Rabu, 27 Agustus 2014

REVOLUSI MENTAL JOKOWI

Jokowi Presiden terpilih Republik Indonesia periode 2014-2019, pada saat kampanye sebagai Calon Presiden menelurkan sebuah ide tentang Revolusi Mental. Ditilik dari sebuah gagasan ini adalah sesuatu yang menarik sekaligus terobosan saat sebagian besar orang terpaku pada pertumbuhan ekonomi, teknologi maupun hal-hal yang bersifat materil lainnya.

Menurut Kompas.com, Jokowi pertama kali menyebut visi dan misi revolusi mental di Metro TV pada tanggal 24/4/2014. Menurut Jokowi, negara Indonesia adalah negara besar. Namun, masyarakat Indonesia sering tidak percaya diri saat menghadapi tantangan-tantangan zaman. Oleh sebab itu, mindset rakyat Indonesia harus diubah melalui kepemimpinan dirinya.
Jokowi sendiri mengatakan bahwa “Saya sudah memulai gerakan ini ketika memimpin Kota Surakarta dan sejak 2012 sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sejumlah teman yang sepaham juga sudah memulai gerakan ini di daerahnya masing-masing. Insya Allah, usaha ini dapat berkembang semakin meluas sehingga nanti benar-benar menjadi sebuah gerakan nasional seperti yang diamanatkan oleh Bung Karno, memang revolusi belum selesai. Revolusi Mental Indonesia baru saja dimulai”

Mengutip sebuah Harian Nasional Revolusi mental merupakan visi misi pertama bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo. Mengingat ini ditempatkan pada urutan pertama, maka masalah Revolusi Mental merupakan suatu urusan yang maha penting
Jokowi pun pernah mengatakan "Kita ini kan selalu bicara mengenai fisik dan ekonomi. Padahal, kekurangan besar kita character building. Oleh sebab itu saya sebut revolusi mental," ujarnya di luar pagar rumah dinas, Jalan Taman Surapati 7 Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (26/4/2014). Ungkapan ini menunjukan begitu seriusnya perhatian Jokowi terhadap Revolusi Mental. Lebih khusus lagi beliau mengaitkan ini dengan pembangunan karakter. Persoalan besar bangsa kita adalah masalah integritas, peran karakter sangat penting dalam menentukan integritas seseorang.

Selanjutnya Jokowi pun mengatakan, bahwa seorang pemimpin bukan hanya menjalankan proyek-proyek pembangunan fisik semata, melainkan mampu membangun pola pikir sekaligus karakter positif di masyarakat. Dalam konteks ini  Jokowi mengaitkan antara pola pikir dan karakter positif. Dalam logika ini pola pikir yang baik akan membentuk karakter yang baik. Atau secara timbal balik dapat pula kita katakan bahwa karakter yang baik akan membuat orang berpikir secara baik.
Pada era Bung Karno kita tahu persis bahwa Bapak Bangsa tersebut sangat menekankan pembangunan karakter sebagai bagian penting dari Nation Building. Setelah era Bung Karno tampaknya character building ini sedikit terabaikan. Empat puluh tahun terakhir kita selalu mendewa-dewakan pembangunan ekonomi. Kapital dan material menjado hal penting. Sukma, moral dan spiritual tampak dikalahkan, takluk pada magis kebendaan dan keduiaan. Dalam kaitan ini Jokowi mengatakan, percuma pembangunan fisik tanpa membangun pola pikir masyarakat. Masyarakat bisa hanya menjadi 'follower'.
Secara tegas Jokowi pun mengatakan "Kalau pemimpinnya bisa memberikan contoh, bisa menginspirasi supaya rakyat itu jangan terdorong untuk tidak pesimis. Itulah yang akan saya mulai kali ini," ujar mantan Wali Kota Surakarta.
Jokowi sangat percaya peran pemimpin penting untuk membangun karakter positif bangsanya. Pemimpin yang mampu mengubah masyarakatnya menjadi positif, lanjut Jokowi, tak hadir pada pemimpin yang menggunakan cara-cara menyindir, menjelek-jelekan. Menurut Jokowi, pemimpin semacam itu tidak bakal memberikan harapan bagi masyarakat.

Jokowi pun mengumpamakan “Ibarat perangkat elektronik,, revolusi mental bagaikan piranti lunak yang menjadi otak seluruh pranti kerasnya. "Dulu Bung Karno itu membangun jiwa dulu," ucap Jokowi. Ya, Bung Karno telah membangun jiwa, tetapi dengan berjalannya waktu dan himpitan yang kuat dari materialisme, masalah moral dan karakter tampak semakin ditinggalkan. Sangat tepat jika Jokowi mengedepankan lagi character building melalui yang ia sebut Revolusi Mental.
Sebagai sebuah gagasan, Revolusi Mental harus dibumikan lebih lanjut, tidak tinggal diawang-awang dan menjadi sesuatu yang abstrak. Revolusi Mental hendaknya tidak hanya diam pada level pemikiran, wacana atau suatu konsep saja.

Bagaimana cara membumikan Revolusi Mental, beberapa cara dapat dilakukan sebagai berikut :
1.      Membuat definisi operasional dari revolusi mental.
2.      Menentukan variable revolusi mental
3.      Menyusun kisi-kisi revolusi mental
4.      Menetapkan perilaku kunci revolusi mental
5.      Memutuskan pedoman perilaku revolusi mental.
(Bersambung)

Tidak ada komentar: