Penulis tertarik menulis tentang mengapa mereka yang berlatar belakang SDM, baik praktisi, profesional maupun Direktur SDM jarang yang menjadi CEO. Ini pertanyaan yang cukup menggelitik, terutama setelah penulis membaca cuplikan sebuah buku yang menyebut para eksekutif dibidang Human Resources masih sangat jarang yang menduduki jabatan CEO atau Top Eksekutif. Tampaknya jika diamati memang demikian, apa penyebabnya? Bisa jadi jawaban berikut ini sangat bersifat hipotesis, asumtif bahkan spekulatif.
Menurut penulis setidaknya ada 3 faktor
yang menyebabkan mereka yang berlatar belakang SDM jarang yang kemudian menjadi
CEO, yaitu :
1 Faktor
Individu
2 Faktor
Organisasi
3. Faktor
Stakeholder
Faktor individu dapat ditilik
dari setidaknya 4 hal yaitu : Wawasan, Emosional, Sosiabilitas dan Sikap Kerja.
Rasanya secara wawasan umum mereka yang berlatar belakang SDM tidak kalah
dengan mereka yang lainnya, hanya bisa jadi wawasan bisnis, operasional,
keuangan dan marketing tidak sebaik yang lain, padahal ini salah satu faktor penting
dalam menentukan kinerja perusahaan. Hal lain sikap yang sangat fokus dalam
mengelola SDM, yang bisa-bisa kearah “kacamata kuda” membatasi mereka untuk
melihat area yang lain terutama bisnis. Ini bisa jadi salah satu kendala bagi Profesional
SDM untuk menjabat posisi sebagai CEO.
Hal lain adalah masalah
emosionalitas. Dalam amatan penulis mereka para professional SDM sangat memiliki
kepedulian terhadap hal-hal yang terkait karyawan, termasuk sensitivitas dalam
merasakan apa yang menjadi kebutuhan karyawan. Kondisi ini dalam hal tertentu
bisa jadi tidak sejalan dengan pertimbangan-pertimbangan bisnis, sehingga ini
menjadi salah satu hal yang membuat para profesional SDM terkendala untuk
menjadi CEO yang jamaknya lebih memprioritaskan kepentingan-kepentingan bisnis.
Sosiabilitas salah satu
kemungkinan lain yang membuat profesional SDM terkendala untuk menjadi Top
Eksekutif dalam sebuah perusahaan. Umumnya professional SDM cenderung hanya
membangun jejaring dalam komunitas SDM, sangat jarang merambah komunitas-komunitas
yang lain seperti bisnis dan marketing. Ini tentu membuat para profesionalitas
SDM memiliki keterbatasan jaringan yang nantinya diperlukan dalam mengelola
bisnis perusahaan.
Last but not least adalah
sikap kerja. Umumnya profesionalitas SDM sangat ketat dalam aturan main dan
prosedur kerja, karena mengelola SDM memang diperlukan sebuah disiplin,
keteraturan dan kepatuhan terhadap aturan main, apakah itu peraturan kerja,
kebijakan, prosedur, arahan pimpinan dan sebagainya. Ini bagus, namun apabila
tidak diimbangi oleh kelenturan dalam mendukung kinerja bisnis tentu akan
menjadi kendala untuk mencapai kinerja perusahaan. Sikap kerja seperti ini bisa
menjadi salah satu hambatan bagi professional SDM untuk mencapai karir puncak
disebuah perusahaan.
Faktor kedua adalah terkait
organisasi. Bisa jadi kebijakan, peraturan dan berbagai kondisi yang ada dalam
organisasi membuat profesional bidang SDM kurang berkembang secara maksimal
untuk bisa berkarir secara lintas bidang. Orang SDM terkadang dalam organisasi
hanya difokuskan mengelola bidang SDM dan kurang memiliki peluang untuk
mengelola bidang lainnya, hal ini menyebabkan pengalaman menjadi terbatas
sehingga tidak memiliki kapabilitas cukup untuk memimpin bisnis sekaligus
peluang menjadi Top Eksekutif berkurang.
Faktor ketiga adalah Stakeholder.
Stakeholder khususnya pemegang saham menjadi kunci yang menentukan dalam
menetapkan posisi Top Eksekutif. Concerns pemegang saham yang lebih fokus
pada kinerja dan pencapaian sasaran-sasaran bisnis membuat mereka lebih
cenderung memilih para Top Eksekutif dari kalangan Bisnis dan Marketing. Termasuk memilih mereka yang berlatar
belakang Keuangan untuk menjadi CEO dibandingkan memilih yang dari SDM bisa
jadi dikarenakan pertimbangan-pertimbangan keuangan lebih mendominasi seperti faktor
modal, investasi, kemitraan dan sebagainya.
Demikian pendapat penulis
berdasarkan amatan selama ini tentang profesional SDM. Tiada jalan lain bagi professional
SDM jika ingin mengembangkan karirnya menjadi CEO perlu memperhatikan hal-hal tersebut
diatas. Disisi lain diperlukan pula dukungan dari Organisasi dan Stakeholder
agar professional SDM semakin berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar