Pada akhir Oktober yang lalu lebih kurang selama satu minggu penulis berkesempatan mengikut Employee Engagement Seminar di Barcelona Spanyol. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan Maskapai Penerbangan KLM dengan rute Jakarta-Kuala Lumpur – Amsterdam – Barcelona.
Dengan bersatunya Eropa melalui Uni Eropa maka gerbang masuk ke Eropa cukup dikendalikan dari satu negara yang termasuk Masyarakat Ekonomi Eropa, kemudian perjalanan dapat dilanjutkan kenegara lain tanpa harus melalui pemeriksaan imigrasi. Demikian pula yang penulis alami. Pemeriksaaan imigrasi hanya dilakukan di Amsterdam Belanda kemudian setelah itu dapat langsung terbang ke Spanyol dan mendarat di Barcelona tanpa melewati pemeriksaan imigrasi oleh petugas di Spanyol.
Hal yang unik justru terjadi saat pengambilan bagasi, penulis tidak menemukan bagasi milik penulis. Sedangkan bagasi milik rekan seperjalan penulis ditemukan namun dalam keadaan kunci yang telah dirusak/dibongkar. Kami berdua menyampaikan komplain ke counter KLM di Barcelona Airport. Mereka menanggapi dengan simpatik.
Karena kehilangan koper penulis terpaksa harus berbelanja pakaian setiba di Barcelona. Padahal pakaian lengkap sudah dibawa dari Indonesia, apadaya sebagian uang yang seharusnya untuk dibelikan oleh-oleh dan jalan-jalan terpaksa direlakan untuk membeli pakaian.
Kopor penulis sendiri baru diantarkan malam hari ke Hotel (padahal sudah beli pakaian). Kondisi koper dalam keadaan kunci rusak dan sudah dibongkar, isi didalam sudah diacak-acak, untung pakaian masih lengkap. Atas kejadiaan ini penulis mendapat ganti rugi 25 Euro, yah hanya 25 Euro, padahal beli pakaian aja sudah habis 100 Euro belum lagi koper rusak dan penderitaan batin karena stress koper hilang.
Hal seperti ini pernah penulis alami di Amerika Serikat saat perjalanan dari Washington D.C ke Houston Texas. Saat mendarat di Houston Airport penulis tidak menemukan koper, terpaksa setelah tiba di hotel langsung keluar untuk berbelanja pakaian. Koper baru diantarkan malam hari ke hotel namun koper masih dalam keadaan baik tidak seperti kasus Barcelona dimana koper penulis dibongkar dan di acak-acak.
Di negara maju pun kasus seperti ini masih terjadi. Bagaimana di Indonesia?
Dengan bersatunya Eropa melalui Uni Eropa maka gerbang masuk ke Eropa cukup dikendalikan dari satu negara yang termasuk Masyarakat Ekonomi Eropa, kemudian perjalanan dapat dilanjutkan kenegara lain tanpa harus melalui pemeriksaan imigrasi. Demikian pula yang penulis alami. Pemeriksaaan imigrasi hanya dilakukan di Amsterdam Belanda kemudian setelah itu dapat langsung terbang ke Spanyol dan mendarat di Barcelona tanpa melewati pemeriksaan imigrasi oleh petugas di Spanyol.
Hal yang unik justru terjadi saat pengambilan bagasi, penulis tidak menemukan bagasi milik penulis. Sedangkan bagasi milik rekan seperjalan penulis ditemukan namun dalam keadaan kunci yang telah dirusak/dibongkar. Kami berdua menyampaikan komplain ke counter KLM di Barcelona Airport. Mereka menanggapi dengan simpatik.
Karena kehilangan koper penulis terpaksa harus berbelanja pakaian setiba di Barcelona. Padahal pakaian lengkap sudah dibawa dari Indonesia, apadaya sebagian uang yang seharusnya untuk dibelikan oleh-oleh dan jalan-jalan terpaksa direlakan untuk membeli pakaian.
Kopor penulis sendiri baru diantarkan malam hari ke Hotel (padahal sudah beli pakaian). Kondisi koper dalam keadaan kunci rusak dan sudah dibongkar, isi didalam sudah diacak-acak, untung pakaian masih lengkap. Atas kejadiaan ini penulis mendapat ganti rugi 25 Euro, yah hanya 25 Euro, padahal beli pakaian aja sudah habis 100 Euro belum lagi koper rusak dan penderitaan batin karena stress koper hilang.
Hal seperti ini pernah penulis alami di Amerika Serikat saat perjalanan dari Washington D.C ke Houston Texas. Saat mendarat di Houston Airport penulis tidak menemukan koper, terpaksa setelah tiba di hotel langsung keluar untuk berbelanja pakaian. Koper baru diantarkan malam hari ke hotel namun koper masih dalam keadaan baik tidak seperti kasus Barcelona dimana koper penulis dibongkar dan di acak-acak.
Di negara maju pun kasus seperti ini masih terjadi. Bagaimana di Indonesia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar