Jumat, 11 September 2009

GUILTY FEELING


Guilty feeling adalah suatu perasaan bersalah akibat perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh seorang individu. Ini merupakan suatu kondisi emosional yang dihasilkan dari pemahaman seseorang bahwa telah terjadinya suatu penyimpangan standar moral. Para ahli sepakat bahwa rasa bersalah ini bersumber dari kepedulian yang tinggi individu terhadap standar moral yang berlaku bagi dirinya atau berlaku dalam masyarakatnya.

Rasa bersalah ini bersumber dari dalam diri individu yang bersifat internal. Ini yang membedakannya dengan rasa takut yang biasanya terkait dengan faktor eksternal seperti ketakutan akan dihukum akibat melanggar suatu peraturan tertentu yang dibuat secara eksternal.

Rasa bersalah ini sering pula disebut sebagai "a self administered punishment." Yaitu, suatu proses pemberian hukuman terhadap diri sendiri akibat dari adanya kesadaran terhadap nilai atau moral tertentu. Biasanya intensitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan ketakutan terhadap hukuman karena karena adanya pelanggaran aturan yang datang dari luar.

Ini sedikit berbeda dengan rasa malu yang lebih disebabkan oleh adanya kesadaran seseorang terhadap suatu konsep tertentu tentang kepantasan dan ketidakpantasan, meskipun dalam perilaku luarnya (overt behavior) terlihat ada sedikit kemiripin namun sesungguhnya berbeda.

Seorang Parjurit yang terus menerus mandi setelah melakukan suatu penyerbuan ke suatu desa merasa dirinya sangat kotor. Ini merupakan suatu refleksi dari sikap bersalahnya karena telah menewaskan banyak penduduk yang tidak bersalah termasuk anak-anak dan wanita. Ia merasa begitu bersalahnya sehingga terus menerus mandi yang secara psikologis dapat dimaknakan sebagai ritual pembersihan diri terhadap rasa bersalah yang ia rasakan.

Rasa bersalah ini dapat memberikan gangguan psikologis yang muncul dalam berbagai macam bentuk. Diantaranya anxiety, obsessif-compulsive sampai dengan gangguan yang bersifat neurotic.

Sebagai mana disebutkan diatas tadi bahwa rasa bersalah ini bersumber dari standar moral yang diinternalisasikan kedalam diri individu. Standar moral yang sangat kuat bisa menjadi pencetus munculnya rasa bersalah yang terkadang muncul secara eksesif. Dalam konsep Psikoanalisa Freud faktor Super-ego yang dominan menjadi penyebab munculnya beberapa gangguan psikologis termasuk rasa bersalah yang mengganggu.

Faktor pola asuh dan penanaman nilai yang berlebihan yang berlangsung pada usia dini menjadi sumber dari pembentukan konsep standar moral yang berlebihan pula. Apabila hal ini tidak diimbangi oleh ego yang kuat, sikap mental yang positif dan akal sehat maka standar moral yang berlebihan tadi dapat mengganggu keseimbangan psikologis individu.

Tidak ada komentar: