Kamis, 14 Februari 2013

PARADOX & EXCELLENCE PEOPLE

Tulisan ini sejatinya terinspirasi dari tulisan CEO Telkom Bapak Arief Yahya tentang Paradox Marketing. Beliau mengatakan bahwa menemukan paradoks itu seperti menemukan “absolute truth.” Ini selaras dengan perilaku para filsuf dijaman dahulu dengan cara mencari kebenaran hakiki dengan selalu mempertanyakan dan mempertentangkan. Bahkan Nabiyullah, Nabi semua agama langit yaitu Ibrahim pun memulai keyakinannya terhadap Allah Sang Maha Pencipta melalui pertanyaan-pertanyaan yang juga mengandung unsur paradoks.

Lihatlah bagaimana metode Ibrahim saat mencari Tuhan. Ia selalu mempertanyakan siapa Maha Pencipta dan Maha Kuasa itu? Ia lihat matahari begitu perkasa apakah itu tuhan? Ternyata matahari pun tenggelam. Kemudian dimalam hari bintang-bintang begitu perkasa apakah itu tuhan? Ternyata bintang pun sirna dengan kemunculan siang. Demikian pula dengan bulan, gunung, angin semuanya tiada abadi. Bukankah Maha Pencipta dan Maha Kuasa itu seharusnya sesuatu yang abadi. Ibrahim pun melakukan pendekatan paradoks saat ia menghancurkan semua patung-patung sesembahan masyarakat saat itu dan menyisakan sebuah patung yang besar dengan mengalungkan kapak dileher patung tersebut. Saat orang-orang bertanya siapa yang menghancurkan patung-patung sesembahan tersebut? Dengan ringan Ibrahim menjawab silakan tanyakan pada patung besar tersebut karena kapak ada dilehernya. Orang-orang marah bagaimana sebuah patung dapat menggerakan sebuah kapak? Ibrahim menantang logika kaumnya, jika sebuah patung tidak dapat menggerakan kapak bagaimana ia bisa menggerakan yang lain dan tentunya ia tidak punya kekuasaan sehingga tidak layak untuk disembah.
Karena sikap yang menantang kaum dan rajanya, Ibrahim dihukum dan menghadapi situasi paradoks pula yang ditunjukan oleh kekuasaan Allah. Nabi Ibrahim dihukum bakar dengan cara dibuang tubuhnya kedalam api besar yang  menyala. Situasi paradoks atas ijin Allah terjadi api yang seharusnya panas menjadi dingin saat menyentuh tubuh Ibrahim. Ibrahim selamat dengan kondisi paradoks.

Kisah pengorbanan anaknya Ismail pun menggambarkan situasi paradoks yang dihadapi Ibrahim. Ibrahim sangat mencintai Ismail yang kelahirannya lama ditunggu-tunggu. Namun setelah anak itu hadir diperintahkan oleh Allah untuk menyembelihnya. Bagaimana kondisi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih anak yang sangat dicintainya, bukankah ini pun kondisi yang paradoks, namun inilah ujian yang diberikan Allah kepada Ibrahim dan putranya Ismail untuk mencapai derajat Insan dan Nabi yang mulia melalui ujian yang bersifat paradoks.
Contoh diatas jelas memperlihatkan bagaimana upaya untuk mencapai manusia yang unggul, insan yang mulia kita selalu dihadapkan pada situasi yang paradoks. Kisah Nabi dan orang besar lain pun selalu dihadapkan pada situasi paradoks. Lihatlah Bung Karno saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ia pun berhadapan dan melakukan suatu tindakan paradoks. Indonesia disekitar tahun 1945 tidak memiliki kekuatan yang cukup baik dari segi militer, persenjataan dan pasukan untuk memerdekan diri. Satu-satunya yang dimiliki adalah semangat. Kekuatan militer Jepang saat itu sangat kuat untuk mencegah upaya Indonesia memerdekakan diri. Demikian pula Belanda dengan dukungan sekutu memiliki segalanya untuk menancapkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Tetapi ditengah kekosongan kekuasaan saat itu, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Inilah kekuatan paradoks.

Mandela tokoh pembebasan Afrika menunjukan sikap paradoks pula dan kemudian ini mengangkat derajatnya sebagai manusia yang mulia dan unggul. Ia disiksa, dibungkam, dipenjarakan oleh rezim apartheid, namun ia tidak pernah menaruh dendam terhadap hal itu semua, ia lebih memilih masa depan. Mandela dapat memaafkan perlakukan keji yang diterimanya namun ia tidak melupakannya, tetap mengingatnya dalam konteks positif yaitu untuk tidak mengulangi kembali kekejian tersebut dan membangun masa depan yang lebih baik. Dalam berbagai versi terdapat pula kisah-kisah paradoks pada orang-orang besar seperti Martin Luther King, Gandhi, Bunda Theresa dan sebagainya.
Dalam buku Paradox marketing disebutkan untuk mencapai satu tujuan terkadang kita harus melakukan cara-cara yang tidak lazim, bahkan bersifat kontradiktif terhadap yang biasanya yang dilakukannya. Paradoks itu berlawan tapi sebetulnya melengkapi. Seperti Ibrahim yang menyintai Ismail tapi harus bersedia pula mengorbankannya. Paradoks membangun keseimbangan seperti Ying dan Yang dalam filosofi China, berlawanan tapi melengkapi dan menyeimbangkan.

Bukankah dalam kitab suci pun disebutkan bahwa semua itu diciptakan berpasangan, hal ini juga menggambarkan situasi paradoks bahwa perbedaan akan bisa saling melengkapi. Kekuatan justru dihasilkan melalui perbedaan seperti kutub positif dan negatif. Perbedaan yang saling melengkapi akan menjadi suatu kekuatan.
Orang-orang unggul biasanya melakukan hal-hal yang bersifat paradoks, seperti :

1.       Melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan kaumnya.

2.       Menggunakan metoda yang berbeda.

3.       Menantang logika.

4.       Tidak selalu berpikir linier.

5.       Memulai dari akhir.

Senin, 24 September 2012

JOKOWI, KELAS MENENGAH DAN 2014

Hasil hitung cepat telah menempatkan Walikota Solo Joko Widodo dan pasangannya Ahok sebagai “pemenang” Pemilihan Kepala Daerah DKI JAYA untuk periode 2012-2017. Pasangan ini mengalahkan incumbent Foke yang berpasangan dengan Nara.
Hasil ini tidak terlalu mengejutkan mengingat euphoria masyarakat akan pembaharuan, ekpekstasi masyarakat dan hasil pemilihan diputaran pertama. Hasil ini pun disumbang oleh kekecewaan masyarakat pada periode Foke, belum lagi kasus perselisihannya dengan mantan Wakil Gubernur DKI Prijanto dimana Prijanto menerbitkan sebuah buku yang menjelaskan menganpa ia mundur sebagai Wakil Gubernur.
Era reformasi menempatkan suara masyarakat sebagai keputusan tertinggi. Bagaimana cara memenangkan suara masyarakat merupakan strategi utama untuk meraih kemenangan dalam pemilihan umum.
Selain itu para analis juga memperkirakan bahwa peran kelas menengah cukup sentral dalam proses meraih suara masyarakat. Mengingat kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang mandiri, memiliki status sosial terpandang, memiliki kekuatan ekonomi, akses terhadap pengambil keputusan dan memiliki pengaruh dilingkungannya.
Dengan kekuatan posisi dan pengaruhnya maka kelas menengah memiliki peran untuk menggiring suara masyarakat. Kelas menengah juga memiliki akses yang kuat ke media sebagai corong untuk memobilisasi opini masyarakat. Dalam organisasi, perusahaan dan komunitasnya, kelas menengah mampu mengarahkan orang-orang disekitarnya untuk membangun opini tertentu.
Sebenarnya kelas memengah berada dalam posisi paradoks. Disatu sisi kelas menengah telah menikmati segala sesuatu yang ia miliki, tentunya mereka memiliki kepentingan untuk mempertahankan kemapanan tersebut, namun disisi lain kelas menengah karena pendidikan dan wawasannya merupakan kelompok masyarakat yang kritis pula. Jadi jika kelas menengah memilih perubahan dan memilih pemimpin baru maka tentunya ada sesuatu yang sulit diharapkan dari incumbent untuk memperkuat posisi mereka. Terlebih-lebih pada masyarakat kelas menengah independensi untuk bersikap objektif terlihat lebih menonjol dibandingkan kelas lainnya.
Selain faktor kelas menengah, pengaruh dari faktor personal Jokowi cukup kuat untuk membangun opini masyarakat yang positif terhadap dirinya dan mampu menggiring mayoritas masyarakat untuk memilih Jokowi.
Pribadi Jokowi sederhana, rendah hati, mengutamakan kepentingan masyarakat dan merupakan personifikasi dari pemimpin diera reformasi dan demokrasi. Semua ciri Jokowi ini sesuai dengan harapan mayoritas masyarakat untuk mendapatkan pemimpin ideal.
Pengalaman menunjukan bagaimana keberpihakan Jokowi terhadap masyarakat kecil, pedagang tradisional, pedagang kaki lima, tukang becak dan orang-orang terpinggirkan lainnya. Jokowi tidak mudah terpengaruh oleh tekanan penguasa yang lebih kuat dan juga tidak mudah takluk dalam menghadapi pengusaha-pengusaha besar, ia tetap berpihak terhadap kepentingan rakyat kecil.
Jokowi menjadi icon pemimpin saat ini dan bukan tidak mungkin ia akan dilirik menjadi calon Presiden atau calon Wakil Presiden pada tahun 2014. Jika saya dicalonkan sebagai Presiden tahun 2014 tentu saya akan memilih Jokowi sebagai Wakil Presidennya bahkan saya akan meminta Jokowi yang menjadi calon Presidennya. Kalau Jokowi kelihatan akan menapak dengan pasti, kalau saya mungkin mimpi saja he he ………….

Jumat, 07 September 2012

BAIK DAN BENAR

Banyak filosofi hidup digunakan untuk membentuk suatu perilaku yang baik dan membentuk kepribadian sesuai yang diharapkan. Filosofi ini dibangun atas dasar keyakinan bahwa dalam hidup diperlukan suatu pedoman agar setiap individu dapat menjalankan seluruh tugas kehidupannya secara benar sehingga misi sebagai kalifah dimuka bumi dapat diembang dengan baik.

Filosofi yang benar dibangun atas dasar keyakinan yang sungguh-sungguh dan tertanam dalam sanubari, sering ini direfleksikan dalam bentuk niat yang dimiliki seseorang. Niat merupakan sumber energi insani yang akan mengarahkan bagaimana seseorang menjalani kehidupannya. Niat adalah basis spirit seseorang yang akan menentukan hitam putihnya ia menjalani kehidupan.
Selanjutnya  niat akan membentuk pola pikir. Pola pikir merupakan aspek rasionalitas dalam memandang kehidupannya. Pola pikir akan akan menentukan refleksi kepribadian seseorang dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Kepribadian manusia merupakan rangkaian dari siklus keempat hal ini, yaitu : niat-pikiran-ucapan-perbuatan.

Apa yang mendasari keempat siklus ini agar dapat berjalan dengan baik dan membentuk pribadi yang unggul? Dasar utamanya terdiri dari dua pilar yaitu dasar moralitas dan dasar rasionalitas. Moralitas mengandung adanya suatu nilai-nilai hakiki yang akan memandu kehidupan manusia dan rasionalitas merupakan fungsi insani sebagai makhluk yang berakal yang bekerja dengan logika, ilmu, pengetahuan dan sistem tertentu.
Gabungan dari moralitas dan rasionalitas adalah segala sesuatu harus dilakukan secara benar dan baik. Dalam bersikap dan bertingkahlaku untuk mendapat landasan moralitas dan rasionalitas maka kita harus memastikan apakah yang akan dilakukan itu benar dan baik. Benar bisa berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan dan juga bisa berdasarkan apakah yang dilakukan itu dapat diterima oleh akal sehat .

Jika benar dapat diteropong dari sisi panduan moral maupun logika dan common-sense maka baik memiliki dimensi sosial dan estetika. Benar dalam konteks moral dan logic merupakan chip yang ditanamkan oleh Yang Maha Kuasa dalam sanubari dan pikiran kita, maka baik akan berdimensi hubungan sosial apakah yang kita lakukan itu dapat diterima secara sosial, memiliki manfaat terhadap sesama dan adanya keserasian dengan lingkungan.
Berdasarkan asas benar dan baik maka akan terbentuk kepribadian dan perilaku yang dapat menyeleksi segala sesuatu secara tepat. Misalnya jika kita akan memutuskan suatu tindakan maka sebelumnya kita harus menentukan apakah tindakan kita ini benar (secara moral dan logika) dan baik (secara sosial dan estetika). Jika memenuhi kedua kaedah tersebut maka kita dapat memutuskan secara akurat dan keputusan atau tindakan kita pastilah berkualitas.

Jadi sebelum memutuskan pastikanlah keputusan tersebut adalah benar dan baik!  

Rabu, 25 Juli 2012

MENTALITAS PERANTAU

Pernahkah kita mengamati bagaimana perjalanan hidup seseorang jika dibandingkan antara mereka yang seumur hidupnya tinggal disuatu tempat selamanya atau mereka yang menghabiskan umurnya dikampung halaman dibandingkan dengan mereka yang merantau?

Kalau kita amati secara umum mereka yang merantau meninggalkan kampung halamannya jauh lebih berhasil dibandingkan dengan yang seumur hidup atau sebagian besar hidupnya dihabiskan dikampung halaman.

Mereka yang merantau ini juga dapat dikatakan adalah orang-orang yang melakukan hijrah dengan harapan hidupnya akan lebih baik jika mereka berpindah tempat atau mereka menuju tempat baru yang memberikan harapan.

Pertanyaan yang mengemuka, mengapa mereka yang merantau secara umum jauh lebih sukses dibandingkan dengan mereka yang tetap tinggal dikampung halamannya? Pertanyaan ini menarik untuk kita kaji terutama untuk mengetahui motivasi dan bagaimana mereka berjuang untuk hidup.

Bagi kaum perantau umumnya berlaku kredo “jangan pulang sebelum berhasil.” Semangat untuk berhasil ini dan tidak ingin pulang sebagai pecundang mewarnai kepribadian dan mentalitas kaum perantau.

Bagu kaum perantau tidak ada istilah setengah-setengah, berhasil atau terpuruk itulah pilihan hidupnya. Para perantau rela menderita jangka pendek untuk mencapai kesejahteraan dalam jangka panjang. Berusaha menahan diri akan dorongan konsumtif untuk mencapai kebahagiaan dijangka panjang.

Secara mental pada saat memutuskan merantau atau mengetahui bahwa ia hidup dalam perantauan maka ia sadar bahwa harus “survive.” Eksistensi hidupnya sangat tergantung pada perjuangan dirinya sendiri. Ini akan berbeda kalau ia berada dikampung halaman bersama keluarga besarnya sendiri, ia cenderung merasa aman, merasa diproteksi, tanpa berjuang keras pun kehidupan hidupnya dapat terpenuhi. Hidup dalam “comfort zone” ternyata membuat diri terlena dan keinginan untuk berjuang keras pun sirna.

Di perantauan situasi berbeda, seseorang harus mandiri, peluang untuk bergantung pada orang lain sangatlah minimal, kesempatan untuk diproteksi oleh keluarganya akan berkurang dan pemenuhan kebutuhan hidupya haruslah ditanggulangi sendiri.

Mentalitas perantau adalah mentalitas pejuang. Bagi pejuang target jangka panjang jauh lebih penting dibandingkan jangka pendek. Perantau berpikir sebagai seorang investor. Investasi utamanya adalah dalam bidang sosial dan membangun relasi yang luas. Berbeda jika dikampung halaman hubungan sosial sudah “given.” Diperantauan seseorang harus berinisiatif sendiri untuk membangun jejaring sosial agar ia eksis dalam kehidupan sosialnya.

Seorang perantau akan bangun lebih pagi dan istirahat lebih malam. Bekerja lebih cerdas, lebih cepat dan lebih berkualitas. Bersikap lebih kompetitif sekaligus lebih kooperatif. Bergaul lebih luwes untuk memperoleh “social acceptance.”

Seorang perantau memiliki mentalitas seperti bola tenis dibandingkan seperti telur. Jika telur jatuh maka akan pecah berantakan, namun jika bola tenis jatuh ia akan mental kembali ke atas. Perantau tidak akan mudah menyerah, kegagalan tidak membuat dirinya punah, kegagalan akan dijadikan pelajaran pahit dan untuk kemudian tampil lebih sukses lagi.

Jadi apakah anda tetap ingin tinggal di kampung halaman? So MERANTAULAH!

Jumat, 20 Juli 2012

TOP MODAL SUKSES

Banyak kiat yang disampaikan berbagai pakar tentang kesuksesan. Meskipun definisi sukses sendiri sangatlah sumir dan setiap orang bisa mendefinisikan secara berbeda tentang makna sukses. Belum lagi jika hal tersebut dikaitkan dengan dimensi waktu, sukses jangka pendek tidak selalu linier dengan sukses jangka panjang, bahkan terkadang untuk mencapai sukses jangka panjang kita harus mengorbankan sesuatu dalam jangka pendek atau gagal dalam jangka pendek.
Namun secara umum modal sebuah kesuksesan sangat dikaitkan dengan kualitas personal seseorang. Kualitas personal ini terutama berkaitan dengan bagaimana seseorang merespon dinamika kehidupannya seperti saat menghadapi permasalahan, tantangan maupun kegagalan. Orang-orang sukses umumnya memiliki kendali yang kuat terhadap lingkungannya bukan malah dikendalikan, mampu berperan positif dilingkungan dan memberikan teladan dalam banyak hal.
Seorang yang sukses umumnya memiliki kecerdasan minimal rata-rata. Tidak harus menjadi jenius untuk sukses, namun jangan terlalu dungu pula. Selain itu orang sukses biasanya memiliki kendali emosi yang baik. Dalam kasus tertentu memang ditemukan beberapa pemimpin kharismatik memiliki emosi yang meledak-ledak dan dianggap sebagai pemimpin sukses. Namun emosi yang meledak-ledak ini lebih kearah energi untuk membangkitkan semangat pengikut dan konstituennya.
Selain itu seorang sukses secara umum memiliki kemampuan sosialibilitas yang baik. Namun untuk kasus tertentu ditemukan pula mereka yang introvert dan penyendiri yang dianggap sukses. Umumnya hal ini muncul dari kalangan ilmuwan, para penemu dan bidang-bidang yang terkait dengan penelitian. Biasanya mereka terbiasa hidup menyendiri dan fokus untuk meneliti sesuatu hal.
Berikutnya orang-orang sukses biasanya memiliki sikap kerja yang baik. Bekerja dengan perencanaan dan visi yang jauh kedepan, mampu mengelola energi dan kapasitas mentalnya, memiliki dayang juang yang besar dan selalu termotivasi mengerjakan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya secara baik dan sempurna.
Deskripsi diatas menggambarkan sekilas tentang ciri-ciri orang yang sukses. Ciri-ciri diatas lebih menggambarkan pada aspek perilakunya. Namun, disamping faktor intelektual, emosional, sosiabilitas dan sikap kerja, maka diperlukan suatu kondisi awal yang sesuai untuk membangun berbagai perilaku sukses tersebut. Kondisi awal ini merupakan dasar bagaimana seseorang membangun persepsi dan sikapnya. Atas persepsi dan sikap yang benar inilah akan muncul perilaku yang relevan untuk membangun kesuksesan.
Persepsi dan sikap awal ini disingkat dengan TOP, yaitu Trust-Optimist-Positive. Untuk membangun suatu perilaku yang mampu menghantarkan seseorang meraih kesuksesan diperlukan persepsi dan sikap TOP ini.
Trust akan menumbuhkan sikap saling menghargai dan dengan sikap saling menghargai akan muncul situasi kondusif untuk membangun sinergi antar berbagai pihak. Karena kesuksesan sangat memerlukan dukungan berbagai pihak, dengan bersikap Trust maka modal untuk meraih dukungan tersebut akan diperoleh.
Optimis akan membuat seseorang selalu bergairah dan bersemangat. Orang-orang optimis selalu melihat peluang dibalik berbagai hal. Dengan sikap optimis orang-orang akan mampu menghasilkan solusi dibandingkan dengan terpaku pada masalah. Sikap optimis mampu mengeluarkan semua potensi seseorang untuk melakukan hal-hal terbaik yang ia miliki. Orang optimis tidak pernah bertindak ragu-ragu, yakin dengan pilihan dan putusannya serta berusaha maksimal untuk meraih keberhasilan.
Positif akan mampu membangun sikap mental yang sehat. Sikap mental yang sehat diperlukan agar semua energi dan potensi kita muncul secara optimal. Bersikap positif membuat kita lebih dapat menikmati situasi dengan gembira. Kegembiraan akan berdampak baik saat kita berelasi dilingkungan sosial. Kegembiraan membuat semua potensi kita dapat muncul. Dengan sikap positif lingkungan pun nyaman dengan keberadaan kita dan dengan kondisi ini tentu lingkungan pun akan memberikan dukungan yang kita perlukan untuk meraih kesuksesan.
Jadi …… ingin sukses? Bangunlah sikap TOP, Trust-Optimist-Positive!   

Rabu, 18 Juli 2012

HELSINKI


MINUM KOPI BISA LEBIH SUKSES?

Sebuah artikel di Harian Nasional menyebutkan para peminum kopi cenderung hidupnya lebih sukses. Benarkah demikian? Tentunya menurut artikel tersebut memang benar. Berikut penulis cuplik dari kompas.com :

Kopi selalu menjadi teman kita untuk mengawali hari, atau daya berpikir kita mulai "meredup" di sore hari. Bila Anda termasuk orang yang selalu mengandalkan kopi untuk teman saat bekerja, coba baca hasil survei dari Nespresso ini. Kebiasaan ngopi ternyata bisa menunjukkan seberapa tingkat kesuksesan kita di tempat kerja.

Perusahaan pembuat mesin kopi ini sebelumnya melakukan survei terhadap 2.000 kalangan profesional di Inggris. Survei mengungkapkan beberapa fakta menarik seputar kebiasaan minum kopi. Lebih dari tiga perempat responden (77 persen) yang merupakan manajer golongan top dan senior ternyata lebih memilih kopi ketimbang teh saat bekerja. Orang-orang yang tergolong sangat ambisius (dengan tingkat ambisi 4 dan 5 dari skala 1-5) minum 1,5 cangkir kopi lebih banyak daripada yang dikategorikan kurang ambisius.

Namun alasan mereka memilih kopi ternyata tidak hanya itu. Kopi bagi mereka juga sangat berkaitan dengan status. Terbukti hampir separuh responden (45 persen) mengaku bahwa mereka menganggap kopi memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada teh.
Kemudian, responden diminta memilih deskripsi pekerjaan mereka yang disesuaikan dari 13 pilihan yang ada, dari managing director hingga supporting role seperti petugas keamanan atau office boy. Dari sini, responden dikelompokkan ke dalam Top Management, Senior Management, Middle Management, Junior Level, dan karyawan non-office. Pengelompokan ini ditujukan agar para peneliti dapat menentukan responden yang memiliki penghasilan tertinggi.
Terlihat, 78 persen dari responden dengan gaji yang tinggi mengakui bahwa kopi sudah menjadi kebutuhan bagi mereka, agar mereka merasa lebih "tune in" dan lebih produktif sepanjang hari. Mereka cenderung memilih kopi dengan citarasa yang kuat, seperti espresso atau macchiato. Kedua jenis kopi ini lebih dipilih oleh dua pertiga dari responden yang berada di top management, dan tiga perempat responden yang tergolong "ambisius", ketimbang jenis kopi latte (dengan tambahan susu) dan cappuccino dengan taburan cokelat. Sebaliknya, jenis kopi panas dengan campuran susu lebih jadi favorit responden yang tergolong "kurang ambisius".

Nah, sekarang Anda mungkin tahu alasannya, mengapa meskipun sudah minum lima cangkir kopi sehari tetapi tidak naik-naik pangkat juga. Mungkin Anda terlalu banyak menambahkan susu ke dalam kopi Anda.... Sumber: Huffington
Dari tulisan tersebut terlihat orang yang sukses dan bergaji tinggi cenderung serng minum kopi. Namun kita harus membedakan dua hal ini disini : apakah karena minum kopi orang menjadi sukses atau orang-orang sukses memang telah memiliki motivasi dan semangat kerja yang kuat membutuhkan asupan energi untuk lebih meningkatkan vitalitas mereka, salah satunya dengan minum kopi (bisa juga minum yang lain). Penulis cenderung memilih yang kedua, bagaimana anda?

Kamis, 10 Mei 2012

CAREER

You always have the power to reinvent your career. But with that power comes a significant responsibility : being accountable for your own success.

(Sally Hogshead)

Senin, 01 Agustus 2011

NOL PRINCIPLES

Dalam menjalankan suatu tugas atau tanggung jawab tertentu umumnya ada suatu prinsip-prinsip yang mesti kita penuhi. Prinsip-prinsip ini sebagai pedoman yang digunakan untuk memberikan panduan dalam menjalankan tugas atau tanggung jawab tersebut.

Prinsip-prinsip berisi hal-hal esensial yang tidak boleh dilanggar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut dapat terlaksana dengan baik. Prinsip-prinsip juga dapat dijadikan ukuran apakah tugas dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan baik atau tidak. Prinsip-prinsip biasanya diturunkan dari suatu nilai-nilai yang merupakan suatu kondisi ideal yang diharapkan dalam suatu organisasi atau komunitas.

Berikut ini adalah sebuah prinsip bagi seorang pengambil keputusan, yaitu NOL PRINCIPLES. Prinsip NOL adalah prinsip yang digunakan pada saat seseorang berperan sebagai Decision Maker, pada saat seseorang melaksanakan tugas untuk memutuskan dan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan maka hendaknya ia dapat menjalankan Prinsip NOL.

Prinsip NOL adalah prinsip-prinsip yang berlandaskan pada sikap NEUTRAL, OBJECTIVE dan LEGAL. Seseorang dalam mengambil keputusan haruslah bersikap netral, mampu objektif dan melandaskan keputusannya sesuai dengan aturan legal yang berlaku.

Neutral, adalah tidak berpihak, pengambil keputusan harus berfokus pada tujuan organisasi. Pengambil keputusan tidak boleh bersikap tidak adil dengan mengutamakan kepentingan kelompok atau unit tertentu. Ia harus mengacu pada visi dan misi organisasi. Pengambil keputusan harus bersikap seimbang dan setara serta tidak terjebak pada kepentingan sempit pihak tertentu. Prinsip netral merupakan basis penting untuk memosisikan diri secara tepat pada saat mengambil keputusan.

Objektif adalah bertindak sesuai dengan fakta-fakta yang relevan. Pengambil keputusan haruslah komprehensif dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang ada. Pengambil keputusan jangan sampai terjebak pada sikap subyektif yang hanya mengandalkan pada pengalaman dan penilaian personal. Ia harus melihat berbagai fakta secara cermat dan menggunakannya secara tepat sebagai dasar pengambilan keputusan.

Tidak kalah penting adalah aspek legal. Sebuah keputusan haruslah sejalan dengan peraturan, hukum dan undang-undang yang berlaku. Sebuah keputusan jangan sampai bertentangan dengan aspek legal yang berlaku. Keputusan yang didukung oleh aspek legal akan memiliki kekuatan dalam penerapannnya, keputusan yang tidak didukung oleh aspek legal akan menuai permasalahan pada saat penerapan. Bertindak legal adalah pilihan penting bagi seorang pengambil keputusan.

Jadi jika anda dalam posisi sebagai Decision Maker, Pengambil Keputusan, menerapkan Prinsip-Prinsip NOL adalah merupakan suatu keharusan untuk menjamin keputusan anda berkualitas, bermakna dan dapat diterapkan.

Jumat, 08 Juli 2011

TELKOM RAIH 5 PENGHARGAAN INDONESIAN HUMAN CAPITAL STUDY (IHCS) 2011


Pada hari Kamis (30/6/2011) Penulis ikut menghadiri penyerahan penghargaan Indonesian Human Capital Study (IHCS). Telkom meraih 5 kategori penghargaan. BUMN ternama ini masih menunjukkan kehandalannya dalam pengelolaan SDM atau Human Capital. Hal ini terbukti dengan diraihnya berbagai penghargaan di bidang SDM atau Human Capital. Pada penyerahan penghargaan IHCS kali ini Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah dan Direktur HCGA Telkom, Faisal Syam hadir untuk menerima piala penghargaan dalam ajang Indonesian Human Capital Study (IHCS) 2011. Dalam kesempatan itu, Telkom membawa pulang 5 piala untuk masing-masing kategori yang berbeda. Acara tersebut berlangsung di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta.

Adapun kategori yang dimenangkan oleh Telkom adalah The Best For Human Capital Index Kategori Infrastructure, Utilities, & Transportation Industry, The Best For Employee Net Promoter Score Kategori Infrastructure, Utilities, & Transportation Industry, The Best for All Criteria, The Best for CEO Commitment, dan The Best For Human Capital Initiative untuk kategori Career Management.

Di bagian lain, saat itu juga dilakukan penetapan tanggal 30 Juni sebagai Hari Kinerja Karyawan Nasional (HK2N) yang nantinya akan ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. Dalam kesempatan itu Direktur Utama, Rinaldi Firmansyah dan Direktur HCGA, Faisal Syam dan para pimpinan perusahaan peserta 2011 IHCS melakukan penandatangaan prasasti, menandai dicanangkannya HK2N.

M. Lutfi Handayani selaku Ketua Panitia Penyelenggara 2011 IHCS sekaligus Pemimpin Redaksi Business Review menyebutkan, ”2011 IHCS dilaksanakan pula untuk memperkuat kebersamaan dalam membangun dan meningkatkan kinerja karyawan. Selain itu dalam event IHCS ini juga dilakukan launching Hari Kinerja Karyawan Nasional (HK2N) yang bertujuan untuk mendorong upaya peningkatan kinerja perusahaan melalui peningkatan kinerja karyawan”, jelasnya.

Lutfi menambahkan, IHCS mengukur tiga komponen Human Capital System meliputi pemenuhan kebutuhan management dalam penerapan Human Capital System di suatu perusahaan dengan indikator Human Capital Index (HCI), pemenuhan kebutuhan karyawan dalam penerapan Human Capital System di suatu perusahaan dengan indikator Net Promoter Score (NPS) dan Human Capital Score (HC Score) serta mengukur bagaiman inisiatif-inisiatif sistem Human Capital yang dimiliki oleh suatu perusahaan baik yang sudah, sedang dan akan dilakukan.

(Dikutip dari Portal Telkom)