Untuk sebagian orang tujuan dari konseling dan psikoterapi adalah untuk perkembangan pribadi. Hal itu berarti mereka sebenarnya bukan dalam kondisi yang kritis. Beberapa orang merasa dirinya cukup baik namun ingin lebih meningkatkan kualitas diri. Beberapa pendekatan dalam terapi dapat digunakan dengan melihat kecenderungan kerpibadian dari klien. Misalnya seseorang yang memiliki intuisi dan kemampuan merasakan yang baik kan lebih efektif ditangani dengan menggunakan pendekatan cognitove-behavioral. Sedangkan orang rasional dengan logika berpikir yang baik lebih efektif ditangani dengan mengedepankan aspek emosional dan spiritual. Namun, dalam penerapan kedua pendekatan ini haruslah cermat. Jika tidak hati-hati maka hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Untuk ini seorang terapis haruslah fleksibel.
Woolfe (in Horton et al., 1996 : 612) mengkaji suatu fungsi pengembangan konseling yang cukup penting. Dalam hal ini ia melihat dalam setting komunitas konseling untuk pengembangan akan difokuskan pada “suatu sikap hidup yang wajar/normal bagi seseorang yang akan memasuki masa remaja, yang akan memulai bekerja, bagaimana hidup bersama, peran gender, memasuki paruh baya, kesiapan menerima pensiun. Hal ini bermanfaat arah yang ingin dicapai cukup terfokus.
Perkembangan pribadi ini sangat terkait bagaimana kita mampu mengeksplorasi diri sendiri dalam rangka untuk lebih memahami diri kita. Apabila ada masalah yang ditemukan maka difokuskan untuk mengatasi hambatan yang ada, menggeser penghalang dan memperoleh pemahaman yang lebih utuh untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Hal ini diyakini sebagai akar dari apa yang disebut dengan self actualization seperti yang pernah dikatakan oleh Spinelli (1994:258) bahwa :
“semua individu dapat mengembangkan dirinya secara lebih jernih dan terintegrasi, berbagi nilai-nilai, memilih tanggung jawab yang diyakininya dan memiliki kekhasan dalam pengalamannya melalui eksplorasi terhadap potensi kemanusiaan yang dimiliki.”
Brammer (1993) memaknakan tujuan aktualisasi ini secara lebih luas, melalui suatu konsep pengembangan yang lebih umum dan menawarkan jalan pemecahan segera terhadap permasalahan yang diarahkan kepada upaya untuk membantu klien untuk lebih memahami kekhasan dirinya dan merancang batasan yang lebih baik antara diri dengan orang lain. Dalam hal ini diberikan tujuh contoh dari tujuan pencapai aktualisasi secara ideal, yaitu :
1. Mengembangan suatu pemahaman yang lebih jelas tentang identitas personal dan mematangkan kepekaan dalam memahami proses emosional.
2. Memantapkan kekuatan-kekuatan yang khas, batasan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Kemampuan untuk menetapkan tujuan dan memulai proses pembelajaran baru serta mampu mengatasi kecemasan dan ketakutan yang ada.
4. Adanya kapasitas untuk menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain dan mengembangkan kesediaan untuk mengambil tanggung jawab pribadi.
5. Menetapkan arah pengembangan dan menunjukkan fleksibilitas serta keterbukaan pada orang lain.
6. Membangun kemandirian.
7. Mengembangkan kemampuan untuk bertindak efektif dengan cara-cara yang tepat dalam ruang lingkup kehidupan saat ini.
Makna dari pengembangan pribadi sangat tergantung dari konteks yang ada. Hal ini juga sangat tergantung dari pendekatan yang digunakan. Misalnya rational emotive behavior terapi menekankan filosofi perubahan adalah suatu tujuan sedangkan multimodal therapy menekankan pada adanya perubahan yang lebih ekstensif. Hemming (1991 :50) mengacu pada konsep Adlerian menyatakan bahwa “dorongan untuk mengekspresikan diri dalam lingkungan merupakan suatu potensi yang diwariskan.”
Woolfe (in Horton et al., 1996 : 612) mengkaji suatu fungsi pengembangan konseling yang cukup penting. Dalam hal ini ia melihat dalam setting komunitas konseling untuk pengembangan akan difokuskan pada “suatu sikap hidup yang wajar/normal bagi seseorang yang akan memasuki masa remaja, yang akan memulai bekerja, bagaimana hidup bersama, peran gender, memasuki paruh baya, kesiapan menerima pensiun. Hal ini bermanfaat arah yang ingin dicapai cukup terfokus.
Perkembangan pribadi ini sangat terkait bagaimana kita mampu mengeksplorasi diri sendiri dalam rangka untuk lebih memahami diri kita. Apabila ada masalah yang ditemukan maka difokuskan untuk mengatasi hambatan yang ada, menggeser penghalang dan memperoleh pemahaman yang lebih utuh untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Hal ini diyakini sebagai akar dari apa yang disebut dengan self actualization seperti yang pernah dikatakan oleh Spinelli (1994:258) bahwa :
“semua individu dapat mengembangkan dirinya secara lebih jernih dan terintegrasi, berbagi nilai-nilai, memilih tanggung jawab yang diyakininya dan memiliki kekhasan dalam pengalamannya melalui eksplorasi terhadap potensi kemanusiaan yang dimiliki.”
Brammer (1993) memaknakan tujuan aktualisasi ini secara lebih luas, melalui suatu konsep pengembangan yang lebih umum dan menawarkan jalan pemecahan segera terhadap permasalahan yang diarahkan kepada upaya untuk membantu klien untuk lebih memahami kekhasan dirinya dan merancang batasan yang lebih baik antara diri dengan orang lain. Dalam hal ini diberikan tujuh contoh dari tujuan pencapai aktualisasi secara ideal, yaitu :
1. Mengembangan suatu pemahaman yang lebih jelas tentang identitas personal dan mematangkan kepekaan dalam memahami proses emosional.
2. Memantapkan kekuatan-kekuatan yang khas, batasan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Kemampuan untuk menetapkan tujuan dan memulai proses pembelajaran baru serta mampu mengatasi kecemasan dan ketakutan yang ada.
4. Adanya kapasitas untuk menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain dan mengembangkan kesediaan untuk mengambil tanggung jawab pribadi.
5. Menetapkan arah pengembangan dan menunjukkan fleksibilitas serta keterbukaan pada orang lain.
6. Membangun kemandirian.
7. Mengembangkan kemampuan untuk bertindak efektif dengan cara-cara yang tepat dalam ruang lingkup kehidupan saat ini.
Makna dari pengembangan pribadi sangat tergantung dari konteks yang ada. Hal ini juga sangat tergantung dari pendekatan yang digunakan. Misalnya rational emotive behavior terapi menekankan filosofi perubahan adalah suatu tujuan sedangkan multimodal therapy menekankan pada adanya perubahan yang lebih ekstensif. Hemming (1991 :50) mengacu pada konsep Adlerian menyatakan bahwa “dorongan untuk mengekspresikan diri dalam lingkungan merupakan suatu potensi yang diwariskan.”
(Disadur dari Oleh Paul Wilkins)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar