Senin, 31 Agustus 2009

PENGGUNAAN ASOSIASI BEBAS UNTUK MEMAHAMI KEPRIBADIAN

Untuk memahami kepribadian dan kompleksitasnya banyak metoda yang bisa digunakan, salah satunya adalah Asosiasi Bebas yang masih berada dalam rumpun pendekatan Psikoanalisa. Penggunaan pendekatan ini berdasarkan paham yang disebut dengan Associationism.

Associationism adalah suatu teori psikologi yang menganggap asosiasi sebagai dasar dari kehidupan mental dimana proses pemikiran yang lebih tinggi dapat dijelaskan. Sering disebut juga sebagai mazhab Inggris yang dikembangkan oleh Hertley, the Mills, Bain. Biasanya ini dikaitkan dengan sensationalism, yaitu suatu tehnik psikologis untuk mengurangi semua isi dan proses mental dari elemen-elemen sebuah kesatuan sensasi. Jika asosiasi adalah lebih pada penggabungan maka sensasi adalah pemilahan dan pengurangan.

Bentuk penerapan Associationism sering disebut dengan Associative, terutama berkaitan dengan proses belajar dan mengingat. Hal ini digunakan untuk membantu proses berpikir. Kadang-kadang ditambahkan dengan yang disebut dengan ilusi, dimana penambahan suatu subyek tertentu pada materi yang ingin dipelajari memberikan suatu konteks konsepsi yang baru dan menghasilkan suatu ilusi. Dapat juga berupa suatu usaha untuk membantu atau menghambat dampak yang ditimbulkan oleh asosiasi yang satu dengan pembentukan suatu asosiasi yang lain.

Asosiasi Bebas (Free Association) adalah suatu bentuk asosiasi, terutama ditujukan untuk memahami kepribadian seseorang dan bagaimana kaitannya dengan subyek atau situasi tertentu. Caranya dengan meminta individu untuk memberikan perkataan pertama yang muncul dalam pikirannya pada saat diberikan suatu stimulus tertentu. Ada dua jenis bentuk asosiasi bebas. Yang pertama adalah asosiasi bebas yang digunakan untuk mendiagnosa, jenis asosiasi ini digunakan oleh Jung. Kedua adalah asosiasi bebas berupa percobaan train of thought, dimana subyek diberikan suatu stimulus kata dan kemudian terus menerus merespon dengan berbagai ide yang terkait dengan stimulus tersebut yang timbul dalam pikirannya.

Asosiasi bebas ini selain digunakan sebagai bagian dari terapi kepribadiaan juga dapat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian hukum. Melalui asosiasi bebas dapat diketahui bagaimana relasi antara subyek dengan situasi tertentu. Hasil relasi tersebut dicatat, dianalisa dan ditelaah berbagai kemungkinannya sehingga tergambarkan bagaimana profil kepribadian dan perilaku seseorang terhadap suatu permasalahan tertentu.

AMBITION

The men and women who make the best boon companions seem to have given up hope of doing something else .....
some defect of talent or opportunity has cut them off from their pet ambition
and has thus left them with leisure to take an interest in the lives of others.
Your ambitious man is selfish.


No matter how secret his ambition may be, it makes him keep his thoughts at home.
But the heartbroken people ...
if I may use the world in a mild, benevolent sense ...
the people whose wills are subdued to fate, give us consolation, recognition, and welcome.


(John Chapman, American Author, 1775-1845)

Kamis, 27 Agustus 2009

TRANSFORMASI DAN NILAI KEMANUSIAAN

Transformasi dan nilai kemanusiaan, istilah ini pertama kali penulis dengar dari Prof. Quraish Shihab. Umumnya transformasi sering dibicarakan dalam konteks perusahaan yang ingin mengubah dirinya secara signifikan dalam rangka menghadapi perubahan eksternal yang masif serta dinamika internal.

Transformasi adalah perubahan yang sangat mendasar yang mempengaruhi sendi-sendi organisasi dengan tujuan agar organisasi tetap eksis dan tumbuh secara berkesinambungan. Transformasi sesungguhnya lebih disebabkan karena adanya dorongan eksternal yang kuat yang harus direspon perusahaan secara tepat, yang jika tidak dilakukan perubahan segera oleh perusahaan maka akan menyebabkan kemunduran bahkan kematian perusahaan tersebut.

Dalam Business Dictionary disebut tentang transformasi sebagai berikut :

In an organizational context, a process of profound and radical change that orients an organization in a new direction and takes it to an entirely different level of effectiveness. Unlike 'turnaround' (which implies incremental progress on the same plane) transformation implies a basic change of character and little or no resemblance with the past configuration or structure.

Dalam pengertian diatas bahkan disebutkan transformasi sebagai suatu perubahan yang radikal, adanya suatu arah baru dari organisasi. Transformasi menyangkut suatu perubahan yang sangat mendasar dari karakter organisasi yang sangat berbeda dengan konfigurasi dari struktur dan konfigurasi organisasi sebelumnya.

Faktor penting dalam transformasi adalah manusia. Mulai dari CEO, Top Leaders sampai dengan jajaran terendah dari suatu organisasi. Transformasi memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh jajaran organisasi tersebut. Dalam konteks manusia transformasi sangat berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.

Nilai-nilai kemanusiaan meliputi sifat-sifat luhur untuk senantiasa ingin berbuat baik dan bermanfaat, selalu ingin maju, selalu ingin berubah menuju kesempurnaan, selalu ingin memperbaiki diri untuk meningkatkan kualitas diri. Transformasi sangat berkaitan dengan nilai-nilai luhur tersebut. Bahkan Prof. Quraish Shihab mengatakan bahwa tanpa tranformasi maka nilai-nilai kemanusiaan akan tereduksi. Jadi transformasi mutlak dilakukan untuk meningkatkan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Menurut Prof. Quraish Shihab transformasi adalah penyatuan. Dia menyontohkan bahwa kerja dan ibadah merupakan satu kesatuan tidak bisa dipisahkan, karena kerja adalah ibadah jadi kerja dan ibadah harus menyatu. Seluruh kegiatan adalah ibadah, ujar Quraish.

Secara kemanusiaan, transformasi terjadi karena adanya pengetahuan kita yang bertambah. Tanpa Transformasi maka nilai kemanusian kita tereduksi, tegas Quraish. Untuk mendapatkan transformasi seperti yang kita inginkan maka kita harus dapat menyatukan seluruh organ yang ada di dalam tubuh kita dengan terus mengasah kekuatan organ – organ tubuh yang kita miliki.

Dengan kata lain seluruh potensi insani dari spiritual, intelektual, emosional dan sosial harus dikerahkan untuk mendorong kesuksesan transformasi. Transformasi yang berhasil sekaligus akan meningkatkan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Ini bagaikan sebuah hijrah dari situasi keterbelakangan, keterpurukan dan kemandegan menuju situasi yang lebih maju, mulia dan sejahtera.

THE AIM OF LIFE

The aim of life is some way of living,
as flexible and gentle as human nature;
so that ambition may stoop to kindness,
and philosophy to candor and humor.
Neither prosperity nor empire nor heaven
can be worth winning at the price of a virulent temper,
bloody hands, an anguished spirit,
and a vain hatred of the rest of the world.

(George Santayana, Spanish born American Educator and Philosopher, 1863-1952)

TERGOLONG KARYAWAN APAKAH ANDA?

Manusia secara umum dikaitkan dengan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat dapat digolongkan pada 4 kategori yaitu :

1. Manusia Wajib
2. Manusia Sunat
3. Manusia Mubah
4. Manusia Haram

Dalam lingkup yang lebih kecil, manusia sebagai karyawan didalam suatu organisasi dapat pula digolongkan kedalam 4 kategori tersebut, yaitu Karyawan Wajib, Karyawan Sunat, Karyawan Mubah dan Karyawan Haram.

Karyawan Wajib adalah apabila kehadirannya memberi manfaat buat organisasinya. Ia memberikan kontribusi yang aktif untuk memajukan organisasi. Ia seorang yang produktif sekaligus prestatif. Ketidakhadirannya menimbulkan kerugian bagi organisasi, sehingga ia selalu dicari-cari dan menjadi motor penggerak bagi organisasinya.

Karyawan Sunat adalah karyawan yang keberadaannya memberikan manfaat namun ketidakhadirannya tidak memberikan masalah bagi organisasi. Jika ia ada maka akan bermanfaat bagi organisasi, jika tidak ada tidak memberikan kerugian apapun bagi organisasi.

Karyawan Mubah adalah karyawan yang kehadiran maupun tidak kehadirannya tidak memberikan dampak apapun bagi organisasi. Karyawan seperti ini tidak memberikan pengaruh apapun bagi organisasi.

Karyawan Haram adalah karyawan yang justru kehadirannya memberikan kerusakan bagi organisasi. Ketidakhadirannya justru memberikan manfaat bagi organisasi. Ini adalah sejenis karyawan “trouble-maker” yang bukan hanya tidak berkontribusi bahkan cenderung mengganggu iklim kerja dalam organisasi.

Jadi tergolong karyawan macam apakah anda?

Rabu, 26 Agustus 2009

SPRITUALITAS DALAM PENGEMBANGAN KARIR

Pengembangan karir seseorang umum diketahui dipengaruhi oleh kompetensi, pengalaman, kapasitas, produktivitas dan prestasi seseorang. Termasuk disini dipengaruhi sisi eksternal seperti peluang, kesempatan dan iklim lingkungan yang memungkinkan seseorang untuk berkembang. Pengembangan karir sering juga dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam membina relasi maupun membangun jejaring (networking). Jika ditinjau dari sisi personal dikaitkan dengan kemampuan intelektual, emosional maupun sosial. Namun, tampaknya agak jarang disentuh bagaimana aspek spritualitas mempengaruhi perkembangan karir seseorang.

Mempercayai spiritual atau spiritualism menurut James Drever adalah suatu doktrin filosofis bahwa realitas pokok dari dunia ini menyangkut hal-hal yang immaterial seperti sifat jiwa atau roh. Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas disini dipandang sebagai peningkatan kualitas kehidupan di dunia alih-alih sebagai penititik-beratan ala kaum agamawan pada nilai-nilai akhirati (Danah Zohar & Ian Marshall).

Dimensi spiritualitas biasanya menyangkut hal-hal yang tidak dapat diobservasi secara kasat mata, namun dampaknya dapat terlihat pada perilaku. Kulit luar dari spiritualitas muncul dalam bentuk keyakinan, nilai-nilai dan orientasi luhur yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana hal ini terkait dengan perkembangan karir?

Ini tentunya suatu pertanyaan menarik untuk menghubungkan spiritualitas dengan perkembangan karir. Karir secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian penugasan atau pekerjaan yang dilalui seseorang dalam kurun hidupnya. Perkembangan karir mengartikannya adanya peningkatan seseorang baik dari segi tingkatan, status, prestise, otoritas dan kesejahteraan yang diakibatkan oleh keberhasillannya dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan.

Jika aspek spiritualitas berperan dalam perkembangan karir, dalam sisi apakah hal itu dapat terjadi? Konsep spiritualitas memandang kerja sebagai bagian dari ibadah, sebagai bagian berbuat baik untuk kepentingan orang banyak. Artinya unsur spitualitas disini dapat dimaknai sebagai sikap ikhlas, syukur, sabar, teguh, bersungguh-sungguh merupakan bagian penting yang mampu mempengaruhi pengembangan karir seseorang.

Selain itu, kesadaran diri akan kemampuan dan tanggung jawab menjadi faktor penting pula sebagai bagian dari spiritualitas untuk menerima suatu tugas atau karir tertentu. Mereka yang memiliki tingkatan spiritualitas yang baik akan memandang promosi suatu jabatan sebagai suatu amanah yang harus diemban dengan penuh kehati-kehatian. Tidak sedikit mereka menganggap sebagai musibah mengingat besarnya tanggung jawab yang akan dipikulnya, namun karena amanah mereka harus menerimanya dengan sikap istiqamah.

Kesadaran diri ini menjadi unsur penting yang menentukan bagaimana seseorang bisa menerima suatu peningkatan atau pengembangan karir. Kesadaran diri diarahkan untuk memahami secara tepat tentang kompetensi dan kapasitas yang ia miliki. Seseorang yang memiliki tingkatan spiritualitas yang baik tentunya akan memandang jabatannya sebagai suatu amanah yang harus ia pertanggung-jawabkan baik didunia maupun diakhirat. Pada saat ia diberi amanah maka ia akan bertakwakal dan bersyukur terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepada dirinya. Namun, pada saat ia tidak dipercayai untuk mengemban suatu amanah tertentu maka ia pun akan ikhlas dan sabar menerimanya serta dengan sungguh-sungguh akan mengevaluasi kemampuan dirinya dan bertekad untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.

Seseorang yang memiliki spiritualitas yang baik senantiasa bersikap rendah hati dan selalu memiliki dorongan untuk belajar terus-menerus diiringi dengan sikap instropektif. Ia memahami penugasan sebagai bagian skenario besar yang harus ia ikuti. Demikian pula perjalanan karirnya dimaknai sebagai skenario hidup yang mesti ia lalui dengan sikap teguh, istiqamah serta takwakal.

Prinsip kerja bagi mereka yang memiliki spiritualitas yang baik melihat kerja sebagai suatu ibadah yang memiliki dimensi horisontal maupun vertikal. Horisontal bermakna bahwa hasil kerjanya dan karirnya harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang lain dan lingkungan. Vertikal bermakna bahwa penugasan dan karirnya adalah merupakan ajang pengabdian kepada Yang Maha Kuasa yang suatu saat akan diminta pertanggung-jawabannya dan akan mendapat imbalan sesuai amal baik dan buruknya dalam menjalankan tugas-tugas sesuai dengan karir yang ia lalui.

Selasa, 25 Agustus 2009

KONFLIK PERKAWINAN

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kesehariannya tidak terlepas dari proses interaksi antar sesamanya. Apakah interaksi antara teman, antar saudara, anak-orang tua, antar rekan kerja dan sebagainya. Interaksi yang sangat erat sekaligus sangat kompleks adalah proses interaksi antara suami-istri (ISI).

Mengapa ISI disebut sangat erat sekaligus kompleks, ada beberapa alasan sebagai berikut:

1. ISI melibatkan dua orang yang berbeda latar belakang namun harus bersatu dalam suatu lembaga yang disebut lembaga perkawinan.
2. ISI memiliki hak dan kewajiban yang bisa saling tumpang tindih.
3. ISI menggunakan sumber daya yang sama sekaligus digunakan untuk kepentingan yang bisa sama atau bisa berbeda.
4. Adanya varibael hubungan yang berdimensi luas seperti sosial, budaya, ekonomi, personal, seksual dan sebagainya.
5. Komitmen dipengaruhi oleh multi-faktor seperti agama, budaya, adat istiadat sampai dengan personal interest.

Dicks (1967) menyebutkan ada tiga faktor yang sangat berpengaruh pada keserasian hubungan istri, yaitu :

1. Unconscious
2. Conscious
3. Social

Unconscious berdasarkan pada integritas atau kondisi berlawanan antara faktor-faktor internal dalam diri yang tidak disadari yang berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini ditentukan oleh kesesuaian antara kebutuhan pasangan yang mungkin mereka tekan ke alam bawah sadar masing-masing dan bagaimana mereka bisa bersikap positif terhadap hal-hal yang tidak mereka inginkan namun ditunjukan oleh pasangannya.

Conscious adalah kesesuaian/ketidaksesuaian dari berbagai perilaku nyata mereka yang disadari seperti kebiasaan berpikir dan bertindak, cara memecahkan masalah, sikap dan nilai yang membentuk perilaku mereka.

Social merupakan hal-hal yang berkaitan dengan norma sosio-kultural dan nilai-nilai yang diekspresikan melalui pergaulan mereka sehari-hari dan perilaku yang mereka tunjukkan dalam berhubungan secara sosial.

Menurut Dicks kesesuaian dan ketidaksesuaian antara pasangaan suami istri sangat tergantung pada ketiga faktor tersebut. Artinya, ketidakserasian satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pola relasi suami-istri.

Perlu disadari bahwa sesungguhnya institusi perkawinan adalah institusi mandiri yang mestinya lepas dari intervensi pihak eksternal. Dalam konteks budaya Indonesia yang masih menganut paham keluarga besar, sering terjadi peran keluarga besar dominan dan menganggu kemandirian institusi perkawinan. Campur tangan keluarga besar atau pihak ketiga terkadang mengalami konflik dengan kepentingan keutuhan lembaga perkawinan itu sendiri. Hal ini memicu perselisihan pasangan suami-istri karena masing-masing pihak masih sangat terikat dengan keluarga besar masing-masing, yang tidak jarang kepentingan keluarga besar tersebut mereduksi kepentingan institusi perkawinan.

Pemahaman terhadap keutuhan lembaga perkawinan merupakan aspek penting untuk meredakan konflik antara pasangan suami-istri. Hendaknya setiap pasangan dapat mendudukan pasangannya masing-masing lebih penting, lebih didengar dan lebih diprioritaskan dibandingkan dengan tuntutan dari keluarga besar yang terkadang terjadi secara tidak proporsional.

Selama setiap pasangan masih memegang komitmen perkawinan, taat hukum dan memegang norma-norma kepantasan dalam hubungan suami istri, jelas sebuah lembaga perkawinan harus tetap dipertahankan secara utuh. Intervensi dari pihak luar, termasuk keluarga besar, harusnya selaras dengan kepentingan untuk mempertahankan suatu lembaga perkawinan.

Dalam mengatasi konflik perkawinan, berdasarkan pengalaman penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Apakah rasa cinta, komitmen dan rasa saling membutuhkan masih ada? Jika masih ada maka lembaga perkawinan tersebut wajib untuk dipertahankan.
2. Utamakan pasangan masing-masing dibandingkan dengan pihak mana pun termasuk keluarga besar.
3. Tentukan dan sepakati prioritas dalam rumah tangga.
4. Penggunaan seluruh sumber daya dalam rumah tangga harus disepakati.
5. Sadari bahwa pasangan suami istri adalah dua orang yang berbeda namun memiliki komitmen untuk bersatu, untuk itu proses penyesuaian dari waktu ke waktu harus selalu dilakukan dan diperbaharui.

KLAIM BUDAYA MALAYSIA

Malaysia baru-baru ini meluncurkan produk promosi wisatanya dengan menggunakan icon Tarian Bali yaitu Tari Pendet. Tindakan Malaysia ini kontan menimbulkan reaksi di tanah air. Ini bukan pertama kali Malaysia melakukan hal tersebut. Sebelumnya mereka pernah menggunakan lagu Rasa Sayange dari Maluku dan Reog Ponorogo dalam mempromosikan wisata mereka. Ada apa dibalik ini semua? Apakah sekedar faktor kebetulan atau sesuatu yang memang dilakukan “by design.” Pernah pula terlontar dari seorang pejabat Malaysia bahwa segala sesuatu produk budaya yang tumbuh di nusantara sangat mungkin digunakan oleh negara serumpun mengingat kedekatan budaya dan sejarahnya. Namun, dalam konteks kekinian tentunya tidak semudah itu sebuah negara menggunakan produk negara lainnya apalagi dalam kasus promosi wisata.

Sikap Malaysia tersebut sebenarnya tanpa disadari menunjukkan ketidakpercayaan diri mereka sendiri untuk menggunakan produknya dan sekaligus dapat mengangkat Budaya Indonesia dan memperteguh bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa.

Hal lain yang perlu dicermati adalah kecenderungan posisi Indonesia dan Malaysia yang paradoks. Disatu sisi sering disebut kedua bangsa ini sebagai bangsa serumpun, namun disisi lain sering terjadi perselisihan dan konflik-konflik baik dibidang sosial, ekonomi maupun pertahanan.

Kadang-kadang penulis berpikir apabila Tari Pendet, Reog Ponorogo dan lagu Rasa Sayange digunakan di Amerika atau Eropa apakah reaksi kita akan sama dibandingkan jika Malaysia yang menggunakannya? Ini bisa jadi menunjukkan adanya suatu Sibling Competition yang serius antara kedua bangsa yang katanya serumpun ini.

Dalam blog ini, saat penulis mengulas kasus Manohara dan Pangeran Kelantan, penulis sebutkan pula kondisi paradoks tersebut, khususnya dalam hal pandangan orang Malaysia terhadap Indonesia. Dalam beberapa kesempatan seminar dan training di luar negeri yang penulis ikuti pernah bertemu dengan orang Malaysia. Secara umum mereka cukup mengapresiasi Indonesia. Bahkan mereka merasa Indonesia sebagai bangsa dan negara yang besar. Banyak tokoh ilmuwan dan agawan/ulama Indonesia yang dijadikan panutan di Malaysia. Namun, pandangan negatif tersebut muncul saat mereka menyikapi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Sikap yang cenderung memandang rendah Indonesia yang mereka sebut Indon itu sangat dipengaruhi oleh keberadaan TKI disana.

Perlu pula diketahui banyak tokoh dan pejabat di Malaysia adalah keturunan Indonesia. Ini terjadi sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu. Bolehlah disebut Indonesia seperti saudara tua bagi Malaysia, Jika melongok beberapa kerajaan besar Indonesia dulu seperti Sriwijaya, Majapahit dan Aceh, kekuasaan mereka menjangkau Malaysia. Hanya akibat kedatangan Portugis, Ingggris dan Belanda lah yang mencerai-beraikan kerajaan-kerajaan di nusantara ini.

Kembali kepada klaim budaya Malaysia terhadap beberapa produk Indonesia memang perlu diluruskan. Kita menghargai upaya Menteri Kebudayaan dan Parawisata Jero Wacik yang telah mengeluarkan nota protes terhadap Malaysia berkaitan kasus Tari Pendet tersebut. Namun, kedepan tampaknya Indonesia perlu melakukan peneguhan formal terhadap seluruh produk budaya yang ada dengan melakukan hak paten yang diakui secara internasional Selain itu komunikasi secara intensif dengan negara tetangga hendaknya tidak terbatas pada masalah politik, ekonomi dan pertahanan saja, komunikasi sosial dan budaya pun perlu digalakkan. Program seperti Titian Muhibah yang pernah ditayangkan oleh TVRI merupakan salah satu bentuk kegiatan yang perlu diintensifkan kembali. Kita pun sangat mengharapkan peran Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia yang harus mengantisipasi hal-hal tersebut sehinggal tidak menimbulkan kerikil dalam hubungan antara dua negara bertetangga ini. Hidup bertetangga memang rentan terhadap konflik, namun dengan pemahaman yang baik antara sesama disertai dengan sikap saling harga menghargai maka potensi konflik yang destruktif dapat dihindari.

Rabu, 19 Agustus 2009

PRABOWO BERSIKAP KSATRIA

Pada tanggal 18 Agustus 2009 Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi menetapkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Budiono sebagai pemenang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2009-2014. Keputusan ini dtetapkan setelah memperoleh kepastian hukum hasil Pemilu yang ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Sebagaimana diketahui bersama hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya mendapat gugatan dari dua pasangan lainnya. Kemudian gugatan ini diproses secara hukum oleh MK dan kemudian diputuskan dengan hasil sebagaimana kita ketahui bersama.

Menang kalah dalam suatu pemilihan adalah sebuah konsekuensi demokratis. Namun, kita pun menyadari adanya proses pemilihan yang tidak berlangsung secara mulus, yang menurut istilah MK dilakukan secara kurang profesional. Ini menjadi catatan penting bagi semua penanggung jawab pelaksanaan Pemilu agar kedepan proses pemilihan umum benar-benar dilakukan secara baik dan memenuhi asas-asas demokrasi.

Kita menghargai sikap SBY yang menyadari adanya beberapa catatan kekurangan yang terjadi dalam proses Pemilu kali ini. Sepadan dengan itu kita pun sangat menghargai apa yang ditunjukkan JK dan Mega bersama pasangannya untuk menempuh jalur hukum dalam menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap penyelenggaraan Pemilu. Mahkamah Konstitusi memproses itu dan kemudian ditetapkanlah keputusan hukum terhadap hasil Pemilu.

Apresiasi yang tinggi kita berikan pula kepada Prabowo Subianto sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Segera setelah KPU menetapkan pemenang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Prabowo secara ksatria menyampaikan selamat kepada SBY dan menurut Prabowo ia akan segera menyampaikan surat ucapan selamat kepada SBY tersebut.

Sebuah kata-kata bijak menyebutkan bahwa kualitas pribadi seseorang terlihat pada saat menyikapi sebuah kegagalan atau kekalahan bukan saat ia meraih keberhasilan atau kemenangan. Prabowo telah menunjukkan kualitas tersebut, menunjukkan jiwa besarnya dan ini memberikan pelajaran yang baik bagi semua pemimpin kita bahwa sikap ksatria untuk menerima hasil sebuah sebuah proses hukum dan sekaligus juga menerima hasil sebuah proses demokrasi.

Persaingan boleh berlangsung sangat keras, pertarungan boleh berlangsung secara sengit, namun manakala proses demokrasi telah berlangsung dan kemudian mendapat kekuatan dari segi hukum, maka bagi siapapun warga negara yang menjunjung tinggi asas demokrasi dan patuh kepada hukum yang berlaku, harus menerima dengan sikap yang positif. Prabowo telah menunjukan hal itu.

Medan pengabdian kepada bangsa dan negara masih memiliki lahan yang cukup luas. Diperlukan penggarap-penggarap yang memiliki jiwa pengabdian yang tinggi. Prabowo tentu memiliki jiwa pengabdian yang tinggi pula. Tempaan selama pendidikan di lembah Tidar, penugasan yang tidak jarang menantang maut telah dilakoninya. Pasca penugasannya didunia militer ia juga berkiprah di bidang bisnis dan kemudian ia pun memiliki kegiatan sosial yang cukup banyak. Ia banyak berinteraksi dengan petani dan nelayan yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat bangsa ini. Hal ini semakin meningkatkan kualitas Prabowo sebagai pemimpin.

Hal lain yang perlu disadari bahwa kekalahan bukanlah akhir dari segala-galanya. Periode 2009-2014 bisa diisi dengan pengabdian pada berbagai bidang penugasan lainnya dan juga sekaligus juga untuk mempersiapkan diri secara lebih baik dalam rangka menyongsong pesta demokrasi tahun 2014.

Bravo Prabowo, selamat juga untuk SBY-Budiono dan penghargaan yang setinggi-tingginya kita sampaikan kepada JK, Mega dan Wiranto. Anda semua telah memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan demokrasi di negeri ini. Sesungguhnya kita adalah satu dan berjuang bersama untuk kejayaan bangsa.

Sabtu, 15 Agustus 2009

PEMILU, TERORISME DAN KEMERDEKAAN

Dalam dua bulan terakhir ini kita berkutat pada tiga isu besar : Pemilu, Terorisme dan Kemerdekaan. Pemilu telah usai dan keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengesahkan Pemilu namun dengan catatan diantaranya adalah tentang KPU yang tidak profesional. Presiden dan Wakil Presiden terpilih rencananya akan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2009. Dengan ini, Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2009-2014 telah jelas. Kita pun merasa lega dengan sikap yang ditunjukkan para pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang tidak terpilih yang menyatakan menerima keputusan Mahkamah Konstitusi. Bangsa kita semakin dewasa dan kita optimis demokrasi akan semakin tumbuh dan berdiri kokoh di republik kepulauan yang multi etnis ini.

Ditengah kelegaan kita dalam perjalanan proses demokrasi yang terus berlangsung, terorisme mulai menyalak lagi. Sejauh ini, kita menghargai kerja keras Polri dan aparat keamanan yang telah berhasil melumpuhkan sebagian teroris tersebut. Namun, kita pun masih sangat prihatin karena gembong utamanya Noordin M. Top masih belum tertangkap. Dimana gerangan orang ini? Seorang warga negara dari negeri jiran tetapi mampu membangun jaringan dinegeri ini yang mengusik keamanan dalam negeri kita.

Lazim didengar bahwa terorisme muncul dari lingkungan yang miskin, ortodoks dan keputusasaan. Tetapi apakah Noordin seorang yang miskin? Ia bisa melanglang-buana kemana-mana, membangun jaringan dan membuat bom tentunya memiliki dukungan dana yang kuat. Apakah ia seorang ortodoks? Sangat tergantung pengertian ortodoks itu sendiri, kalau itu diartikan sebagai sikap tidak bisa menerima pembaharuan dan perbedaan sangat mungkin ia demikian. Apakah ia seorang putus-asa sehingga memilih jalan kekerasan untuk mewujudkan keinginannya? Ini memerlukan jawaban lebih lanjut dan analisa yang mendalam. Namun, yang jelas ia dan jaringannya telah mencabik-cabik rasa kemanusiaan kita. Tentunya kita sangat berharap aparat kemananan segera dapat mengatasi hal ini dan menemukan otak dibalik aksi-aksi terorisme dinegeri ini.

Kita pun sangat berharap bahwa aksi-aksi terorisme ini jangan sampai menimbulkan stigmanisasi pada kelompok agama tertentu. Karena tidak ada satu pun agama yang membenarkan aksi kekerasan apalagi yang sampai menimbulkan korban jiwa. Termasuk jangan terjebak untuk memojokkan lembaga pendidikan tertentu seperti pasantren, karena sesunguhnya pendidikan di pasantren itu mengajarkan kemuliaan bukan kekerasan dan kebencian. Kita dapat mengatakan bahwa itu adalah ulah oknum tertentu yang mungkin telah dicuci otaknya dan dicabut nurani kemanusiaan dari dalam hatinya.

Dalam situasi seperti inilah kita perlu merapatkan barisan sesama anak bangsa. Memadukan semua potensi untuk melindungi keamanan negeri ini. Proses demokrasi, penegakkan hukum dan peningkatan kesejahteraan diyakini mampu mencegah aksi-aksi terorisme lebih lanjut. Disamping itu kita pun meyakini peran para tokoh agama untuk menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan dan mempromosikan kedamaian serta jalan kemanusiaan untuk menghargai keperbedaan yang ada. Sikap ini dapat membantu menciptakan suasana yang lebih baik sekaligus sebagai counter-attack terhadap aksi-aksi kekerasan.

Saat ini kita sedang menyongsong Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-64. Presiden SBY telah menyampaikan Pidatonya dihadapan DPR. Satu hal yang menarik dari pidato tersebut adalah sikap optimisme terutama dengan menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2025. Untuk itu menurut Presiden perlu dilakukan Reformasi Kedua. Reformasi gelombang kedua hakikatnya adalah untuk membebaskan Indonesia dari dampak dan ekor krisis yang terjadi 10 tahun yang lalu. Kemudian pada tahun 2025 negara kita berada dalam fase untuk benar-benar bergerak menuju negara maju, ujar Presiden.

Untuk mencapai kemajuan pada tahun 2025 tersebut menurut Presiden ada 10 sasaran utama yang ingin dituju, yaitu :

1. Persatuan dan harmoni sosial yang kokoh.
2. Stabilitas nasional yang semakin mantap.
3. Penguatan demokrasi dan keterbukaan dalam penyelenggaraan negara.
4. Penegakan hukum dan ketertiban secara konsisten dan berkeadilan.
5. Pertumbuhan ekonomi yang terus dijaga dan ditingkatkan.
6. Peningkatan kesejahteraan rakyat.
7. Tata kelola pemerintahan yang baik dan pemberantasan korupsi yang efektif.
8. Perlindungan lingkungan hidup.
9. Pembangunan daerah diseluruh tanah air yang berjalan intensif.
10. Pengembangan kemitraan dan kerjasama global.

Kesepuluh hal tersebut diatas tampak baik. Namun, menurut penulis ada tiga hal yang perlu diprioritaskan pula apabila kita ingin menjadi negara maju pada tahun 2025, yaitu Pendidikan, Kebudayaan dan Teknologi. Penulis tidak ingin berpretensi bahwa ketiga hal tersebut luput dari perhatian Presiden, mudah-mudahan sudah terangkum pada 10 aspek yang ada tersebut atau bagian pidato yang lainnya. Namun, ketiga hal tersebut sangat penting untuk dibahas secara khusus mengingat begitu besar dampaknya terhadap kejayaan suatu bangsa.

Kunci kemajuan suatu bangsa adalah pada SDM-nya, kunci pembangunan SDM adalah pada pendidikan. Kemudian budaya mencerminkan jati diri bangsa. SDM yang cerdas karena pendidikan perlu dimantapkan budayanya agar dapat memberikan roh bagi spirit membangun bangsa sesuai dengan jati diri budaya bangsa. Teknologi jelas sangat penting untuk mendukung daya saing suatu bangsa. Negara-negara maju sesungguhnya adalah negara yang memiliki dan menerapkan teknologi yang handal.

Mudah-mudahan ketiga hal tersebut diatas : Pendidikan - Kebudayaan - Teknologi , mendapat tempat yang khusus pula dalam prioritas kerja kabinet mendatang, sehingga cita-cita untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 akan tercapai. Semoga.

Selasa, 11 Agustus 2009

BISAKAH KITA BERPIKIR?

Tulisan ini diilhami oleh oleh sebuah buku yang ditulis Kishore Mahbubani yang berjudul "Bisakah Orang Asia Berpikir?" Memang judul buku ini terkesan satire, tetapi ini justru dapat memprovokasi sikap mental bangsa-bangsa di Asia untuk merenungi makna yang terkandung didalam judul tersebut. Termasuk tentunya bangsa Indonesia hendaknya mengajukan pertanyaan serupa "Bisakah Orang Indonesia Berpikir?"

Seorang Profesor dari Universitas Waseda Jepang - Profesor Toshiko Kinoshita - mengatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak pernah berpikir panjang. Menurutnya masyarakat Indonesia hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berpikir panjang (terutama untuk negara).

Kedua pendapat diatas menunjukkan pandangan tentang perilaku masyarakat bangsa kita. Ini merupakan gejalan hedonis untuk mencari kesenangan semata-mata yang hanya bersifat jangka pendek dan egocentris, hanya menguntungkan diri sendiri.

Apakah perilaku koruptif yang sudah sedemikian mewabah dinegeri ini merupakan refleksi dari pemikiran diatas? Kemudian kasus teror bom mengindikasikan ketidakmampuan berpikir jangka panjang? Selanjutnya konflik-konflik yang terjadi selama ini apakah bersifat sosial, politis maupun ekonomi adalah gambaran dari perilaku tersebut?

Jika ditinjau dari segi sosi-kultur, jelas umumnya masyarakat kita bersifat paternalistik. Artinya, unsur keteladan disini sangat penting. Jadi permasalahan bangsa yang muncul merupakan refleksi dari perilaku pemimpin yang tidak tepat. Seorang pemimpin yang mestinya mampu berperan sebagai role-model tampak mengalami erosi keteladanan, tidak mampu digugu dan ditiru.

Jadi judul tulisan ini "Bisakah Kita Berpikir" jika dikristalisasi menjadi "Bisakah Pemimpin Kita Berpikir?" Lihatlah kasus Pemilu yang baru berlangsung. Saat pelaksanaan Pemilu berjalan tertin. Rakyat berbondong-bondong menuju TPS dengan wajah ceria, Kemudian melakukan pemilihan dengan mencontreng sesuai dengan tuntunan hati dan pikirannya masing-masing. Namun, setelah Pemilu usai kita saksikan bersama sekarang apa yang terjadi? Jadi sesungguhnya rakyat kita sudah arif bijaksana dan mendambakan suasana damai. Tentunya seluruh rakyat sangat berharap agar semua pemimpin juga dapat bersikap arif dan bijaksana.

Masalah berpikir tidak hanya menyangkut persoalan rasio semata, tidak sekedar masalah logika dan dialektika atau tidak sekedar tesa-sintesa-antitesa. Berpikir menunjukkan keluhuran budi manusia yang membuatnya berbeda dengan makhluk lainnya. Berpikir menunjukkan perenungan yang mendalam, proses kontemplasi yang masif dan menyatukan seluruh potensi manusia yang dimiliki.

Berpikir menandakan manusia sebagai makhluk beradab sebagai penompang penting untuk menjalankan tugas kekhalifahannya dimuka bumi. Jadi berpikir adalah bagian yang bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Berpikir laksana pelita yang menuntun kita berjalan dalam kegelapan.

Tapi apakah kita bisa berpikir? Terlebih-lebih apakah para pemimpin kita bisa berpikir, jawabannya bukan pada kata-kata, juga bukan pada janji-janji, tetapi tindakan nyatalah yang menjadi ukurannya. Berpikir tentunya untuk bangsa dan terlihat pada tindakan yang mengutamakan kepentingan bangsa.

Kita tentu akan menyanggah sekeras-kerasnya pandangan dari Kishore Mahbubani dan Profesor Toshiko Kinoshita. Atau mungkin mereka yang benar?

Jumat, 07 Agustus 2009

MENGENANG W.S. RENDRA

Mengiringi kepergian Tokoh Sastra dan Budaya, ingatkan kembali kenangan akan sajaknya :

SAJAK SEORANG TUA UNTUK ISTRINYA (WS. RENDRA, 1970)

Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
Bekerja membalik tanah
Memasuki rahasia langit dan samoedra
Serta mencipta dan mengukir dunia

Kita menyandang tugas
Kerna tugas adalah tugas
Bukannya demi sorga atau neraka tetapi demi kehormatan seorang manusia
Kerna sesungguhnya kita bukan debu
Meskipun kita telah reyot, tua renta dan kelabu

Kata dalah kepribadian

Dan harga kita adalah kehormatan kita
Tolehlah lagi kebelakang
Ke masa silam yang tak seorang pun kuasa menghapusnya ………………..

Gejolak bara hati Rendra terukir erat dalam bait-bait sajak-sajat diatas, yang menunjukkan kemauan keras, kekuatan mengarungi hidup dan menjunjung tinggi martabat diri.

Si Burung Merak yang lahir di Solo pada 7 November 1935 telah berpulang ke kekasih hati abadinya Sang Maha Pencipta pada malam Jumat pukul 22.10 tanggal 6 Agustus 2009 di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading.

Ia adalah sosok yang mengharu biru dunia sastra, budaya dan teater Indonesia. Hidup penuh dinamika dengan semangat tinggi dan bara api untuk melawan tirani.

Ia adalah pahlawan tanpa senjata, menyodorkan kata dan pena untuk menghantam kesewena-wenaan.

Suara dan sorot matanya menyalang meruntuhkan keangkuhan kekuasaan. Ia buat sastra dan budaya lebih bernyali dibandingkan ribuan meriam.

Selamat jalan Bung Pemberani berhati suci …… bersemayamlah dengan damai ditaman keabadian nun jauh disana dalam rangkulan kasih Sang Rabbi ………………

Kamis, 06 Agustus 2009

KREATIVITAS

Kreativitas adalah suatu perilaku yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan. Berbagai permasalahan yang kita hadapi dewasa ini tidak bisa diselesaikan dengan sekedar hanya mengandalkan cara-cara konvensional. Diperlukan cara-cara baru, beragam alternatif bahkan cara-cara yang bersifat teroboson.

Namun, apa itu sesungguhnya yang dimaksud dengan kreatif sebagai kata dasar kreativitas? Banyak definisi yang membahas apa itu kreatif. Diantaranya James Drever menyebutkan bahwa kreatif adalah suatu usaha untuk membuat sesuatu yang baru, konstruktif dan imajinatif. Adanya suatu kombinasi yang baru dari ide-ide atau gambaran yang dibuat atas inisiatif diri sendiri.

Stephen P. Robbins menyebut kreatif sebagai “the ability to combine ideas in a unique way or to make unusual associations between ideas.”

Menurut penulis, kreatif adalah suatu tindakan baru yang berbeda dari umum yang dilakukan orang lain dan mampu menyelesaikan suatu permasalahan atau memberikan manfaat lebih dari biasanya. Kreatif memerlukan kemauan, kejelian dan keberanian.

Menurut suatu penelitian yang pernah disampaikan oleh seorang Profesor bidang Psikologi Pendidikan untuk kreatif tidak diperlukan suatu kejeniusan. Namun, setidaknya kreativitas memerlukan kecerdasan setidak-tidaknya rata-rata. Artinya dengan kecerdasan rata-rata saja seseorang dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat kreatif dan menurut penulis hal tersebut memerlukan kemauan, kejelian dan keberanian.

Contoh-contoh sikap kreatif adalah seperti ide untuk menempatkan cermin di lift agar orang tidak bosan untuk berada di lift. Ide ini berasal dari pemikiran bahwa orang senang mengamati dirinya sendiri dengan melihat cermin sehingga waktu dilift tidak membuat dirinya bosan.

Atau sebuah ide untuk menemukan alat tulis yang bisa digunakan diruang angkasa yang nota bene tanpa gravitasi. Tanpa harus memerlukan penelitian yang rumit atau pemikiran yang jenius, seseorang mengusulkan untuk menggunakan pinsil saja dan pinsil memang dapat digunakan untuk menulis dalam ruang tanpa gravitasi, sedangkan alat tulis lain seperti pulpen, spidol tidak bisa digunakan untuk menulis diruang tanpa gravitasi

Contoh lain adalah seorang pimpinan pabrik mengamati banyaknya bungkusan yang kosong tanpa isi yang terlewat sampai dengan akhir tanpa dapat dideteksi oleh peralatan pabrik yang ada. Pimpinan pabrik bingung bagaimana untuk mengatasi hal tersebut, apakah diperlukan investasi untuk membeli peralatan baru yang mahal? Ternyata solusinya tidak mahal. Seorang karyawan cleaning service dengan pendidikan rendah (dan ia juga bukan orang yang jenius) menemukan gagasan untuk menempatkan kipas angin diujung peralatan sortir. Dengan hembusan kipas angin bungkusan yang kosong akan tertiup dan jatuh sedangkan bungkusan berisi dapat terus berjalan melewati peralatan sortir. Cara ini cukup sederhana untuk mencegah lolosnya bungkusan yang kosong. Murah dan efektif. Inilah esensi lain dari kreativitas.

Kreativitas ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain kemauan, kejelian dan keberanian, kreativitas juga memerlukan dukungan lingkungan. Iklim yang kondusif, keterbukaan dan kerjasama mempermudah munculnya gagasan yang kreatif. Sikap untuk menghargai semua gagasan dan pemikiran serta memberikan kesempatan orang untuk mengemukakan sesuatu diperlukan untuk munculnya sebuah kreativitas.

Contoh berikutnya adalah saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Pemimpin Besar dari Asia-Afrika muncul seperti Nehru, Nkrumah, Gamal Abdul Nasser, Unu dan sebagainya, tentu saja tidak ketinggalan Bung Karno sebagai tuan rumah. Pidato-pidato berlangsung panas tidak jarang diantaranya saling serang antar pemimpin tersebut atau terjadinya perbedaan pendapat diantara pemimpin dalam menyikapi kolonialisme dan dominasi Barat saat itu. Bung Karno berpikir keras bagaimana nantinya agar pidato yang ia sampaikan dapat diterima oleh semua Pemimpin Besar Asia Afrika yang hadir dikonferensi tersebut. Bung Karno kemudian menemukan cara kreatif. Beberapa saat sebelum memulai pidato Bung Karno berkeliling menemui para pemimpin besar yang hadir dan membisiki sesuatu. Setiap pemimpin besar yang didatangi dan dibisiki sesuatu oleh Bung Karno selalu mengangguk-angguk dan para pemimpin serta peserta konferensi lainnya mengamati dan melihat bagaimana para pemimpin itu mengangguk-angguk yang mengindikasikan adanya persetujuan terhadap Bung Karno. Kemudian setelah itu tibalah giliran Bung Karno berpidato, semua pemimpin dan peserta yang hadir memberikan dukungan yang luar biasa (mendukung diantaranya karena melihat sebelumnya para pemimpin yang didatangi dan dibisiki Bung Karno tampak manggut-manggut sehinggat diasumsikan semua mereka mendukung Bung Karno). Pertanyaannya apakah yang dibisiki Bung Karno? Ternyata Bung Karno mengundang para pemimpin besar tersebut untuk menghadiri undangan makan malam sambil menyaksikan pertunjukan kesenian dan budaya Indonesia, tentu saja para pemimpin tersebut menyetujui tawaran yang menarik itu. Bukankah ini cara yang kreatif untuk memperoleh dukungan orang lain? Dan Bung Karno sukses melakukannya. Kebetulan Bung Karno selain kreatif dikenal cerdas pula.

Sebuah penelitian sederhana dapat dilakukan dengan membandingkan antara dua kelompok, kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan batas waktu tertentu. Hal yang membedakan adalah Kelompok A diberikan instruksi agar semua anggota menyampaikan pendapat dan tidak ada yang saling mengkritik, semua peserta harus saling melengkapi dan memperkaya ide yang ada. Kelompok B dinstruksikan agar setiap orang harus kritis terhadap anggota kelompok lainnya, setiap orang diinstruksikan untuk mendebat pendapat lainnya. Ternyata hasilnya Kelompok A lebih banyak menghasilkan ide-ide kreatif dibandingkan dengan kelompok B. Anda bisa mencoba hal ini secara sederhana dalam lingkungan anda sehari-hari. Okay selamat mencoba dan semoga kreatif.