Kamis, 25 Juni 2009

COMMUNIC ASIA SINGAPORE


Pada tanggal 15-18 Juni 2009 penulis berkesempatan untuk mengikuti kegiatan Communic Asia di Singapore. Kegiatan yang berisi exhibition dan conference berkenaan dengan perkembangan terakhir dibidang telekomunikasi dan informasi tersebut diikuti oleh berbagai perusahaan raksasa dunia yang bergerak dalam produk maupun jasa telekomunikasi dan informasi. Perusahaan-perusahan besar tersebut berasal dari manca negara Amerika, Eropa, Australia dan Asia. Dari Asia terlihat perusahaan dari Jepang, Korea, Malayasi, Singapore dan sebagainya, namun sayang menurut amatan penulis tidak terlihat perusahaan dari Indonesia.

Communic Asia dilakukan secara rutin bahkan agenda untuk tahun 2010 pun telah ditentukan. Dalam hal ini menarik untuk diamati kemampuan Singapore untuk mengorganisir berbagai event berskala internasional dalam berbagai bidang termasuk bidang olahraga seperti Formula-1. Dari berbagai event besar berskala internasional tersebut Singapore meraup keuntungan yang luar biasa, mendatangkan devisa bagi negara.

Singapore adalah sebuah negara pulau yang sangat kecil bila dibandingkan dengan Indonesia. Minim bahkan hampir tidak ada sumber daya alam. Air bersih pun didatangkan dari Malaysia. Demikian pula pasir diambil dari Indonesia. Semua bahan pangan didatangkan dari luar negara, namun ketersediaan pangan di Singapore sangat berlimpah, berbagai jenis buah membanjiri Singapore dengan kualitas prima.


Apa kunci kemajuan Singapore? menurut penulis setidaknya ada 3 :

1. Leadership
2. Brain & people
3. Profesionalism & work attitude

Leadership dimulai dari kepemimpinan Bapak Singapore yaitu Lee Kuan Yew. Selepas dari Malaysia pada tahun 1965, dibawah kepemimpinan Lee Singapore mulai menata diri dengan pertama-tama adalah menegakkan disiplin. Perilaku sederhana yang keliatan remeh temeh seperti meludah sembarangan, mengunyah permen karet, membuang sampah merokok, ditertibkan. Lee dengan segenap unsur pemerintahannya boleh dikatakan menerapkan tangan besi untuk menegakkan disiplin. Hal ini dimulai dengan contoh keteladanan (role model) dan kemudian menerapkan sistem reward dan punishment yang konsisten. Melalui disiplin dibentuk perilaku manusia. Perilaku manusia inilah menjadi modal Singapore membangun negerinya.

Kemudian faktor brain dan people menjadi penentu utama keberhasilan Singapore. Sektor pendidikan memiliki peran penting untuk membanguan kualitas sumber daya manusia-nya. Singapore sadar dengan ketiadaan sumber daya alamnya, manusia dan otaklah yang menjadi modal mereka.

Profesionalism dan work attitude menjadi faktor berikutnya yang cukup penting yang membuat Singapore maju seperti saat ini. Profesionalisme dan sikap kerja mereka menganggumkan. Inilah yang membuat diantaranya berbondong-bondongnya para WNI berobat ke Singapore. Mereka tidak semata-mata menyediakan teknologi, sarana dan prasana kesehatan atau pun rumah sakit yang canggih, tetapi terutama mereka membentuk sikap pelayanan yang prima sehingga setiap orang yang beribat disana merasa dilayani dengan sangat baik dan merasa "diorangkan."

Apakah kesemua tersebut tanpa ekses negatif? Tentu ada. Kompetisi yang ketat membuat tekanan hidup masyarakat Singapore semakin meningkat, sehingga terlihat pula kecenderungan peningkatan bunuh diri. Hidup yang sangat diatur dan dalam irama ketat terkadang dirasakan oleh mereka sebagai siksaan. Namun, ini dikalahkan oleh kesadaran mereka bahkan mereka hidup dinegara kecil yang minus sumber daya alam. Sehingga mereka sadar dengan kompetisi yang ketat akan mampu membuat mereka lebih "survive." Disiplin, peraturan yang ketat, kompetisi walaupun dirasakan tidak nyaman mereka sadari sebagai bagian untuk membuat mereka mampu bertahan dan memenangkan persaingan di kancah global.

Hanya orang yang merasakan adanya ancaman yang mampu mempersiapkan diri lebih baik. Only paranoid people can be survived.

Tidak ada komentar: