Minggu, 06 September 2009

FUJIWARA KIKAN DI BAKONGAN ACEH DAN PERAN T. RAMLI ANGKASAH


Pada tahun 1942 saat Belanda mulai takluk kepada Jepang, Kekaisaran Jepang mulai melakukan konsolidasi untuk menarik hati para pemimpin di Indonesia termasuk Aceh agar dapat mempermudah masuknya Bala Tentara Dai Nippon. Jepang memilih para pemimpin-pemimpin yang mendapat dukungan masyarakat. Terutama para pemimpin yang pernah melawan Belanda termasuk anak-anaknya. Untuk itu Dai Nippon Jepang membentuk lembaga yang bernama Fujiwara Kikan, biasa disingkat dengan lembaga F saja.

Lembaga F ini semacam lembaga teritorial yang juga bisa berfungsi sebagai lembaga kemasyarakatan ataupun intelijen dibawah pembinaan Dai Nippon. Tugasnya untuk mempermulus pengusiran Belanda dan mempermudah masuknya Jepang.

Untuk Wilayah Bakongan ditunjuklah Teuku Ramli Angkasah (gambar diatas) putera dari Teuku Raja Angkasah yang pernah bertempur melawan Belanda sebagai Ketua Fujiwara Kikan. Awalnya Teuku Ramli Angkasah menerima jabatan ini karena berharap Jepang bersikap positif. Namun, setelah tahu bahwa lembaga ini hanya akal bulus Jepang untuk menguasai daerahnya, maka Teuku Ramli Angkasah mengundurkan diri.

Pengunduran diri ini memberikan dampak serius. Jepang akan bersikap keras terhadap para pemimpin yang tidak mendukung dirinya. Teuku Ramli Angkasah sempat diancam akan digantung. Atas kerjasama dengan Teuku Nyak Arief dari Aceh besar yang juga masih ada hubungan famili diantara mereka, Teuku Ramli Angkasah dapat mengatasi ancaman Jepang tersebut.

Kembali ke Fujiwara Kikan sesuai dengan informasi dari ahli sejarah Muhammad Junus Djamil bahwa Fujiwara Kikan atau Lembaga F mulai menjalankan propagandanya di tahun 1942. Setelah proaganda di Tapak Tuan dilanjutkan ke Bakongan dan Trumon. Di Trumon terutama dikendalikan oleh Teuku Daud, Dullah Panjang, Husein Tukang yang menerima amanat itu dengan perantaraan Merah Husein, Teuku M. Natsir dan M. Sahim Hasyimi yang menganjurkan dari Tapak Tuan. Sekembalinya dari Trumon mereka terus memperluas propaganda F tersebut.

Mereka semua sudah bersiap dan di Tapak Tuan sudah terjadi pemberontakan terhadap Belanda. Pemerintah Belanda di Bakongan sudah mencurigai Teuku Ramli Angkasah dan diperintahkan untuk ditangkap karena melihat ia juga adalah Putera dari Teuku Raja Angkasah. Oleh sanak famili Teuku Ramli Angkasah disembunyikan kedalam hutan dan seluruh sanak famili diminta untuk bertindak secara hati-hati. Hal ini terjadi karena ada ancaman dari Pihak Belanda jika terjadi sesuatu maka seluruh sanak famili Teuku Ramli Angkasah akan dihabisi dan negeri Bakongan akan dimusnahkan.

Seorang Hulubalang Kluet (TMA) yang sangat setia kepada Belanda menyatakan dukungan kepada Belanda dan akan membantu Belanda untuk menghadapi orang-orang yang tidak mendukung Belanda. Begitu juga di Trumon terbetik kabar bahwa ada pemberontakan di Tapak Tuan dan meminta mereka untuk menunggu petunjuk Fujiwara Kikan lebih lanjut bila sewaktu-waktu diperlukan pertempuran militer dengan Belanda.

Seorang Hulubalang Trumon yang setia kepada Belanda TH yang beristri orang Belanda mencoba menghalangi propaganda F. Saat orang-orang di Trumon menjalankan propaganda F maka Hulubalang TH tersebut menangkapi mereka dan memenjarakan mereka. Mereka yang dipenjarakan itu adalah Cut Hasan anak Cut Ali yang pernah pula bertempur melawan Belanda di Trumon, kemudian ditangkap pula Cut Daud, Agam dan Guruh. Mereka dipenjara dalam lumbung padi milik Hulubalang TH, tidak diberi makan dan mereka disiksa selama 7 hari 7 malam. Setelah Jepang masuk barulah mereka dibebaskan dan terjadilah pertempuran melawan Belanda di Trumon.

Lembaga F ini akhirnya menjadi media Jepang untuk menguasai daerah-daerah. Banyak dari para pemimpin yang awalnya ikut bergabung dengan Fujiwara Kikan karena dianggap dapat mengusir Belanda. Namun selanjutnya Fujiwara Kikan menjadi alat propaganda Jepang sehingga akhirnya ditinggalkan oleh para pemimpin tersebut termasuk Teuku Ramli Angkasah. Sikap ini memiliki resiko karena akan diancam hukum gantung oleh Jepang, namun Teuku Ramli Angkasah dengan beberapa pemimpin lainnya dapat mengatasi ancaman tersebut termasuk memperoleh dukungan dari Teuku Nyak Arief, seorang Pahlawan Aceh dan Hulubalang ternama dari Lamnyong Aceh Besar.

Tidak ada komentar: