Bagaimana kita memikirkan masa depan kita sesungguhnya merupakan isu yang menarik. Sejak jaman dahulu orang mencoba meramal bagaimana masa depan. Mulai dari Aristoteles, Copernicus sampai dengan Joyoboyo mencoba melihat dan memprediksikan apa yang bakal terjadi di masa depan.
Berbagai pendekatan digunakan. Ada yang menggunakan kaca mata batin, membaca tanda-tanda alam, memanfaatkan informasi dari kitab suci sampai dengan menggunakan pendekatan secara ilmiah. Pada dasarnya pengetahuan tentang masa depan merupakan kebutuhan umat manusia untuk mempersiapkan hidupnya lebih baik dikemudian hari atau bahkan mempersiapkan generasi berikutnya agar mampu hidup lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Rowan Gibson seorang konsultan bisnis independent sekaligus ahli strategi pemasaran, mengenyam pendidikan di Inggris dan saat ini tinggal di Jerman, mencoba merumuskan suatu rangkaian pemikiran tentang masa depan, ia sebut dengan "Rethinking the Future." Masa depan tidak cukup diramalkan, tidak cukup dibayangkan atau diprediksi tetapi harus dipikirkan sungguh-sungguh dengan memikirkannya kembali. Konsep Gibson sangat terkait dengan kehidupan bisnis, memikirkan kembali masa depan menurut Gibson adalah memikirkan kembali tentang bisnis, prinsip, persaingan, kontrol dan kompleksitas, kepemimpinan, pasar dan dunia.
Menurut Gibson kita perlu meginvestasikan waktu untuk memikirkan kembali pilar-pilar penopang keberadaan kita sebagai individu, organisasi maupun bangsa. Banyak hal-hal yang saat ini digunakan namun kedepan bisa jadi tidak relevan lagi. Hal-hal yang dulu atau sekarang efektif, bisa jadi dimasa depan menjadi destruktif. Perubahan terjadi dengan sangat masif, intens dan cepat. Munculnya kekuatan-kekuatan baru yang mengubah dunia. Batas-batas tradisional yang secara jelas memisahkan industri dengan industri lain, negara dengan negara lain menjadi semakin kabur. Hukum-hukum manajemen berubah, kepemimpinan memerlukan pendekatan baru, demikian pula berbagai hal lainnya berubah dengan cara yang bisa tidak terduga.
Gibson mencoba memadukan pemikiran dari sejumlah ahli untuk mengkonstruksikan kembali pemikiran masa depan seperti pemikiran Stephen R. Covey tentang pentingnya prinsip untuk memahami masa depan. Bagi Michael Porter kita harus memegang kendali terhadap masa depan dengan menciptakan keunggulan dimasa depan. CK Prahalad menekankan diperlukan strategi pertumbuhan agar tetap eksis dalam perubahan yang bakal terjadi. Warren Bennis dengan gamblang mengatakan bahwa untuk menguasai masa depan maka kita perlu menjadi pemimpin dari para pemimpin. Terkait dengan itu menarik pula pemikiran dari John Koter bahwa budaya dan kelompok merupakan basis pemikiran yang penting untuk mengetahui apa yang terjadi dimasa depan.
Terkait dengan perkembangan dunia secara global, Al Ries dan Jack Trout menyebutkan bahwa kedepan terjadi suatu situasi dimana kita terfokus pada dunia yang tidak jelas. John Naisbitt menyebutkan akan muncul suatu gejala bentuk komunitas bangsa dari negara bangsa ke jaringan. Lester Thurow memastikan bahwa watak kapitalisme harus berubah agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. Hal menarik adalah apa yang diutarakan oleh Kevin Kelly bahwa akan muncul biologi baru dunia bisnis. Kevin Kelly menyebutkan bahwa organisasi maupun perusahaan akan mulai mengambil kompleksitas sistem biologi dan pada saat itu terjadi mereka menjadi tidak dapat dikontrol lagi.
Untuk memahami dan memikirkan kembali masa depan, beberapa pemikir mengilustrasikan sebagai berikut :
CHARLES HANDY : anda tidak dapat memandang masa depan sebagai kontinuasi atau terusan dari masa silam, karena masa depan akan berbeda. Kita harus melupakan cara-cara pembelajaran masa silam agar kita dapat menghadapi masa depan.
PETER SENGE : kita harus berhenti membanyangkan apa yang harus kita lakukan dengan melihat apa yang telah kita lakukan.
MICHAEL HAMMER : apabila anda berpikir bahwa anda baik-baik saja, anda akan binasa. Keberhasilan di masa silam tidak akan dengan sendirinya merupakan keberhasilan di masa yang akan datang. Resep keberhasilan di masa silam hampir pasti merupakan resep kegagalan di masa yang akan datang.
CK PRAHALAD : apabila anda ingin bebas dari daya tarik gravitasi masa silam, anda harus bersedia menantang ortodoksi anda sendiri dan menciptakan kembali strategi-strategi pokok anda serta memikirkan kembali asumsi-asumsi anda yang paling mendasar mengenai cara anda hendak bersaing.
Pemikiran diatas jelas memperlihatkan kemungkinan dan hampir pasti diskontinuitas antara masa silam dan masa akan datang. Mengambil pelajaran dari masa lalu bisa jadi tidak relevan dalam konteks ini. Hal yang paling tepat adalah kita harus mengkonstruksikan kembali pemikiran, orientasi dan seluruh kapabilitas kita untuk dapat memegang kendali perubahan di masa depan. Jika tidak bisa jadi perubahan menjadi sangat tidak terduga buat diri kita dan kita akan binasa dalam gilasan perubahan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar