Jokowi Presiden terpilih Republik
Indonesia periode 2014-2019, pada saat kampanye sebagai Calon Presiden
menelurkan sebuah ide tentang Revolusi Mental. Ditilik dari sebuah gagasan ini
adalah sesuatu yang menarik sekaligus terobosan saat sebagian besar orang
terpaku pada pertumbuhan ekonomi, teknologi maupun hal-hal yang bersifat
materil lainnya.
Menurut Kompas.com, Jokowi pertama kali menyebut visi dan misi revolusi mental di Metro TV pada tanggal 24/4/2014. Menurut Jokowi, negara Indonesia adalah negara besar. Namun, masyarakat Indonesia sering tidak percaya diri saat menghadapi tantangan-tantangan zaman. Oleh sebab itu, mindset rakyat Indonesia harus diubah melalui kepemimpinan dirinya.
Jokowi sendiri mengatakan bahwa “Saya
sudah memulai gerakan ini ketika memimpin Kota Surakarta dan sejak 2012 sebagai
Gubernur DKI Jakarta. Sejumlah teman yang sepaham juga sudah memulai gerakan
ini di daerahnya masing-masing. Insya Allah, usaha ini dapat berkembang semakin
meluas sehingga nanti benar-benar menjadi sebuah gerakan nasional seperti yang
diamanatkan oleh Bung Karno, memang revolusi belum selesai. Revolusi Mental
Indonesia baru saja dimulai”
Mengutip sebuah Harian Nasional Revolusi mental merupakan visi misi pertama bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo. Mengingat ini ditempatkan pada urutan pertama, maka masalah Revolusi Mental merupakan suatu urusan yang maha penting
Jokowi pun pernah mengatakan "Kita
ini kan selalu bicara mengenai fisik dan ekonomi. Padahal, kekurangan besar
kita character building. Oleh sebab itu
saya sebut revolusi mental," ujarnya di luar pagar rumah dinas, Jalan
Taman Surapati 7 Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (26/4/2014). Ungkapan ini
menunjukan begitu seriusnya perhatian Jokowi terhadap Revolusi Mental. Lebih
khusus lagi beliau mengaitkan ini dengan pembangunan karakter. Persoalan besar
bangsa kita adalah masalah integritas, peran karakter sangat penting dalam
menentukan integritas seseorang.
Selanjutnya Jokowi pun mengatakan, bahwa seorang pemimpin bukan hanya menjalankan proyek-proyek pembangunan fisik semata, melainkan mampu membangun pola pikir sekaligus karakter positif di masyarakat. Dalam konteks ini Jokowi mengaitkan antara pola pikir dan karakter positif. Dalam logika ini pola pikir yang baik akan membentuk karakter yang baik. Atau secara timbal balik dapat pula kita katakan bahwa karakter yang baik akan membuat orang berpikir secara baik.
Pada era Bung Karno kita tahu persis
bahwa Bapak Bangsa tersebut sangat menekankan pembangunan karakter sebagai
bagian penting dari Nation Building. Setelah era Bung Karno tampaknya character
building ini sedikit terabaikan. Empat puluh tahun terakhir kita selalu
mendewa-dewakan pembangunan ekonomi. Kapital dan material menjado hal penting.
Sukma, moral dan spiritual tampak dikalahkan, takluk pada magis kebendaan dan
keduiaan. Dalam kaitan ini Jokowi mengatakan, percuma pembangunan fisik tanpa
membangun pola pikir masyarakat. Masyarakat bisa hanya menjadi 'follower'.
Secara tegas Jokowi pun mengatakan "Kalau
pemimpinnya bisa memberikan contoh, bisa menginspirasi supaya rakyat itu jangan
terdorong untuk tidak pesimis. Itulah yang akan saya mulai kali ini," ujar
mantan Wali Kota Surakarta.
Jokowi sangat percaya peran pemimpin
penting untuk membangun karakter positif bangsanya. Pemimpin yang mampu
mengubah masyarakatnya menjadi positif, lanjut Jokowi, tak hadir pada pemimpin
yang menggunakan cara-cara menyindir, menjelek-jelekan. Menurut Jokowi,
pemimpin semacam itu tidak bakal memberikan harapan bagi masyarakat.
Jokowi pun mengumpamakan “Ibarat perangkat elektronik,, revolusi mental bagaikan piranti lunak yang menjadi otak seluruh pranti kerasnya. "Dulu Bung Karno itu membangun jiwa dulu," ucap Jokowi. Ya, Bung Karno telah membangun jiwa, tetapi dengan berjalannya waktu dan himpitan yang kuat dari materialisme, masalah moral dan karakter tampak semakin ditinggalkan. Sangat tepat jika Jokowi mengedepankan lagi character building melalui yang ia sebut Revolusi Mental.
Sebagai sebuah gagasan, Revolusi
Mental harus dibumikan lebih lanjut, tidak tinggal diawang-awang dan menjadi
sesuatu yang abstrak. Revolusi Mental hendaknya tidak hanya diam pada level
pemikiran, wacana atau suatu konsep saja.
Bagaimana cara membumikan Revolusi Mental, beberapa cara dapat dilakukan sebagai berikut :
1.
Membuat definisi operasional dari revolusi mental.
2.
Menentukan variable revolusi mental
3.
Menyusun kisi-kisi revolusi mental
4.
Menetapkan perilaku kunci revolusi mental
5.
Memutuskan pedoman perilaku revolusi mental.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar