Rabu, 14 Juli 2010

WISUDA (WILUJENG SUSAH DAMAL)

Pada tanggal 8 Juli 2010 penulis diminta memberikan pembekalan bagi para lulusan baru UNPAD di Kampus UNPAD Jl. Dipati Ukur Bandung. Hadir sejumlah 100-an lulusan sarjana baru. Acara di buka oleh Pembantu Rektor III UNPAD Prof. Dr. Trias.

Saat membuka acara tersebut DR. Trias mengungkapkan berbagai persiapan yang harus dilakukan para lulusan sarjana baru agar bisa memasuki dunia kerja yang sesuai dengan minat dan keahliannya. Disebutkan pula mungkin tidak semua mereka mampu menghadapi persaingan untuk berkiprah didunia kerja, untuk itu bekal pengetahuan dan mental sangat diperlukan. Hal menarik adalah saat beliau menyinggung kata WISUDA. Wisuda disini bukanlah suatu kegiatan pengakuan akademik untuk menabalkan seseorang sebagai sarjana, tetapi WISUDA disini diartikan WILUJENG SESAH DAMAL, yang kurang lebih berarti SELAMAT SUSAH MENCARI KERJA.

Memang benar bahwa tidak seluruh lulusan baru terserap oleh dunia kerja, sebagian mereka menjadi penganggurang, pengangguran intelek. Orientasi mencari kerja lebih besar daripada orientasi untuk menciptakan lapangan kerja. Ini sangat mungkin dikaitkan dengan sistem kependidikan kita yang kurang memberikan tempat pada inovasi, kreativitas dan alergi terhadap perbedaan pendapat dan sikap. Ini juga menjadi bagian dosa kita yang tidak memberikan kesempatan anak didik bersikap kritis, kurang bersahabat dengan sikap kompetitif dan kurang menghargai prestasi individu. Alhasil sistem pendidikan kita menghasilkan lulusan yang berebut mencari pekerjaan dan hanya segelintir mereka yang berupaya menciptakan pekerjaan.

Mereka yang menciptakan pekerjaan adalah yang berjiwa entrepreneur, berusaha secara jeli melihat peluang usaha dan senang akan tantangan serta selalu mengevaluasi diri untuk secara berkala meningkatkan kemampuan dirinya. Karakteristik seperti inilah yang dibutuhkan bagi mereka yang mampu menjawab tuntutan jaman, menjadi seorang pencipta lapangan kerja bukan sebagai pengekor pencari kerja. Di negera manapun pasti akan terjadi ledakan pengangguran apabila seluruh generasi mudanya atau para sarjana lulusan perguruan tinggi berbondong-bondong mencari kerja.

Jiwa kreativitas dan entrepreneur memang perlu ditumbuhkan dalam sistem pendidikan kita agar menghasilkan para lulusan yang mampu menciptakan peluang, menangkap peluang dan memanfaatkan peluang. Sistem pendidikan yang mengedepankan kreativitas memang akan tumbuh dalam suasana pendidikan yang demokratis, kondisi stara antara seluruh civitas academica terutama antara mahasiswa dan dosen.

Namun, kita menyadari pula kekeliruan tidak semata-mata ada di lembaga pendidikan tetapi terjadi di seluruh lembaga dan sistem yang berlaku dimasyarakat, termasuk kekeliruan yang terjadi dalam lembaga keluarga. Terutama pada keluarga menengah keatas terlihat sikap yang memproteksi berlebihan terhadap anak-anaknya. Kurang memberikan kesempatan mandiri terhadap anak akan menumbuhkan pribadi yang manja dan selalu tergantung pada orang lain. Tentu akan sulit kita harapkan pada pribadi yang tumbuh dalam situasi seperti ini untuk menjadi kreatif dan inovatif. Selain itu masyarakat yang terlalu mengagungkan kesarjanaan dengan berbagai perangkat gelar turut menumpulkan gairah orang untuk kreatif. Masyarakat kita adalah masyarakat gelar yang mengagung-agungkan status kesarjaan dibandingkan keahlian. Dengan iklim seperti ini semakin menyumbang kekeliruan penyelenggaran pendidikan yang ada. Akhirnya kita temukan lulusan yang sekedar bangga dengan gelarnya, berbondong-bondong berebut pekerjaan dan minim kreativitas serta inovasi. Hanya segelintir dari mereka yang kreatif dan inovatif yang kalau ditilik memang sejak dari kecil telah tumbuh dalam keluarga yang memang memanamkan nilai-nilai kemandirian, kreatif, inovatif, menghargai sebuah hasil yang baik memerlukan proses perjuangan bertahap. Mereka tumbuh dalam keluarga yang disiplin, berorientasi prestasi dan senantiasa menanamkan kemandirian dalam pengasuhan keluarga.

Sekedar catatan tambahan dari penulis, dari sekian lama hampir 20 tahun mengamati dan terlibat langsung dalam proses rekrutmen karyawan serta melihat bagaimana peforma mereka pasca rekrut menunjukkan bahwa prestasi akademik yang ditunjukkan melalui nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tidak selalu menjamin keberhasilan seseorang saat bekerja. Prestasi akademis hanya sekedar menggambarkan kemampuan intelektualitas seseorang, namun belum secara utuh menggambarkan mereka sebagai calon karyawan yang baik. Seseorang dapat berkinerja baik apabila memiliki kemampuan inteletual, emosional, sosial, spiritual secara integratif dan balance. Bisa saja seseroang memiliki kemampuan intelektual rata-rata namun didukung oleh kemampuan emosional, sosial, spiritual yang baik maka akan memberikan modal untuk bekerja dan bekinerja secara baik pula.

Lembaga pendidikan yang hanya fokus pada aspek intelektual tidak bisa diharapkan dapat memberikan bekal yang cukup untuk kemampuan emosional, sosial dan spiritual. Kemampuan ini akan diperoleh melalui proses pengasuhan dalam keluarga dan melalui berbagai kegiatan lain yang ada dimasyarakat. Kegiatan-kegiatan ini juga akan dapat terasah melalui berbagai kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan berorganisasi baik didalam kampus maupun diluar kampus.

Jadi bagi anda yang baru lulus sarjana, kita ucapkan selamat WISUDA namun bukan wisuda yang berarti Wilujeng Sesah Damal.

Tidak ada komentar: