Efektivitas organisasi merupakan suatu kondisi yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi itu sendiri. Efektivitas organisasi sendiri tergantung dari berbagai faktor. Efektivitas organisasi dapat dikonseptualisasikan dalam sejumlah cara (Daft, 1983; Goodman & Pennings, 1977). Dalam konsep ini efektivitas organisasi disusun dalam suatu hirarki, mulai dari tingkat survival, tingkat sustained viability dan tingkat higher values. Pada tingkat survival terjadi saat organisasi menggunakan sumber daya melebihi dari yang seharusnya. Pada tingkat sustained viability organisasi mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu mencapai tujuannya, terintegrasi dan memelihara budaya organisasi. Pada tingkat yang lebih tinggi yaitu higher values, organisasi telah memiliki kontribusi dan bermanfaat bagi lingkungan dan komunitasnya dan para pemimpin organisasi telah mampu mempromosikan nilai-nilai unggulan yang tidak hanya diadopsi oleh organisasi tersebut tetapi juga oleh komunitas dan lingkungannya.
Ada empat fungsi penting yang berpengaruh terhadap efektivitas organisasi, yaitu leadership, the structure of of executive work, organizational design, mechanism for talent development & organizational socialization (Stephen M. Colarelli; Terry A.Beehr, 1991). Fokus perhatian pembahasan diarahkan pada leadership, mengingat leadership dalam The Path-Goal Theory merupakan salah satu dari tiga faktor yang menentukan performance organisasi dan satisfaction dari anggota organisasi (dua faktor lainnya environmental contingency dan subordinate contingency). Efektivitas organisasi sendiri seperti yang diulas diatas dapat terlihat pada sejauh mana organisasi tersebut mampu mencapai tujuannya (performance) dan bagaimana mampu menjaga iklim kerja yang sehat (satisfaction). Dalam konteks ini pentingnya peran leader dan leadership dalam mendukung efektivitas organisasi.
Leader, kaitannya adalah bagaimana organisasi mampu memilih pemimpin yang tepat untuk mengisi strukturnya. Sedangkan kepemimpinan, adalah bagaimana pemimpin mampu menggunggunakan gaya kepemimpinannya dalam rangka mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. Leader dalam struktur formal organisasi dapat disebut sebagai manajer. Kemampuan untuk memilih pemimpin atau manajer yang tepat tergantung pada cara atau pendekatan yang tepat pula. Salah satu metoda yang akhir-akhir ini marak digunakan dilingkungan organisasi dalam memilih seorang manajer adalah assessment center. George C. Thornton (1992) menyebutkan bahwa the assessment center method is a procedure used by human resource management for evaluating personnel in terms of human attributes or ablities relevant to organizational effectiveness. Penjelasan ini memperlihatkan bagaimana assessment center dikaitkan dengan efektivitas organisasi. Dalam Human Resources Management (Raymond A. Noe; John R. Hollenbeck; Barry Gerhart; Patrick M. Wright, 2003) assessment center diartikan sebagai a process in which multiple raters evaluate employees’ performance on a number of exercises. Metoda assessment center menekankan pada pentingnya penggunaan behavior simulation (exercise). Simulasi yang digunakan lebih dari satu (umumnya minimal tiga) dan setiap kandidat (peserta program assessment center, sering juga disebut dengan assessee) dievaluasi lebih dari 1 evaluator (2 atau 3 evaluator, dalam asessment center evaluator lazim disebut dengan assessor).
Proses assessment center dimulai dengan mengidentifikasi job target, kemudian dibuat kriteria sukses untuk job target tersebut. Berdasarkan kriteria sukses tadi didapatkan sejumlah perilaku kunci kesuksesan untuk jabatan tersebut. Dari sejumlah perilaku kunci tersebut dikelompokkan pada area yang sama dan lazim disebut dengan dimensi. Contoh dimensi adalah leadership, planning & organizing, decision making, communication, customer orientation, dan sebagainya. Dari hasil penetapan perilaku kunci dan dimensi tersebut kemudian dirancang simulasi/exercise yang sesuai. Simulasi ini dapat berupa kegiatan interaktif dalam kelompok, interaktif individual, atau simulasi yang bersifat non-interactive seperti In-Tray, Problem Analysis dan sebagainya.
Hasil dari assessment center berupa rekaman terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh kandidat/assessee saat dihadapkan pada simulasi/exercises tertentu. Dari hasil ini diperoleh gambaran bagaimana perilaku assessee saat mengahadapi tugas jika ia berada pada job target yang dimaksud, apakah perilakunya cukup baik atau melebihi standar yang ada, sesuai dengan standar atau memenuhi kriteria, atau dibawah standar dan tidak memenuhi kriteria yang diharapkan. Hasil assessment center akan dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan kandidat dalam mengisi jabatan (staffing, promotion), untuk keperluan seleksi, transfer dan untuk keperluan pengembangan (dapat berperan sebagai training need analysis).
Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa efektivitas organisasi dapat dicapai dengan cara memilih pemimpin yang tepat sebagai pengelola organisasi. Memilih pemimpin yang tepat harus menggunakan metoda yang tepat dan handal pula. Assessment center adalah metoda yang telah teruji kehandalannya untuk memilih para eksekutif maupun manager yang berperan sebagai pemimpin dalam organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar