Persoalan klasik yang sering terjadi dalam proses penilaian kompetensi karyawan adalah perbedaan dalam menilai termasuk hasil penilaian antara manajemen dengan profesional/fungsional yang melakukan penilaian atau assessment. Sering manajemen memiliki pandangan yang berbeda terhadap penilaian yang dilakukan oleh fungsional pengelola SDM.
Pada saat penulis menjadi pembicara dalam Seminar Assessment Center Roles di Hotel Aryaduta Jakarta tanggal 7 Juli 2010 yang diselenggarakan oleh INTIPESAN, pertanyaan dan diskusi tentang perbedaan penilaian tersebut mengemuka. Perbedaan ini tidak jarang membuat hasil assessment kurang dapat digunakan secara maksimal mengingat adanya keraguan dari manajemen terhadap hasil tersebut padahal manajemenlah yang memiliki otoritas untuk menindaklanjuti hasil assessment disamping dapat pula dimanfaatkan oleh individu yang bersangkutan untuk pengembangan dirinya. Otoritas manajemen untuk menggunakan hasil assessment terutama berkaitan dengan pengembangan karir.
Dari hasil pengamatan dan kajian penulis setidaknya terdapat sejumlah kemungkinan yang membuat hasil assessment bisa berbeda dengan hasil penilaian manajemen, yaitu :
1. Perbedaan kriteria yang digunakan.
2. Perbedaan metoda yang digunakan.
3. Perbedaan waktu penilaian.
4. Perbedaan terhadap objek pengukuran seperti perbedaan job target.
5. Pemahaman yang berbeda terhadap deskripsi pekerjaan dan tanggung jawab.
Fungsional atau pengelola assessment biasanya sudah dibekali oleh berbagai keahlian untuk melakukan proses assessment sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian secara ilmiah. Penilai atau assessor juga bersikap secara objektif dengan berpedoman dengan aturan dan panduan pelaksanaan assessment. Tool, metoda dan simulasi pun telah dirancang sedemikian rupa dan melalui uji kaji yang mendalam baik dari segi validitas maupun reliabilitas. Hal ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan suatu program assessment.
Namun, manajemen terkadang memiliki pendekatan tersendiri untuk melakukan penilaian. Terutama hal ini berkaitan dengan judgment yang dilakukan yang sangat terkait dengan pengalaman subyektifnya. Manajemen memiliki ukuran masing-masing sesuai dengan pengalaman dan ekspektasi. Hal yang tidak jarang terjadi adalah dinamika relasi antara figur manajemen tertentu dengan individu yang dinilai (assessee) telah berkembang sedemikian rupa yang membuat hasil penilaian bersifat sangat personal tergantung pada kualitas relasi mereka. Hal lain yang sering terjadi adalah manajemen melakukan penilaian berdasarkan current situation dan atau past experience, sementara fungsional assessment melakukan penilaian berdasarkan kriteria tertentu dan sering terkait dengan tuntutan tugas dimasa mendatang (future responsibilities). Hal ini tentu memberikan kesenjangan penilaian anatar kedua pihak tersebut.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan perbedaan penilaian assessment antara manajemen dengan pengelola/fungsional assessment adalah sebagai berikut :
1. Melakukan komunikasi intensif antara kedua pihak baik pada tahap pra-assessment maupun pada tahap post-assessment.
2. Kesepakatan terhadap kriteria yang akan dinilai.
3. Menjelaskan kepada manajemen metoda dan tool yang digunakan baik kelebihan maupun kekurangannya.
4. Menetapkan jangka waktu validitas hasil assessment.
5. Menyediakan ruang pemberian umpan balik antara pengelola assessmen, manajemen dan individu yang dinilai (assessee).
Pada saat penulis menjadi pembicara dalam Seminar Assessment Center Roles di Hotel Aryaduta Jakarta tanggal 7 Juli 2010 yang diselenggarakan oleh INTIPESAN, pertanyaan dan diskusi tentang perbedaan penilaian tersebut mengemuka. Perbedaan ini tidak jarang membuat hasil assessment kurang dapat digunakan secara maksimal mengingat adanya keraguan dari manajemen terhadap hasil tersebut padahal manajemenlah yang memiliki otoritas untuk menindaklanjuti hasil assessment disamping dapat pula dimanfaatkan oleh individu yang bersangkutan untuk pengembangan dirinya. Otoritas manajemen untuk menggunakan hasil assessment terutama berkaitan dengan pengembangan karir.
Dari hasil pengamatan dan kajian penulis setidaknya terdapat sejumlah kemungkinan yang membuat hasil assessment bisa berbeda dengan hasil penilaian manajemen, yaitu :
1. Perbedaan kriteria yang digunakan.
2. Perbedaan metoda yang digunakan.
3. Perbedaan waktu penilaian.
4. Perbedaan terhadap objek pengukuran seperti perbedaan job target.
5. Pemahaman yang berbeda terhadap deskripsi pekerjaan dan tanggung jawab.
Fungsional atau pengelola assessment biasanya sudah dibekali oleh berbagai keahlian untuk melakukan proses assessment sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian secara ilmiah. Penilai atau assessor juga bersikap secara objektif dengan berpedoman dengan aturan dan panduan pelaksanaan assessment. Tool, metoda dan simulasi pun telah dirancang sedemikian rupa dan melalui uji kaji yang mendalam baik dari segi validitas maupun reliabilitas. Hal ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan suatu program assessment.
Namun, manajemen terkadang memiliki pendekatan tersendiri untuk melakukan penilaian. Terutama hal ini berkaitan dengan judgment yang dilakukan yang sangat terkait dengan pengalaman subyektifnya. Manajemen memiliki ukuran masing-masing sesuai dengan pengalaman dan ekspektasi. Hal yang tidak jarang terjadi adalah dinamika relasi antara figur manajemen tertentu dengan individu yang dinilai (assessee) telah berkembang sedemikian rupa yang membuat hasil penilaian bersifat sangat personal tergantung pada kualitas relasi mereka. Hal lain yang sering terjadi adalah manajemen melakukan penilaian berdasarkan current situation dan atau past experience, sementara fungsional assessment melakukan penilaian berdasarkan kriteria tertentu dan sering terkait dengan tuntutan tugas dimasa mendatang (future responsibilities). Hal ini tentu memberikan kesenjangan penilaian anatar kedua pihak tersebut.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan perbedaan penilaian assessment antara manajemen dengan pengelola/fungsional assessment adalah sebagai berikut :
1. Melakukan komunikasi intensif antara kedua pihak baik pada tahap pra-assessment maupun pada tahap post-assessment.
2. Kesepakatan terhadap kriteria yang akan dinilai.
3. Menjelaskan kepada manajemen metoda dan tool yang digunakan baik kelebihan maupun kekurangannya.
4. Menetapkan jangka waktu validitas hasil assessment.
5. Menyediakan ruang pemberian umpan balik antara pengelola assessmen, manajemen dan individu yang dinilai (assessee).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar