Presiden
dan Wakil Presiden Indonesia periode 2014-2019 telah ditetapkan yaitu Joko
Widodo dan Jusuf Kalla. Dengan ditetapkannya pemimpin baru Indonesia, era baru
telah dimulai, namun tantangan lama dan terus berkembang semakin kompleks tetap
hadir didepan mata, yaitu kualitas SDM Indonesia. Data menunjukan bahwa hanya
4,3% dari 1000 orang Indonesia yang tergolong terampil. Bandingkan dengan
Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%.
Salah satu faktor
kemajuan bangsa ditentukan oleh daya
saingnya dan daya saing sangat terkait dengan inovasi. Bangsa yang mampu
berinovasi memiliki daya saing yang kuat. Kemampuan untuk berinovasi ternyata
ditentukan pula oleh peran Pemimpinnya. Menurut sebuat riset, peran pemimpin
adalah 97,2% terhadap munculnya inovasi. Riset ini didapat dari hasil
penelitian terhadap 200 perusahaan. Peran dominan pemimpin dalam mendorong
inovasi memberikan motivasi yang kuat bagi karyawan untuk berinovasi, terlebih
dari pada itu pemimpin juga dapat membangun kultur dan atmosfir yang subur
dalam mendorong munculnya inovasi. Hal yang menarik adalah visi dan jejaring
yang kuat tidak begitu berpengaruh dalam menumbuhkan iklim inovasi. Selain itu
para pejabat level manajemen menengah juga tidak begitu berpengaruh dalam
membangun inovasi.
Dalam riset
itu juga disebut bahwa karakter pemimpin memberikan pengaruh yang siginifikan
dalam menumbuhkan inovasi. Dibutuhkan karakter pemimpin yang berani untuk memberikan
kesempatan bagi karyawannya untuk berinovasi. Gambaran diatas menunjukkan begitu pentingnya peran pemimpin puncak dalam menumbuhkan iklim inovasi sekaligus sebagai fondasi untuk membangun daya saing yang kuat. Jika Indonesia sebagai sebuah organisasi besar, maka untuk menumbuhkan inovasi dan memiliki daya saing yang kuat, tentunya diperlukan peran pemimpin puncak yang signifikan. Pada tataran inilah kita sangat menaruh harapan pada Jokowi-JK untuk mengambil peran mulia tersebut yaitu mendorong inovasi, membangun daya saing bangsa yang tangguh, agar Indonesia unggul dan terhormat diantara bangsa-bangsa lainnya.
Hal lain yang perlu dicermati adalah posisi Indonesia dalam konteks indeks pembangunan manusia. Indonesia pada data
Menilik data-data
tersebut, tidaklah ringan tugas yang akan diemban oleh pemerintahan Jokowi-JK. Visi
Misi yang disampaikan selama ini harus
ditunjang oleh strategi yang tepat agar pelaksanaan program-program khususnya
yang berkaitkan dengan Sumber Daya Manusia dan terlebih-lebih lagi yang terkait
dengan Revolusi Mental agar dapat dilaksanakan secara tepat dan mampu
mengangkat harkat manusia Indonesia.
Fakta lain menunjukkan,
daya saing bangsa Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan negara-negara
lain seperti China, Korea Selatan, Swis, Swedia, Jerman, dan Singapura. Hal ini
tercermin dari laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2012 yang mencatat,
dari 144 negara, indeks daya saing global Indonesia mengalami penurunan dari
peringkat 46 pada 2011 menjadi urutan 50 pada 2012. salah satu penyebab
pelemahan daya saing nasional ini adalah minimnya inovasi sebagai salah satu
indikator penilaian daya saing.
Berkaitan dengan minimnya
inovasi terlihat dari catatan World Intelectual Property Organization (WIPO),
indeks inovasi global Indonesia hanya menduduki peringkat 100 (dari 141
negara), sebelumnya menduduki peringkat 99 (dari 125 negara), di bawah
peringkat negara Asia Tenggara Iainnya, seperti Thailand (57), Brunei (53), dan
Malaysia (32). Kondisi ini harus segera dibenahi. (majalahinovasi.com).
Tugas berat menanti
Jokowi-JK untuk meningkatkan kualitas SDM agar Indonesia mamu menjadi bangsa
yang berdaya saing tinggi. Rumusan strategi yang tepat untuk mengejewantahkan
Visi Misi yang telah disusun harus ditindaklanjuti oleh program yang selaras. Dan
yang terpenting dari itu semuanya tentunya diperlukan orang-orang yang tepat
untuk menjalan semua rumusan dan program tersebut.
Strategi pembangunan
Indonesia selama ini sangat menggantungkan diri pada pada alam telah
mengabaikan potensi manusia Indonesia. Tentunya pemerintahan Jokowi-JK harus
mampu mengoreksi kekeliruan selama ini agar potensi manusia Indonesia dapat
lebih terelaborasi dan muncul menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang mampu
menempatkan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang unggul dalam persaingan
bangsa-bangsa di dunia.
Hal tersebut sejalan
dengan apa yang tertera di Harian Kompas 8 september 2014 bahwa pembangunan
ekonomi Indonesia yang masih bergantung pada sumber daya alam menyebabkan sektor
lain terbengkalai. Pertumbuhan sumber daya manusia pun tak bisa optimal.
Mengutip dari makalah
Rokhmin Dahuri dalam ISEI 2014 di Ternate Maluku Utara, bahwa terdapat beberapa
data yang mengkuatirkan dan dapat menjadi kendala dalam membangun sumber daya
manusia yang unggul, yaitu measih terdapat pengangguran terbuka (Februari 2014)
sejumlah 7,15 juta orang, setengah menganggur 10,57 juta orang, penduduk miskin
(maret 2014) 28,28 juta orang. Sementara menurut versi Bank Dunia penduduk
miskin yang memiliki penghasilan 2 dollar AS/orang/hari berjumlah 117 juta
orang.
Pengembangan SDM adalah suatu bagian terpenting dalam membangun kualitas manusia seutuhnya.
Pengembangan SDM menurut Armstrong (1997:507) berkaitan dengan tersedianya
kesempatan dan pengembangan belajar, membuat program-program yang meliputi
perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi atas program-program tersebut.
Kita sadari
kekuatan suatu bangsa, masyarakat, kelompok sosial maupun keluarga terletak
pada SDM nya. SDM yang kuat membuat komunitas sosial menjadi kuat. Apabila kita
pilah lagi maka kekuatan SDM tersebut bergantung pula pada Value, Leadership,
Competency, Resources dan HR Development Infrastructure yang dimiliki
masyarakat tersebut.
Value
manyangkut apa yang diyakini dan dipercayai dalam masyarakat tersebut yang
merupakan seperangkat nilai yang dijadikan pedoman dalam kehidupannya. Value
yang berkembang di Indonesia dapat merujuk pada sila-sila yang ada didalam
falsafah bangsa yaitu Pancasila sebagi way of life dari bangsa Indonesia.
Leadership
merujuk pada kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain, yaitu orang-orang yang dipimpin atau pengikutnya. Dalam konteks
pengembangan SDM Indonesia kepemimpinan sangat terkait bagaimana para tokoh
baik penguasa formal maupun tokoh formal memiliki keberpihakan yang tinggi
terhadap pengembangan SDM. Para pemimpin di Indonesia dalam tataran verbal
sering mengungkapkan perhatiannya yang besar terhadap pendidikan dan
pengembangan SDM, namun dalam level praksis kurang terlihat keberpihakannya
yang sungguh-sungguh. Dalam konteks ini peran Jokowi-JK sangat signifikan untuk
menunjukan keberpihakan yang tinggi dalam mengembangkan sumber daya manusia.
Konsep Revolusi Mental telah menunjukan adanya itikad tersebut, selanjutnya
dibutuhkan aksentuasi dan implementasi sebagai sebuah perwujudan untuk
membangun manusia seutuhnya yang mampu meningkatkan daya saing bangsa secara
menyeluruh.
Competency
merupakan kombinasi dari keterampilan, pengetahuan dan kepribadian. Untuk
menilai bagaimana competency SDM di Indonesia dapat dibandingkan dengan negara
lain. Hal ini bisa dilihat salah satunya dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang didasarkan utamanya dari dukung faktor pendidikan dan kesehatan. Sebagaimana
disebutkan diatas posisi Indonesia belum begitu menggembirakan dalam hal ini
sehingga diperlukan sebuah program yang terstruktur, sistematis dan harmonis
untuk mencapai tingkat IPM yang lebih baik.
Untuk mendukung
hal tersebut diperlukan resources yang cukup terutama anggaran. Alokasi anggaran
pendidikan di Indonesia yang besar harus disertai komitmen untuk penggunaannya
yang tepat. Anggaran harus diarahkan pada program-program yang nyata untuk
meningkatkan kompetensi manusia Indonesia dan tidak habis begitu saja untuk
hal-hal yang bersifat administratif. Jokowi-JK harus bersunggguh-sungguh
mengawal pengalokasian dan penggunaan anggaran di bidang pendidikan ini
sehingga didapatkan hasil yang optimal untuk membangun kualitas sumber daya
manusia Indonesia sehingga mencapai postur yang ideal.
Dalam
mengalokasikan resources harus ada keberanian dan goodwill untuk mengutamakan
aspek pengembangan manusia. Mulai dari modal, materi, manusia dan berbagai
sumberdaya yang lain harus diarahkan secara fokus dan memprioritaskan
upaya-upaya untuk mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
Tantangan
berikutnya infrastruktur harus terus diperkuat. Mulai dari pendidikan dasar
sampai dengan tinggi harus ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya. Demikian
pula lembaga-lembaga pendidikan, pelatihan dan pengembangan SDM mampu
menyiapkan kualitas manusia Indonesia yang dapat bersaing dikancah global.
Diharapkan
melalui respon yang tepat dalam menghadapi kelima tantangan pengembangan SDM
tersebut diatas kualitas manusia Indonesia semakin meningkat. Indeks
pembangunan Manusia di Indonesia akan membaik, ranking kualitas pendidikan akan
semakin tinggi dan SDM Indonesia akan semakin siap serta semakin kompetitif
baik di level lokal, regional maupun global. Hal ini tentunya akan memberikan
pengaruh yang sangat signifikan dalam upaya membangun Indonesia sebagai bagian
dari masyarakat maju dunia.
Dan
tentunya sebagaimana dikatakan oleh Jokowi, Revolusi Mental menjadi landasan
untuk membangun karakter manusia Indonesia yang unggul. Bagaimana kita
mengelola Revolusi Mental tersebut? Tentunya diperlukan suatu langkah konkrit
untuk mengejewantahkannya (dalam tulisan tentang Revolusi Mental di blog
Habahate, penulis telah memaparkan ide tentang bagaimana mengelola dan
mengimplementasikan konsep Revolusi Mental).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar