Jumat, 31 Desember 2010

EVALUASI DIRI & MENYAMBUT KEHIDUPAN BARU

Tidak terasa tinggal satu hari lagi kita menikmati tahun 2010, dalam hitungan beberapa jam kedepan kita akan memasuki tahun 2011. Apa yang kita lakukan, alami dan lewati, apakah itu sebuah kegagalan atau kesuksesan atau bahkan tidak berbuat apa-apa telah menjadi bagian kehidupan yang mengisi sejarah hidup kita.

Berpikir tentang masa lalu sesungguhnya juga merupakan bagian yang penting untuk merancang masa depan. Uniknya, masa lalu tidak dapat diputar kembali seperti kaset atau CD. Waktu terus berjalan kedepan, entahlah jika suatu saat ditemukan time tunnel machine kita mungkin akan dapat bergerak ke masa lalu.

Hal terpenting dalam membicarakan waktu adalah pengalaman kita mengisi ruang-ruang diantaranya. Pengalaman tersebut bisa berupa kontribusi, aktivitas positif atau negatif, peran apresiatif atau destruktif bahkan bisa pula kita seorang yang a nothing person. Begitu waktu itu terlewati maka seluruh hal tadi menjadi catatan hidup yang tidak mungkin terhapus begitu saja, ia akan mewarnai, mempengaruhi dan memandu jalan kehidupan kita berikutnya.

John Henry Newman seorang theologist mengatakan "to live is to change, and to be perfect is to have changed often." Hidup yang baik itu memerlukan perubahan dan untuk semakin sempurna maka kita pun harus sering berubah. Pertanyaannya sejauh mana kita telah melakukan perubahan di tahun 2010? dan perubahan apa yang akan kita lakukan pada tahun 2011?

Johann Wolfgang von Goethe seorang pengarang Jerman menegaskan dengan mengatakan "we must always change, renew, rejuvenate ourselves; otherwise we harden." Wolfgang menegaskan kita harus berubah memperbaharui diri terus menerus jika tidak maka kita akan beku dan mati. Perubahan dan pembaharuan adalah kata kunci disini. Kemajuan hanya didapat melalui perubahan dan pembaharuan.

Dalam melakukan evaluasi diri maka ketiga hal tersebut menjadi kunci penilaian diri kita di tahun 2010. Yaitu apa yang berubah dalam diri kita, apa yang sudah kita perbaharui dan kemajuan apa yang sudah kita peroleh. Demikian pula untuk menyambut kehidupan baru di tahun 2011 apa yang kita ubah, apa yang ingin kita perbaharui dan kemajuan apa yang ingin kita capai.

Seorang pemuda yang baru menyelesaikan pendidikan tingginya melihat pada tahun 2010 ia telah berubah dari seorang mahasiswa menjadi sarjana, kompetensinya telah diperbaharui dan ia pun mengalami kemajuan dengan menguasai suatu disiplin ilmu tertentu. Kemudian ia merencanakan pada tahun 2011 untuk berubah menjadi sosok yang lebih mandiri, ia ingin menambah suatu kompetensi dengan mengikuti pelatihan tertentu dan ia ingin mendapat kemajuan dengan menjadi karyawan di salah satu perusaahaan terkemuka. Secara sederhana pemuda ini telah melakukan evaluasi diri dan merencanakan kehidupannya di tahun 2011.

Evaluasi dan perencanaan ini tidak hanya dapat dilakukan secara pribadi, hal inipun dapat dilakukan dalam keluarga, korporat, masyarakat dan bangsa/negara. Keluarga pun dapat melakukan evaluasi diri dengan berdiskusi bersama anggota keluarga untuk melihat pencapaian apa yang telah terjadi pada 2010 dan apa yang ingin diraih pada tahun 2011. Demikian pula dengan bangsa dan negara yang tentunya tanggung jawab utama ada di penyelenggara pemerintahan untuk mengevaluasi pencapaian apa yang telah diraih di tahun 2010 dan apa yang ingin diraih pada tahun 2011.

Beberapa pertanyaan dapat kita ajukan untuk mengevaluasi dan menyambut kehidupan baru :

1. Identifikasi perubahan, pembaharuan dan kemajuan apa yang telah kita capai di tahun 2010 dan bagaimana pada tahun 2011?
2. Menurut kita apakah pencapaian 2010 lebih baik atau tidak dibandingkan dengan 2009 dan analisa sebab-sebabnya.
3. Jika ada hal yang dianggap gagal maka kita harus memeriksa apakah tujuannya realistis? apakah metodanya tepat? apakah sumber dayanya mencukupi? atau ada hal -hal yang bersifat force mejeur? Dan bagaimana cara kita mengatasinya pada tahun 2011?
4. Jika 2010 kita anggap berhasif identifikasi faktor apa yang sangat berperan terhadap keberhasilan tersebut. Hal ini akan manfaat untuk mengulangi kesuksesan di tahun 2011. Meskipun demikian kita harus menyadari mungkin saja berkembang dinamika baru yang sifatnya berbeda antara satu tahun dengan tahun lainnya.
5. Jangan lupa untuk melakukan komparasi, benchmark antar individu, organisasi atau lembaga untuk melihat kita berada di posisi mana, agar kita dapat membuat perencanaan yang lebih kompetitif di tahun 2011.

Tentu sebagai makhluk Tuhan kita pun harus senantiasa bersyukur terhadap apa pun yang telah kita capai. Namun, disamping itu untuk meraih sesuatu yang lebih baik kita pun jangan cepat berpuas diri. Kita harus senantiasa tumbuh dan berkembang agar eksistensi kita lebih bermakna dalam kehidupan ini.

Menutup tulisan ini, sebuah pepatah dari bangsa Palestina layak kita renungi, sebagai berikut :

"who is not satisfied with himself will grow; who is not so sure of his own correctnes will learn many things."

SELAMAT TAHUN BARU 2011 SEMOGA KESUKSESAN SENANTIASA MENYERTAI KITA SEKALIAN .....



Minggu, 28 November 2010

HUMAN CAPITAL

Human Capital will go where it is wanted ....
and it will stay where it is well treated.
It cannot be driven: it can only be attracted.

(Walter Wriston - Former Chairman Citicorp/Citibank)

Minggu, 21 November 2010

ANALISA TRAFIK BLOG HABAHATE

Dalam kurun waktu 3 tahun peluncurannya blog Habahate telah dikunjungi oleh 30.271 orang. Blog ini juga telah banyak membantu sejumlah orang baik pihak-pihak yang membutuhkan informasi tertentu atau mahasiswa yang sedang mengerjakan disertasi, tesis, skripsi atau membuat penelitian lainnya.

Beberapa komunikasi interaktif antara penulis dan pembaca terjadi, baik dalam bentuk konsultasi, bertukar pikiran bahkan konseling terlaksana berkat blog ini. Hal ini dilakukan memalui email, chatting dan sms kepada penulis.

Sampai dengan posisi 21 November urutan jumlah artikel yang paling banyak dibaca adalah sebagai berikut :

1. Apakah Sila ke-4 Pancasila masih dijadikan Pedoman : 503 pembaca.
2. Membuat Wawancara Terstruktur : 271 pembaca
3. Kepribadian Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) : 158 pembaca
4. Transformasi Organisasi : 148 pembaca
5. Perencanaan Karir : 101 pembaca
6. Pemetaan Karyawan dalam Perspektif Human Capital : 96 pembaca
7. Memahami dan menyehatkan Iklim kerja : 65 pembaca
8. Penggunaan Asosiasi Bebas untuk Memahami Kepribadian : 62 pembaca
9. Tugas Seorang Pemimpin : 52 pembaca
10. Manusia Makhluk Paling Perusak : 44 pembaca.

Jika mengamati jumlah artikel yang paling banyak dibaca, isu Pancasila tampaknya masih cukup menarik. Terutama dikaitkan dengan Sila ke-4 yang berbicara tentang demokrasi dalam konteks kerakyatan dan pemusyawaratan. Mengingat dalam kehidupan politik saat ini, pemilihan langsung terutama Pilkada sangat menguras energi, biaya, waktu terlebih-lebih banyaknya terjadi konflik yang disertai kekerasan dan berdampak pada disharmonisasi sosial. Dalam situasi seperti ini kita perlu menghayati kembali bagaimana pemaknaan terhadap Sila ke-4 tersebut dan tentunya bagaimana implementasi dalam sistem demokrasi.

Berikutnya artikel yang menarik adalah tentang figur Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memiliki tempat tersendiri dihati para pembaca blog Habahate. Tulisan tentang analisa kepribadiaannya cukup menarik untuk dibaca. Tidak heran SBY adalah figur penting saat ini sehingga mengundang pembaca untuk mengetahui sosoknya secara lebih mendalam terutama kepribadiannya. Kesuksesannya memenangkan Pemilihan Presiden menginspirasi banyak orang, sehingga perlu dipelajari bagaimana profil kepribadiannya sebagai sosok seorang yang sukses.

Selanjutnya yang menarik adalah topik-topik yang berkaitan dengan Manajemen SDM dan Psikologi cukup mewarnai artikel yang dipilih oleh para pembaca. Seperti Membuat Wawancara Terstruktur, Transformasi Organisasi dan Perencanaan Karir.

Penulis ingin sekali memperbaharui tulisan diblog ini setiap saat. Namun, keterbatasan waktu menjadi kendala. Sehingga tidak setiap hari artikel blog ini dapat diperbaharui. Mudah-mudahan ke depan blog ini senantiasa bermanfaat bagi pembaca. Untuk itu diperlukan masukan dan saran-saran konstruktif dari pembaca agar blog ini akan semakin meningkat kualitasnya dan sesuai dengan harapan kita semua.

BODY LANGUAGE


Hubungan antar manusia merupakan bagian yang terpenting dari kehidupan kita. Baik buruknya kita mejalani hidup ini sangat ditentukan bagaimana kita mampu membangun interaksi yang baik dengan sesama manusia. Pada saat berinteraksi umum diketahui bahwa faktor yang sangat berperan adalah komunikasi. Komunikasi disini meliputi seluruh aspeknya baik verbal, non verbal, isi, nada, sikap dan sebagainya.

Pada saat kita melakukan komunikasi tatap muka, menurut seorang ahli psikologi Judi James, kata-kata anda akan berdampak 7%, nada bicara 38% dan sisanya isyarat non verbal memiliki efek terbesar yaitu 55%. Jadi saat berinteraksi komunikasi memiliki peran yang besar, sedangkan dalam berkomunikasi faktor tubuh anda atau isyarat nonverbal mendominasi hasil dari sebuah interaksi. Faktor tubuh ini sering disebut dengan bahasa tubuh atau Body Language (BL).

Apa yang dimaksudkan dengan Body Language (BL)? Menurut Arthur S. Reber & Emily Reber BL adalah "the complex system whereby information about feelings and emotions is communicated through non-verbal channels involving gestures, body position, facial expressions and other paralinguistic devices."

Jadi pada saat anda berinteraksi dan berkomunikasi maka bahasa tubuh anda adalah faktor terpenting yang perlu diperhatikan agar mamupu membangun relasi yang baik dan menghasilkan apa yang diharapkan. Bahasa tubuh disini meliputi sebuah sistem yang kompleks tentang perasaan dan emosi, dimana hal ini disampaikan melalui isyarat non-vernal seperti gerakan, posisi tubuh, ekpresi wajah dan berbagai isyarat lain diluar bahasa verbal.

Banyak para pemimpin besar adalah seorang orator ulung dan juga berarti seorang komunikator ulung. Disamping kepandaian mereka menggunakan bahasa, memainkan nada bicara, maka faktor gerakan tubuh turut menentukan kualitas orasi dan komunikasi mereka.

Menurut Psikolog Judi James dalam bukunya Body Language agar bahasa tubuh harmonis dan dapat mendukung tujuan komunikasi secara efektif disarankan melakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu :

1. Fokus pada sasaran ketika anda berbicara.
2. Posisikan diri anda sebagai penerima pesan, jika anda yakin terhadap apa yang disampaikan maka tubuh anda akan menyesuaikan.
3. Hindari menggunakan gaya yang berlebihan.
4. Atur nafas dan kendorkan otot-otot tubuh sebelum berbicara.
5. Pahami bahwa gerak isyarat alami akan selalu muncul sepersekian detik lebih dulu sebelum kata-kata anda keluar.

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi tidak ada salahnya mencoba merekam suara anda. Amati bagaimana naik turunnya nada suara, tempo suara dan tekanan-tekanan suara. Apakah sudah terdengar serasi atau perlu diperbaiki. Demikian pula berlatih berbicara didepan cermin dapat memberikan umpan balik terhadap harmonisasi gerakan tubuh anda saat berbicara. Selain itu dapat juga meminta bantuan orang lain untuk memberikan masukan tentang gaya anda berbicara. Jika diperlukan tidak ada salahnya meminta bantuan para ahli untuk meningkatkan kualitas komunikasi anda. Para Calon Presiden Amerika melakukan hal ini, anda pun bisa melakukannya tanpa perlu harus menjadi Calon Presiden Amerika tentunya.

Minggu, 14 November 2010

EMPLOYEE ENGAGEMENT


Pada akhir Oktober 2010 lalu penulis berkesempatan mengikuti Seminar Employee Engagement di Barcelona Spanyol. Seminar ini diselenggarakan oleh Teneo. Seminar diikuti oleh para profesional dan eksekutif bidang pengelolaan HR dari berbagai negara dan perusahaan.

Employee Engagement adalah salah satu isu terkini yang berkembang dalam pengelolaan SDM. Engagement sendiri merupakan kekuatan yang mengikat antara perusahaan dan karyawan baik secara emosional, rasional maupun motivasional yang mampu mendorong kinerja optimal individu sehingga membuat perusahaan mampu mencapai tujuannya memiliki keunggulan bersaing. Dalam pengertian lain employee engagement disebutkan sebagai suatu hubungan yang luas dan mendalam antara karyawan dengan perusahaan yang menghasilkan suatu kemauan yang kuat bagi karyawan untuk memberikan yang terbaik melebihi apa yang diharapkan agar perusahaannya sukses.

Definisi lain dari William H. Macey, Ph.D. (Valtera) mengatakan bahwa engagement adalah kesadaran dan kesediaan individu untuk memfokuskan seluruh energi, menunjukkan personal inisiatif, kemauan adaptasi, berusaha keras dan gigih untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Berdasarkan pemahaman diatas proses engagement diberbagai perusahaan berkembang secara dinamis dan secara umum yang tadinya bergerak dalam ranah transaksional menjadi transformational. Hal yang tadinya sekedar bersifat formal berubah menjadi sesuatu yang lebih membudaya. Untuk itu, suatu perusahaan hendaknya tidak hanya terbatas melaksanakan survey engagement tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengkaitkannya dengan budaya dan strategi perusahaan.

Organisasi yang cerdas seharusnya mampu menggerakkan konstruksi dasar engagement kearah yang lebih fokus untuk secara nyata mendorong meningkatnya kinerja perusahaan. Kunci dari hal ini adalah kemampuan para pengelola perusahaan (manager) menggerakkan orang-orangnya agar mampu berkontribusi secara maksimal melalui kesadaran yang dibangun dari proses engagement management. Karyawan secara sadar dan rela memberikan yang terbaik dari yang dimilikinya untuk mendukung keberhasilan perusahaan merupakan kunci dari engagement yang berhasil. Kajian terkini terkait dengan Employee Engagement meliputi topik-topik sebagai berikut:

1. The journey from transactional to transformational engagement.

Proses dari transaksional menuju transformational engagement merupakan suatu perjalanan yang membutuhkan penyesuaian yang terus menerus dari perusahaan terhadap berbagai perkembangan baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Hay Group sebagai sebuah perusahaan konsultan ternama mencoba mengkaji hal ini secara menerus dengan mengamati perkembangan yang terjadi diberbagai perusahaan.

2. Engaging for success: The MacLeod review and after.

Kajian tentang bagaimana engagement dapat mendorong kesuksesan organisasi yang diteliti oleh David Macleod dan Nita Clarke di Pemerintahan Inggris pada tahun 2009. Studi ini mengamati secara komprehensif tentang manfaat employee engagement terhadap organisasi dan individu. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara engagement dengan produktivitas. Produktivitas merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung kesuksesan organisasi.

Selain itu dengan memiliki transformasi yang potensial, perusahaan dan karyawan harus bekerjasama, sehingga perusahaan harus menempatkan karyawan yang mempunyai komitmen tinggi dijantung perusahaan (posisi yang strategis), maka akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Salah satu caranya dengan membangun hubungan yang harmonis antara perusahaan dan karyawan, Respek antara keduanya merupakan jantung (inti) dari keberhasilan dalam menghadapi competitive advantage.

3. From absence to attendance in Royal Mail.
Kemangkiran merupakan isu yang penting dan membuat kinerja organisasi menurun. Kemangkiran ditengarai juga merupakan akibat lain dari lemahnya engagement. David Stephenson Group head of OD Royal Mail Group mencoba mengkaji hal ini. Menurutnya kunci utama mengatasi kemangkiran adalah dengan cara memberdayakan manager lini. Hasil dari mengatasi masalah ketidakhadiran karyawan ini mampu menghemat perusahaan secara sangat signifikan, di Royal Mail Gropu mampu menghemat sampai dengan 80 juta Pound Sterling.

Salah satu caranya adalah meraih perhatian karyawan, menolong dan mendukung karyawan serta mengarahkannya kearah yang lebih baik, demostrasikan bahwa perusahaan care terhadap karyawan.

4. Investors in vitality, in pursuit of vital workplaces.

Studi ini berkaitan dengan bagaimana memberdayakan lingkungan kerja agar karyawan merasa lebih nyaman sekaligus memiliki keterikatan yang tinggi dengan lingkungan kerjanya. Studi ini dilakukan di Unilever oleh Andy Iwaniec. Bekerja harus berfokus pada hasil. Untuk mendapatkan cara kerja yang baik perlu dilakukan penelitian disertai best practices. Hasil dari penelitian dan best practices ini digunakan untuk rencana pengembangan yang bertujuan memperbaiki metoda kerja secara lebih baik (improvement). Perlu memanfaatkan dan mengambil pelajaran dari data-data yang ada, kemudian keseluruhan data ini digunakan sebagai bahan umpan balik untuk meningkatkan kinerja (performance). Salah satu cara untuk improvement tersebut adalah dengan mendengar “voice of employees”.

5. People strategies to support corporate objectives.

Alex Merrylees dari Virgin Atlantic bersama dengan Steven Buck dari CLC Genesee menerapkan bagaimana strategi mengelola karyawan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Diperlukan pembentukan dan pelaksanaan strategi bagi karyawan yang baru, yang intinya adalah menyelaraskan seluruh potensi karyawan untuk memperkuat pencapaian visi perusahaan. Selain itu perusahaan dapat mengarahkan karyawan yang mempunyai potensi bagus, agar dapat mengambil tindakan yang tepat pada ujung tombak layanan.

6. The future of engagement : leveraging employee insights to drive performance.

Pada masa depan, kita hidup dalam dimensi waktu yang kompleks. Paradigma kerja baru muncul dan organisasi berubah untuk menyesuaikan kompetisi yang ada, perubahan regulator dan lingkungan bisnispun pada akhirnya mempengaruhi kebijakan perusahan. Inti pemaparan dari studi ini adalah bagaimana mengelola engagement dimasa depan. Hal ini dikaitkan dengan peran karyawan untuk mendukung secara prima peningkatan kinerja perusahaan. Kunci utamanya adalah pada peran Senior Leader, dimana perilaku Senior Leader akan berpengaruh penting terhadap level engagement karyawan.

Diharapkan para Senior Leader memahami bagaimana dampak perilaku mereka sendiri dapat mempengaruhi karyawan.

Agar perusahan dapat bertahan dimasa depan, salah satunya melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mempertahankan dan menarik karyawan yang terbaik
b. Menjaga karyawan yang memiliki talent
c. Memotivasi karyawan diatas dan berikan yang terbaik
d. Monitor tingkat kesejahteraan karyawan
e. Fasilitas dan benefit harus lebih unggul dari pasaran dan melebihi dari kompetitor, agar tidak mudah dibajak

7. Engagement through self managed leadership.

Self leadership berperan penting terhadap engagement. Bagaimana kita mengelola diri kita sendiri memiliki dampak terhadap level engagement. Self leadership merupakan hal penting untuk mendorong kekompakan diantara leader. Dan solidnya hubungan antara leader akan mampu menciptakan iklim kerja yang sehat, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap level engagement karyawan dan mampu mendorong kinerja organisasi secara signifikan.

8. Being engaged does not mean you have to be married : Engagement at Nokia.

Nokia telah mengimplementasikan Employee Engagement selama bertahun-tahun, ini adalah tentang inklusivitas dan dilakukan secara 2 arah: apa yang ada didalamnya bagi karyawan dan apa yang ada didalamnya bagi perusahaan.

Implementasi Engagement adalah bagian dari strategi untuk mengetahui orang dan dilakukan sensus setiap tahun dengan nama “Mendengarkan Anda” (kalau di Telkom survey satisfaction index atau survey Employee Engagement) untuk setiap karyawan diseluruh dunia.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan Engagement, karena Nokia meyakini dengan Engagement merupakan penggerak utama bisnisnya, melalui proses secara holistik dengan pengumpulan, berbagi, bertindak atas data Engagement dengan fokus pada frame tindakan dalam konteks bisnis, kemudian kembali mengukur. Selanjutnya, apabila berhasil, itu bertanda bekerja sangat baik, dengan harapan implementasi Engagement menjadi tetap dan untuk berlangsung lama.

9. Engagement Employees at Rio Tinto.

Dampak dari karyawan yang baik dalam mengukir keberhasilan suatu perusahaan, telah lama dimengerti di Rio Tinto, namun untuk mengkuantisir, mengukur dan mendorong Employee Engagement adalah pendekatan baru untuk organisasinya.

Dalam kajian ini John Bell memberikan menyampaikan bagaimana Rio Tinto telah menggunakan ukuran-ukuran untuk mengimplementasikan program Employee Engagement dan tantangan-tantangan yang dihadapi.

Salah satunya mengukur hubungan antara kinerja organisasi dan Employee Engagement, fokus pada yang sedikit dan tidak pada yang banyak, untuk menumbuhkan Employee Engagement harus melibatkan seluruh karyawan.

10. Re-connecting engagement to business strategy in a post recession economy.

Dalam menghadapi resesi ekonomi kemampuan perusahaan untuk bertahan diantaranya ditentukan oleh kemampuan menerapkan strategi bisnis secara tepat. Untuk membuat strategi tersebut berdaya perlu dilakukan koneksi kembali antara engagement dengan strategi bisnis. Dalam melakukan koneksi kembali ini perlu dirancang suatu budaya engagement yang mampu mendorong kinerja organisasi.

12. The power of getting it right.

Studi ini dilakukan di Standard Chartered Bank oleh Ana Herrera Head of Employee Engagement. Studi ini menunjukan pentingnya melakukan segala sesuatu yang tepat. Dimulai dari analisa tujuan dan kebutuhan yang tepat. Dilanjutkan dengan membuat perencanaan yang sejalan dengan tujuan bisnis. Untuk menjamin terlaksananya hal tersebut secara baik diperlukan upaya membangun ownership engagement karyawan.

13. Building the engagement culture.

Membangun budaya engagement merupakan yang hal penting untuk menjamin kontribusi yang maksimal dan terus menerus dari karyawan. Hal ini harus dimulai dengan dengan konsep dasar bahwa engagement harus diposisikan sebagai suatu sebuah konstruk yang unik. Terkait dengan budaya, dua komponen dari engagement perlu dikelola secara khusus. Kedua komponen tersebut adalah feelings dan behavior. Feeling fokus pada semangat, sikap antusias dan memahami urgensi kepentingan organisasi. Sedangkan behavior fokus pada kegigihan, proaktif dan kemampuan mengembangkan cara-cara yang adaptif untuk mengembangkan peran yang dibutuhkan oleh organisasi.

14. Removing the blockers to engagement.

Jonathon Scott CEO dari EMIC mengamati banyak organisasi yang mencoba untuk melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan engagement tapi gagal mencapai tujuan yang mereka harapkan. Jonathon mencoba menawarkan pendekatan baru untuk mengatasi hambatan penerapan engagement. Untuk itu diperlukan identifikasi dari sikap resisten karyawan. Peran Senior leader disini sangat penting untuk membangun kesadaran karyawan. Untuk menjamin bahwa engagement berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan diperlukan peningkatan secara terus menerus upaya untuk melayani pelanggan dan tetap inovatif.

HILANG KOPER DI BARCELONA


Pada akhir Oktober yang lalu lebih kurang selama satu minggu penulis berkesempatan mengikut Employee Engagement Seminar di Barcelona Spanyol. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan Maskapai Penerbangan KLM dengan rute Jakarta-Kuala Lumpur – Amsterdam – Barcelona.

Dengan bersatunya Eropa melalui Uni Eropa maka gerbang masuk ke Eropa cukup dikendalikan dari satu negara yang termasuk Masyarakat Ekonomi Eropa, kemudian perjalanan dapat dilanjutkan kenegara lain tanpa harus melalui pemeriksaan imigrasi. Demikian pula yang penulis alami. Pemeriksaaan imigrasi hanya dilakukan di Amsterdam Belanda kemudian setelah itu dapat langsung terbang ke Spanyol dan mendarat di Barcelona tanpa melewati pemeriksaan imigrasi oleh petugas di Spanyol.

Hal yang unik justru terjadi saat pengambilan bagasi, penulis tidak menemukan bagasi milik penulis. Sedangkan bagasi milik rekan seperjalan penulis ditemukan namun dalam keadaan kunci yang telah dirusak/dibongkar. Kami berdua menyampaikan komplain ke counter KLM di Barcelona Airport. Mereka menanggapi dengan simpatik.

Karena kehilangan koper penulis terpaksa harus berbelanja pakaian setiba di Barcelona. Padahal pakaian lengkap sudah dibawa dari Indonesia, apadaya sebagian uang yang seharusnya untuk dibelikan oleh-oleh dan jalan-jalan terpaksa direlakan untuk membeli pakaian.

Kopor penulis sendiri baru diantarkan malam hari ke Hotel (padahal sudah beli pakaian). Kondisi koper dalam keadaan kunci rusak dan sudah dibongkar, isi didalam sudah diacak-acak, untung pakaian masih lengkap. Atas kejadiaan ini penulis mendapat ganti rugi 25 Euro, yah hanya 25 Euro, padahal beli pakaian aja sudah habis 100 Euro belum lagi koper rusak dan penderitaan batin karena stress koper hilang.

Hal seperti ini pernah penulis alami di Amerika Serikat saat perjalanan dari Washington D.C ke Houston Texas. Saat mendarat di Houston Airport penulis tidak menemukan koper, terpaksa setelah tiba di hotel langsung keluar untuk berbelanja pakaian. Koper baru diantarkan malam hari ke hotel namun koper masih dalam keadaan baik tidak seperti kasus Barcelona dimana koper penulis dibongkar dan di acak-acak.

Di negara maju pun kasus seperti ini masih terjadi. Bagaimana di Indonesia?

Jumat, 17 September 2010

MENYEMBUHKAN FOBIA DENGAN HYPNOTHERAPI

Dibanding metode psikoterapi yang lain, hipnoterapi merupakan metode yang paling cepat dalam menyembuhkan fobia. Untuk sebagian besar kasus fobia yang ada, fobia bukanlah masalah yang sulit diatasi dengan hipnoterapi. Sebagian besar fobia bisa disembuhkan dalam waktu satu jam saja. Kesembuhan tersebut pun bertahan lama atau permanen.

Fobia adalah rasa takut yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian tertentu, yang ditandai dengan keinginan untuk selalu menghindari sesuatu yang ditakuti itu. Perbedaan fobia dengan rasa takut biasa adalah sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar orang normal.

Apabila penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan obyek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu bergerak, atau bahkan sampai pingsan.

Pada kasus fobia yang lebih parah, gejala kecemasan yang sangat hebat selalu menyertai penderita. Penderita akan terus-menerus merasa takut walaupun disekitarnya tidak ada obyek yang ditakutinya. Perasaan cemas bisa muncul hanya dengan membayangkan atau mengingat obyek yang ditakuti.

Sebagian besar penderita fobia menyembunyikan ketakutannya, atau tidak berterus terang kepada orang lain soal rasa takutnya yang tak wajar karena takut dianggap gila atau sakit jiwa oleh orang lain. Sebenarnya fobia bukanlah gangguan mental yang serius, orang yang menderita fobia tetap bisa beraktivitas normal dengan cara menghindari sumber rasa takutnya.

Fobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan fobia. Jadi tidak perlu malu atau merasa rendah diri apabila Anda menderita fobia. Mungkin Anda tidak tahu apa yang menyebabkan fobia Anda. Dengan hipnoterapi, Anda bisa mengetahui penyebab sekaligus menyembuhkan fobia dengan mudah dan cepat.

Dengan hipnoterapi, Anda akan dibimbing untuk menemukan penyebab fobianya, kemudian dilakukan pembelajaran ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut. Dengan pemahaman yang baru mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia akan sembuh seketika dan tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya.

Banyak penderita fobia yang enggan pergi ke para ahli untuk mengikuti terapi karena takut harus bersinggungan dengan obyek yang ditakuti. Namun Anda perlu tahu bahwa dalam hipnoterapi Anda tidak akan diminta berhadapan dengan obyek yang Anda takuti kalau Anda masih merasa takut. Anda tidak akan “dipaksa” untuk melawan rasa takut.

Ada ratusan, bahkan mungkin ratusan jenis fobia dengan nama-nama latin yang berbeda dan sulit diingat. Namun untuk mengetahui nama fobia bukanlah hal yang penting. Kadang sering menyembuhkan fobia tanpa mengetahui nama fobia tersebut.

Tidak begitu penting untuk menamai masalah. Yang penting adalah untuk menghilangkan masalah itu secepat mungkin. Namun kalau Anda tertarik untuk mengetahui berbagai jenis dan nama fobia, http://rumahterapiharum.multiply.com/blog/jenis phobia

Apapun jenis fobia yang diderita, fobia selalu punya pola-pola tertentu. Dengan kata lain, meskipun tampak dalam bentuk yang berbeda-beda semua fobia adalah sama, dan cara terapinya pun hampir sama. Dengan teknik terapi yang saya kuasai, kami bisa membantu menyembuhkan apapun fobia atau ketakutan Anda. [Sumber: rumahterapiharum.multiply.com]

JENIUS ITU 99% KERJA KERAS

'Jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat'. Kutipan terkenal itu adalah milik ilmuwan Thomas Alva Edison. Ungkapan itu semakin terbukti dan ternyata ilmuwan-ilmuwan hebat itu muncul bukan karena sekedar pintar.

Penulis buku-buku ilmiah Andrew Robinson dalam bukunya 'Sudden Genius?' menemukan kesamaan baik pada ilmuwan masa kini maupun ilmuwan masa lampau ternyata ilmuwan menjadi jenius tidak terjadi dalam waktu sekejap.

Bagaimana sampai ilmuwan-ilmuwan itu mempunyai banyak ide di kepalanya, ternyata ada jalan bertahap dalam membuat terobosan-terobosan yang kreatif. Proses kreatifitas inilah yang membuat ilmuwan jenius.

Menurut Andrew, jenius merupakan hasil dari kerja keras yang konsisten dan sebuah ketekunan. Jadi jika kini banyak orangtua yang ingin mencetak anak jenius menurutnya tidak bisa dengan jalan pintas.

Andrew menemukan proses kreatif membuat seseorang memiliki ide yang begitu banyak dengan kata lain tidak pernah menyerah untuk mencoba hingga menemukan formula yang tepat.

Studi ilmiah tentang kreativitas ini meliputi banyak hal seperti bakat, kecerdasan, memori, mimpi, alam bawah sadar, kerja keras dan banyak lagi sehingga menjadi jenius bukan semata-mata karena pintar.

Pola tersebut ditemukan hampir sama baik pada ilmuwan maupun pada seniman seperti pada bidang arkeologi, arsitektur, seni, biologi, kimia, film, musik, sastra, fotografi dan fisika.

Masalah kreativitas yang menjadi kunci orang jenius jauh sebelumnya pernah diungkap oleh polymath Prancis terkenal yaitu Henri Poincare pada tahun 1881. Sekitar 30 tahun kemudian, Poincare menerbitkan sebuah analisis proses berpikir sendiri.

Model Poincare ini melalui empat tahap yaitu pikiran sadar, pikiran tidak sadar (inkubasi), iluminasi (menjelaskan) dan juga verifikasi. Hal ini disimpulkan sejak ia mempelajarinya secara mendalam.

Ilmuwan seperti Albert Einstein, Hermann von Helmholtz dan Werner Heisenberg pernah menggambarkan proses kreativitasnya mirip dengan model Poincare tersebut. Hingga kini empat tahapan tersebut adalah model kreativitas terbaik yang dimiliki.

Seperti dikutip dari Medindia, Kamis (16/9/2010) sebuah percobaan menunjukkan bahwa dalam kondisi ketidaksadaran, seseorang dapat mengaktifkan informasi kompleks yang menghambat alam sadarnya. Dan itu baru salah satu faktor.

Karena itu kejeniusan seseorang tidak bisa didapatkan melalui cara singkat, namun membutuhkan sebuah ketekunan dan kerja keras yang konsisten.

(Dikutip dari Detik.com)

Senin, 02 Agustus 2010

MANUSIA MAKHLUK PALING PERUSAK

Sebagaimana yang diinformasikan oleh berbagai kitab suci utamanya Al Quran disebutkan bahwa manusia selain diberi kepercayaan sebagai pemimpin di dunia, manusia juga disebut sebagai makhluk paling perusak. Bahkan malaikat mempertanyakan sendiri kepada ALLAH tentang penciptaan manusia yang diketahui sebagai makhluk yang suka menumpahkan darah. Namun, ALLAH mengatakan bahwa Ia Sang Maha Tahu, sehingga malaikat sebagai makhluk yang tunduk pada perintah ALLAH menerima ketetapanNYA untuk menciptakan manusia.

Meskipun dikenal sebagai makhluk perusak, kita percaya bahwa Sang Maha Pencipta memiliki alasan yang kuat mengapa manusia diciptakan. Manusia mendapat tugas mulia sebagai pemimpin di alam ini. Kemampuan akal dan nurani merupakan modal yang paling membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia juga adalah makhluk yang berbudaya yang mampu membangun peradaban dimana makhluk lainnya tidak mampu melakukan apa yang telah dicapai manusia.

Namun, meskipun manusia memiliki posisi mulia sebagai pemimpin di alam ini, layak pula kita cermati kekuatiran malaikat terhadap perilaku buruk manusia, diantaranya kesenangan untuk menumpahkan darah. Disamping kecenderungannya untuk melakukan perusakan manusia memiliki sejumlah perilaku buruk lainnya.

Dari sumber Kompas.com disebutkan 9 kebiasaan paling buruk yang dimiliki manusia. Dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, sebagai manusia kita memiliki banyak perilaku buruk yang bersifat merusak terhadap diri sendiri dan orang lain. Kita bersikap tidak jujur, curang dan mencuri, kita juga merajah tubuh sendiri, kita membiarkan stres menguasai dan menimbulkan penyakit secara perlahan. Dunia ilmiah mencoba membuktikan mengapa spesies yang begitu cerdas ini bisa memiliki sikap merusak diri sendiri.

1. Gosip
Mengapa kita begitu suka dengan gosip dan rumor? Karena kita berevolusi sedemikian rupa untuk menghakimi dan membicarakan orang lain, meskipun itu menyakiti mereka. Demikian menurut analisa para peneliti.

Robin Dunbar, primitologi dari Oxford menjelaskan, "Babon laki-laki menjaga hubungan satu sama lain agar hubungan itu tetap terjaga. Tapi kita manusia lebih berkembang, sehingga kita menggunakan gosip sebagai perekat sosial. Keduanya merupakan perilaku yang dipelajari.

Gosip menyebabkan adanya batas-batas kelompok dan meningkatkan harga diri. Dalam banyak contoh, tujuan dari gosip bukan kebenaran atau akurasi. Yang penting adalah ikatan yang bergosip tetap terbina, meskipun sering dengan mengorbankan pihak ketiga.

"Ketika dua orang saling curhat ketidaksukaan mereka terhadap orang lain, gosip bisa membawa mereka menjadi lebih dekat," kata Jennifer Bosson, seorang profesor psikologi di Universitas South Florida.

2. Melakukan kebiasaan buruk
Manusia merupakan makhluk yang menyukai kebiasaan. Karena itu, sekali Anda melakukan kebiasaan buruk, bahkan yang paling beresiko sekalipun, sulit bagi Anda untuk menghentikannya. Tak heran jika para perokok atau orang yang gemar kebut-kebutan di jalan tak pernah jera.

"Ini bukan karena mereka tidak mendapat informasi bahwa kebiasaan buruk adalah risiko besar. Tapi lebih karena kita cenderung berpikir pendek dari pada jangka panjang," kata Cindy Jardine dari Universitas Alberta. Selain itu, menurut Jardine manusia memang dari sananya sudah menyukai tantangan.

Kebiasaan buruk juga kerap kali dijadikan alat untuk bergabung dengan kelompok sosial. Selain itu orang-orang cenderung untuk membenarkan kebiasaan buruk, tanpa melihat penelitian yang ada, seperti: "Nenek saya merokok sepanjang hidupnya dan hidup sampai 70". Padahal, kalau tidak merokok mungkin usia si nenek bisa lebih panjang lagi.

3. Kecanduan kekerasan
Kekerasan ternyata sudah ada sejak catatan sejarah mengenai manusia ada. Para ahli bahkan menyebutkan bahwa hasrat melakukan kekerasan sudah ada dalam gen dan mempengaruhi otak kita. Sebuah studi di tahun 2008 menyimpulkan bahwa manusia tampaknya kecanduan kekerasan, sama seperti mereka kecanduan seks, makanan, atau obat-obatan.

Hasil penelitian dalam Jurnal Psychopharmacology, menunjukkan pada sel otak tikus, bagian otak yang mengatur ganjaran (reward) juga bertanggung jawab pada kesenangan melakukan kekerasan. Diduga, pada otak manusia tak jauh berbeda. Banyak peneliti percaya bahwa kekerasan pada manusia adalah kecenderungan berkembang yang membantu dengan kelangsungan hidup.

4. Mencuri
Pencurian biasanya dimotivasi oleh kebutuhan. Tapi untuk kleptomania sensasi tindakan mencuri dapat memotivasi mereka untuk melakukan nya lagi. Dalam sebuah penelitian terhadap 43.000 orang ditemukan 11 persen mengakui telah mengutil setidaknya sekali.

Dalam sebuah penelitian pada tahun 2009, peserta diberikan placebo atau obat naltrexone - dikenal untuk mengekang kecenderungan kecanduan terhadap alkohol, narkoba dan perjudian. Naltrexone membatasi efek kebiasaan yang biasa disebut zat opiat endogen yang memicu rasa senang di otak ketika mencuri.

"Obat ini mengurangi dorongan untuk mencuri dan kebiasaan mencuri," kata Jon E.Grant dari Sekolah Kedokteran Minnesota dalam jurnal Biological Psychiatry.

Pencurian sendiri mungkin sudah ada dalam gen kita. Bahkan monyet melakukannya. Monyet Capuchin menggunakan alarm untuk memperingatkan sesama monyet untuk menghindari pemangsa. Tetapi beberapa mereka juga menggunakan alarm palsu untuk mencuri makanan yang ditinggalkan temannya yang melarikan diri.

5. Menipu
Walaupun kebanyakan orang akan mengatakan kejujuran adalah kebaikan, hampir satu dari lima orang di Amerika menganggap kecurangan pajak secara moral dapat diterima atau bukan masalah moral. Kecurangan menjadi perilaku etis dapat dibenarkan dalam situasi tertentu.

6. Berbohong
Tidak ada yang tahu pasti mengapa manusia suka berbohong, tetapi studi menemukan bahwa itu biasa, dan bahwa hal itu sering dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis. "Ini terikat dengan harga diri," kata Robert Feldman, psikolog Universitas Massachusetts. "Kami menemukan ketika orang merasa bahwa dirinya terancam, mereka segera mulai berbohong pada tingkat yang lebih tinggi."

Feldman sendiri telah melakukan penelitian di mana 60 persen peserta setidaknya sekali berbohong selama 10 menit percakapan. Namun ternyata berbohong itu tidak mudah.
Sebuah studi menyimpulkan bahwa berbohong memerlukan waktu 30 persen lebih lama daripada mengatakan yang sebenarnya. Selain manusia, hewan juga dikenal mampu menipu, bahkan robot telah belajar untuk berbohong, dalam percobaan di mana mereka diberi penghargaan atau dihukum tergantung pada kinerja dalam kompetisi dengan robot lain.

7. Menggertak dan mengancam
Studi telah menemukan bahwa lebih dari setengah anak-anak SD pernah diancam dan diganggu (bully). Sebuah studi Eropa pada tahun 2009 menemukan bahwa anak-anak yang digertak di sekolah mungkin juga menggertak saudara mereka di rumah.

"Menurut penelitian kami tidak mungkin perilaku menggertak itu datang begitu saja, biasanya perilaku anak-anak berasal dari rumah. Misalnya bila suka menggertak saudaranya di rumah, kemungkinan perilaku ini juga akan dibawa dan dilakukan di sekolah," kata Ersilia Menesini dari Universitas Di Firenze, Italia.

Tapi menggertak tidak hanya berlaku di kalangan anak-anak. Sebuah studi menemukan hampir 30 persen pekerja kantor Amerika sering mengalami bully oleh atasan atau rekan kerja. Mulai dari pemotongan informasi penting untuk menyelesaikan pekerjaan atau penghinaan dengan tujuan lainnya. Dan sekali dimulai, akan cenderung menjadi lebih buruk.

"Secara definisi sikap menggertak itu seperti hal kecil yang kemudian menjadi besar. Ini adalah salah satu alasan mengapa begitu sulit untuk mencegahnya, karena biasanya dimulai dengan cara yang sangat kecil," kata Sarah Tracy, Direktur Proyek untuk kesehatan dan kehidupan kerja di universitas Arizona State.

8. Stress
Stres dapat mematikan, meningkatkan risiko gangguan jantung dan bahkan kanker. Stres dapat menyebabkan depresi, yang dapat menyebabkan bunuh diri. Tapi mengapa kita bisa stres sangat sulit untuk dijabarkan.

Berbagai penelitan menyebutkan, lingkungan kerja merupakan sumber stres utama bagi banyak orang, demikian untuk anak-anak. Data Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebutkan lebih dari 600 juta orang di seluruh dunia bekerja 48 jam setiap minggu, termasuk jam kerja di akhir pekan. Di tambah lagi, perkembangan teknologi dan internet yang semakin garis batas antara pekerjaan dan waktu luang. Bahkan menurut sebuah studi baru-baru ini sekitar setengah penduduk Amerika membawa pulang pekerjaan mereka.

Selain pekerjaan, menjadi orangtua juga kerap menimbulkan stres tersendiri. "Di usia pertengahan, seseorang merasa terbebani oleh tanggung jawabnya pada pekerjaan, keluarga dan anak-anak," kata Gwenith Fisher, psikolog. Ahli kesehatan menyarankan olahraga dan tidur yang cukup adalah dua cara terbaik untuk mengurangi stress.

9. Berjudi
Judi juga, tampaknya ada pada gen kita dan terprogram ke dalam otak kita, sehingga menjelaskan mengapa perilaku itu menjadi umum dan bersifat menghancurkan. Bahkan, monyet pun suka berjudi.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Neuron tahun lalu menemukan bahwa keinginan menang membangkitkan keinginan berjudi dalam otak. "Penjudi sering menafsirkan hampir menang sebagi tolak ukur yang mendorong mereka untuk terus berjudi," kata Luke Clark dari Universitas Cambridge.

"Temuan kami menunjukkan bahwa otak merespon rasa hampir menang sebagai keinginan untuk menang meskipun kenyataannya mereka tidak pernah menang," katanya. Penelitian tahun lalu menemukan apabila penjudi kalah mereka tidak akan berpikir secara rasional. Mereka justru akan mengubah permainan dan bertaruh lebih tinggi.

Minggu, 01 Agustus 2010

PEMIMPIN AMANAH & PEMIMPIN OPPORTUNIS

Memimpin menjadi dambaan sebagian besar orang. Namun, tidak jarang pula yang menolak untuk mengemban tugas sebagai pemimpin karena mengingat beratnya tanggung jawab dan berbagai beban lainnya. Banyak yang menghindari diri sebagai pemimpin karena posisi ini menjadi sumber fitnah, sarat dengan intrik dan hidup bergelimang tekanan. Namun, ada pula yang melihat posisi pemimpin sebagai sesuatu yang mulia bahkan disebutkan salah satu yang dijamin akan masuk surga adalah pemimpin yang adil.

Sebagian yang lain mengucapkan istigfar saat ditunjuk sebagai pemimpin karena melihat tugas ini adalah gerbang untuk menuju kehinaan apabila tidak mampu mengemban amanat secara baik. Menjadi pemimpin bagi mereka adalah musibah dan mereka harus mengrbankan kepentingan pribadi untuk orang banyak.

Mengapa sampai terjadi situasi paradoks seperti itu ? Setidaknya ada dua penjelasan mengapa orang bisa berbeda dalam menyikapi posisi pemimpin. Pertama mereka yang melihat pemimpin sebagai suatu amanah yang suatu saat harus dipertangungjawabkan kelak, dunia maupun akhirat. Mereka melihat pemimpin sebagai sebuah pengabdian yang konteks memberinya lebih besar daripada menerima, sehingga jiwa pengrobanan lebih menonjol disini. Kedua mereka yang melihat menjadi pemimpin adalah suatu kenikmatan, memperoleh posisi terhormat dan bergelimang kekayaan. Mereka melihat atau terobsesi untuk memperoleh segala hal sebanyak-banyaknya, mereka ingin mengambil return yang besar dibandigkan modalnya, ibarat pedagang mereka tidak mau rugi, jelas mereka tidak akan bersedia berkorban, bahkan jika perlu mereka tega mengorbankan orang lain. Jika mereka terlihat seperti berkorban, maka itu adalah bentuk pengorbanan yang manipulatif. Mereka adalah tipe pengambil kesempatan yang negatif dan destruktif.

Kedua perbedaan cara menyikapi tersebut mempengaruhi bagaimana mereka menjalankan peran sebagai pemimpin. Mereka yang tergolong dalam kelompok pertama akan menjalankan kepemimpinannya dengan mengedepankan moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Mereka adalah tergolong orang-orang idealis yang mendapatkan kebahagiaan apabila melihat pengikutnya bahagia. Mereka rela berkorban untuk kebaikan pengikutnya. Keberhasilan pengikut dan organisasi menjadi orientasi utama. Mereka melihat kepemimpinan lebih pada tugas dan tanggung jawab bukan posisi.

Berbeda dengan pemimpin golongan kedua. Mereka adalah orang-orang opportunistik bahkan munafik. Mereka melihat kepemimpinan sebagai posisi dan tidak peduli pada tugas dan tanggung jawab. Melihat kempemimpinan sebagai posisi yang membuat mereka gila hormat, kemaruk dan memanipulasi habis-habisan posisi dan jabatan untuk kepentingan diri, keluarga maupun kelompoknya. Mereka menafikan pengikut. Pengikut dianggap sebaga modal untuk meraih jabatan saja. Untuk ambisi kekuasaannya pengikut dieksploitasi sedemikian rupa. Diawali dengan janji-jani manis, kemudian dimanfaatkan dan setelah itu dieksploitasi, selanjutnya kalau perlu ditindas demi melanggenggkan kekuasaannya.

Pemimpin golongan pertama biasanya bukan orang yang terobsesi dengan posisi dan tidak mengejar jabatan. Kesediaannya untuk mengemban posisi sebagai pemimpin lebih karena amanah pengikutnya, mereka bersedia mengambil posisi tersebut karena dorongan banyak orang. Sedangkan golongan kedua, pemimpin opportunistik adalah mereka yang tergila-gila pada jabatan, terobsesi pada posisi dan memiliki ambisi terhadap kekuasaan.

Namun, sejarah menunjukkan bahwa pemimpin amanah akan terus dikenang dan menjadi sumber inspirasi banyak orang, mewariskan nilai-nilai luhur yang akan menjadi pedoman masyarakat. Kebalikannya, pemimpin golongan kedua yang opportunis, setelah periode kepemimpinannya akan banyak dihujat, dikucilkan oleh banyak orang, menjadi sumber penistaan, mereka hilang ditelan jaman dan kalaupun dikenang maka dikenang akan keburukan dan ketamakannnya serta menjadi contoh buruk yang harus dihindari.