Jadi sukses itu bukan sesuatu yang diraih secara kebetulan, yang terbentuk begitu saja, namun ada sebuah perjuangan di belakangnya. Ada suatu jalan panjang untuk meraih sebuah kesuksesan dan mereka yang teguh, tabah dan sabar-lah yang berhak meraihnya.