Senin, 01 Juni 2009

WELCOME MANOHARA

Kemarin Minggu 31 Mei 2009 akhirnya Manohara kembali ke Indonesia setelah melalui pertemuan secara dramatis dengan ibunya di sebuah hotel di Singapura. Kisah Manohara cukup mengharu-biru pemberitaan media massa ditengah publikasi tentang Pemilu dan persiapan pemilihan Presiden. Welcome Manohara.

Kisah tentang Manohara telah banyak diketahui publik bahkan sampai terjadi komunikasi ditingkat pemerintahan, terutama melalui beberapa keterangan yang sempat disampaikan oleh Duta Besar Republik Indonesia di Malaysia, Dai Bachtiar. Berbagai upaya dilakukan untuk mempertemukan ibunda Manohara dengan Manohara, tetapi dengan berbagai alasan pula pihak Kesultanan Kelantan belum memenuhi permintaan tersebut. Alih-alih mempertemukan mereka, Kesultanan Kelantan berusaha mempengaruhi opini massa dengan menampilkan Manohara dalam berbagai kesempatan dan diliput media massa seolah-olah Manohara dalam keadaan baik-baik saja.

Terdapat dua persoalan penting terkait dengan Manohara. Yaitu pertama mengenai persepsi publik Malaysia terhadap Indonesia, kedua adalah persoalan psikologis dari Pangeran Kelantan Tengku Fachri yang tampaknya memiliki persoalan kepribadian tersendiri yang kemudian mempengaruhi perilakunya.

Persepsi publik Malaysia sendiri terhadap Indonesia tampak berada dalam dua ekstrim yang berbeda. Disatu sisi mereka merasa Indonesia jauh lebih besar dan senior namun disisi lain mereka memandang "sebelah mata" terhadap Indonesia. Persepsi terhadap Indonesia yang lebih besar dan dituakan lebih dipengaruhi oleh faktor sejarah. Sedangkan persepsi memandang sebelah terhadap Indonesia lebih karena persoalan ekonomi mereka yang saat ini lebih maju dan dengan keberadaan TKI di Malaysia. Inilah situasi "paradox of perception" Malaysia terhadap Indonesia.

Penulis sendiri dalam berbagai kesempatan pernah bertemu dengan warga Malaysia, baik dalam seminar-seminar, training atau kesempatan informal lainnya. Sebagian dari mereka tampak mengagumi Indonesia, mengakui kebesaran Indonesia. Namun, sebagian dari mereka juga mengeluhkan berbagai perilaku negatif yang ditunjukkan TKI di Malaysia. Sebagian orang Malaysia mengagumi tokoh-tokoh besar dari Indonesia, tetapi disisi lain mereka juga meremehkan keberadaan TKI disana.

Paradox of perception ini sedikitnya memberi pengaruh terhadap kasus Manohara, disamping pengaruh faktor psikologis diantara Pangeran Kelantan dengan Manohara. Pangeran Kelantan cenderung menganggap "rendah" Manohara namun ia memiliki kekaguman juga terhadap Manohara sehingga ia meperistri Manohara. Kondisi Paradox juga menghinggapi Kesultanan Kelantan dengan melakukan pembangunan opini di media massa dan mengutus pembantunya yang orang Indonesia untuk memberikan informasi. Artinya, Kesultanan Kelantan cukup memahami tingkat keseriusan masalah ini dan berusaha melakukan pembelaan.

Dalam kasus Manohara terlihat berbagai aspek saling terkait, yaitu psikologis, sosial-budaya, politik dan ekonomi. Disamping tentunya yang tidak dapat dikesampingkan adalah aspek hukum, baik terkait dengan status perkawinannya, dugaan kekerasan dalam rumah tangga dan jika tidak hati-hati dapat dipolitisasi kearah hubungan antara kedua negara mengingat hubungan Indonesia-Malaysia selalu dalam kondisi "naik-turun."

Tidak ada komentar: