Selasa, 15 Juni 2010

MASIH MIRIP ARIEL, LUNA, CUT TARI

Fenomena sosial yang menyeruak belakangan ini dan bahkan sudah menjadi realita, yaitu kasus video mesum mirip artis Ariel, Luna dan Cut Tari masih terus mencuri perhatian kita ditengah-tengah pesta pertandingan sepak bola dunia di Afrika Selatan. Fenomena atau realita ini menarik. Disebutkan video tersebut mirip karena 99% mirip dengan artis dimaksud, luar biasa kemiripannya tetapi tetap kita belum dapat memastikannya. Inilah kekuatan dari asas praduga tidak bersalah. Dari segi hukum setiap orang harus dilindungi sebelum keputusan pengadilan tetap mengatakan yang bersangkutan bersalah.

Todung Mulya Lubis dalam twitter menyebutkan bahwa kasus video ini pun sempat diangkat dalam pemberitaan di The New York Times. Sangat jarang orang Indonesia memperoleh pemberitaan di media tersebut, namun kasus video ini dianggap sangat bernilai (bernilai mesum tentunya) untuk diberitakan di The New York Times. Sayang pada saat media tersebut memberitakan tentang orang Indonesia maka yang diambil adalah kasus video mesum tersebut. Jadi harus banggakah kita atau mengurut dada dengan pemberitaan di media ternama itu?

Memang dalam dunia jurnalistik berlaku jargon "the bad news is the good news." Berita-berita yang buruk, mengiris hati, provokatif sering justru menjadi berita yang dikejar-kejar. Semakin kontroversial sebuah berita semakin menarik untuk dicermati. Lalu berita mirip Ariel kontroversial-kah? Seorang teman memprotes, kebenarannya mendekati 99% kok dianggap kontroversial? Jika 50-50 atau so-so layaklah disebut kontroversial. Atau jumlah pro dan kontra relatif sama bisalah disebut kontroversial. Jadi tentang berita mirip artis ini bagaimana kita memposisikannya? Mungkin dari segi opini bahwa ini masalah privat atau publik bisa jadi disebut kontroversial, tetapi dari segi pemberitaan jelas ini sangat spesial.

Sebetulnya kita harus lebih kuatir dengan daya sensitivitas masyarakat kita terhadap hal-hal yang dianggap tabu. Bayangkan kepingan CD video tersebut dijual dengan harga Rp.10.000,- atau hanya seharga 1 US Dollar lebih beberapa sen, hanya sekedar recehan bagi orang tertentu, dengan harga yang sangat-sangat terjangkau, setiap kalangan bisa menyaksikan adegan syur tersebut. Adegan mirip artis katanya, kemiripan yang 99% luar biasa memang, bahkan orang kembar pun belum tentu mirip 99%. Jadi memang mirip atau .....? Ingat-ingat asas praduga tak bersalah.

Kembali ke daya sensitivitas kita terhadap sesuatu yang dianggap tabu dikaitkan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku. Tampaknya kita semakin bebal terhadap hal-hal seperti tersebut. Bahkan dikalangan tertentu hal itu dianggap biasa dan kalau sampai sebuah rekaman hubungan yang sangat privat tersebut tersebar, maka dianggap sebagai kesialan saja, bukan malapetaka yang luar biasa amat.

Tetapi reaksi yang masih sensitif terlihat pada sejumlah pejabat (atau pura-pura sensitif, ahh jangan berburuk sangka). Sejumlah pejabat bereaksi keras, bahkan sejumlah pejabat daerah tertentu menetapkan larangan bagi ketiga orang mirip artis tersebut untuk tampil di wilayah kekuasaannya. Sangat dan sangat sensitif tetapi sebetulnya ada positifnya juga untuk memberikan shock therapy bagi yang lainnya agar jangan ikut-ikutan berperilaku edan seperti itu.

Hal yang sangat mengkuatirkan juga apabila ada sejumlah orang yang mungkin bisa jadi mirip dengan ketiga orang mirip artis tersebut. Mirip dengan orang yang mirip artis, sedikit membingungkan ya. Katakan saja mirip artis tersebut. Jika sebelumnya mereka bisa berbangga hati karena mirip artis, mungkin berharap juga keberuntungannya mirip artis, nah mungkin sekarang ketar-ketir untuk tampil diruang publik, bisa-bisa dikejar-kejar orang sekampung, atau bahkan dikejar-kejar media untuk diwawancarai. Bisa ketiban sial atau ketiban pulung.

Saat menyimak sebuah harian yang memberitakan razia hp dikalangan pelajar, pada sejumlah hp ditemukan rekaman adegan mirip artis tersebut, hati kita sungguh miris. Bayangkan pelajar yang berusia belia telah menikmati adegan dewasa yang belum pantas ia saksikan. Bahkan mereka menganggap sebagai sesuatu yang biasa. Jika pelajar-pelajar yang menganggap adegan tersebut sebagai sesuatu yang biasa, bisa dibayangkan bagaimana jika suatu saat mereka menjadi pejabat di negeri ini. Apakah mereka akan bersikap sama dengan pejabat sekarang yang melarang ketiga orang artis itu tampil di wilayahnya. Jangan-jangan si pelajar tadi malah mengundangnya untuk memberikan testimoni. Jangan-jangan betul kata orang tua kita dunia sudah mendekati kiamat.

Kalau sampai kiamat bagaimana ya? padahal Obama belum datang (lho apa hubungannya dengan Obama). Yang jelas Partai Keadilan Sosial (PKS) akan melaksanakan hajatan Musyawarah Nasional PKS pada tanggal 16-20 Juni 2010. Hebatnya pada musyawarah kali ini PKS akan mengundang Duta Besar Amerika Cameron R. Hume untuk menjadi salah satu pembicara. Hebatnya lagi didalam musyawarah ini dilakukan lomba bagi anak-anak untuk membuat surat bagi Obama, dan kita tidak tahu persis apakah ada agenda untuk membahas adegan video porno mirip artis (lagi-lagi, lho apa hubungannya). Hal yang perlu diketahui pula bahwa hajatan ini di lakukan di hotel mewah, Ritz Carlton Hotel ..... wah wah wah .........

Tapi, anyway kita ucapkan selamat bagi PKS yang akan melaksanakan Musyawarah Nasional, mudah-mudahan sukses, siapa tahu bisa jadi modal kemenangan di tahun 2014 dan saat menang nanti tidak diobok-obok oleh kekuatan adidaya tersebut, khan sekarang sudah mulai bersahabat he he he

Tidak ada komentar: