Senin, 28 Juni 2010

DISINTEGRITAS KEPRIBADIAN

Disintegrasi kepribadian adalah salah satu permasalahan psikologi yang cukup pelik. Hal ini mengingat persoalan disintegrasi kepribadian berada dalam rentangan yang cukup luas dari titik paling normal sampai dengan titik paling abnormal dalam rentang kepribadian individu.

Artinya, dalam pengamatan awam seseorang dapat dianggap normal, namun dalam penelaahan psikologis bisa jadi kepribadian yang bersangkutan mengalami disintegritas. Kondisi abnormalitas psikologis dapat muncul dalam perilaku abnormal, namun dapat pula perilaku yang bersangkutan keliatan wajar-wajar saja. Perilaku secara overt atau terbuka terkadang tidak menunjukkan gejala abnormalitas, namun perilaku tersembunyi dapat mengandung ketidakwajaran psikologis.

Sebagaimana diketahui kepribadian mengandung semua unsur yang menyangkut aspek intelektualitas, emosionalitas, sosiabilitas dan sikap kerja. Ketidaksepadanan didalam masing-masing aspek tersebut atau ketidaksepadanan diantara aspek tersebut dapat menimbulkan disintegritas kepribadian. Atau dapat juga terjadi gabungan keseluruhan aspek-aspek tersebut mengalami kesenjangan dengan realitas yang ada, sehingga selain ketidaksepadanan juga bisa terjadi ketidaksambungan antara kondisi kepribadian dengan realitas yang ada.

Gejala disintegritas kepribadian ini dapat terjadi dalam berbagai kalangan dan strata masyarakat, terutama akan sangat parah apabila terjadi pada level pemimpim. Disintegritas kepribadian yang terjadi pada level pemimpin akan memberikan efek destruktif yang besar kepada masyarakat bahkan bisa memberikan kehancuran bagi suatu bangsa ataupun dunia. Kita dapat berkaca pada kasus disintegritas kepribadian yang dicontohkan oleh pemimpin-pemimpin yang membuat kehancuran seperti Kaisar Nero, Firaun, Hitler, Idi Amin, Polpot dan sebagainya.

Selain disintegritas kepribadian yang menimpa para pemimpin bangsa, disintegritas dapat pula terjadi level pimpinan organisasi, korporat maupun suatu komunitas. Namun, tidak jarang pula pemimpin seperti ini memiliki pengikut yang banyak, yang barangkali dalam skala tertentu mengalami disintegritas kepribadian pula. Antara pemimpin dan pengikut seperti ini terjadi kondisi yang saling kuat-menguatkan dan menguntungkan keduanya (simbiose mutualisme).

Jika disintegritas kepribadian yang muncul dalam bentuk perilaku terbuka atau overt mudah dikenali, diantisispasi dan dikendalikan. Namun yang sulit adalah disintegritas kepribadian yang bersifat tersembunyi dan tidak jarang sipenderita menampilkan perilaku yang normal sehingga dianggap biasa saja. Disintegritas kepribadian tersembunyi ini justru jauh lebih membahayakan, apalagi individu tidak merasa bermasalah dan lingkunganpun mendukung perilakunya. Biasanya kesadaran terjadi justru pada saat permasalahan besar atau kehancuran sudah terjadi.

Saat ini kita sudah melihat kesadaran untuk meneliti kesehatan mental dan kepribadian seorang calon pemimpin. Pemeriksaan psikologis cukup penting sebagai saringan untuk memilih pemimpin yang sehat secara mental dan kepribadiaannya terintegrasi secara baik. Peran para ahli kepribadian seperti Psikolog sangat dibutuhkan untuk meneliti tentang kesehatan mental dan kepribadian seorang calon pemimpin. Rekomendasi mereka dibutuhkan untuk bahan pertimbangan agar nantinya terpilih pemimpin yang sehat, baik sehat secara fisik, intelektual maupun mental.

Tidak ada komentar: