Kalau kita amati secara umum
mereka yang merantau meninggalkan kampung halamannya jauh lebih berhasil
dibandingkan dengan yang seumur hidup atau sebagian besar hidupnya dihabiskan
dikampung halaman.
Mereka yang merantau ini juga
dapat dikatakan adalah orang-orang yang melakukan hijrah dengan harapan
hidupnya akan lebih baik jika mereka berpindah tempat atau mereka menuju tempat
baru yang memberikan harapan.
Pertanyaan yang mengemuka,
mengapa mereka yang merantau secara umum jauh lebih sukses dibandingkan dengan
mereka yang tetap tinggal dikampung halamannya? Pertanyaan ini menarik untuk
kita kaji terutama untuk mengetahui motivasi dan bagaimana mereka berjuang
untuk hidup.
Bagi kaum perantau umumnya
berlaku kredo “jangan pulang sebelum berhasil.” Semangat untuk berhasil ini dan
tidak ingin pulang sebagai pecundang mewarnai kepribadian dan mentalitas kaum
perantau.
Bagu kaum perantau tidak ada
istilah setengah-setengah, berhasil atau terpuruk itulah pilihan hidupnya. Para
perantau rela menderita jangka pendek untuk mencapai kesejahteraan dalam jangka
panjang. Berusaha menahan diri akan dorongan konsumtif untuk mencapai
kebahagiaan dijangka panjang.
Secara mental pada saat
memutuskan merantau atau mengetahui bahwa ia hidup dalam perantauan maka ia
sadar bahwa harus “survive.” Eksistensi hidupnya sangat tergantung pada
perjuangan dirinya sendiri. Ini akan berbeda kalau ia berada dikampung halaman
bersama keluarga besarnya sendiri, ia cenderung merasa aman, merasa diproteksi,
tanpa berjuang keras pun kehidupan hidupnya dapat terpenuhi. Hidup dalam “comfort
zone” ternyata membuat diri terlena dan keinginan untuk berjuang keras pun
sirna.
Di perantauan situasi berbeda,
seseorang harus mandiri, peluang untuk bergantung pada orang lain sangatlah
minimal, kesempatan untuk diproteksi oleh keluarganya akan berkurang dan
pemenuhan kebutuhan hidupya haruslah ditanggulangi sendiri.
Mentalitas perantau adalah
mentalitas pejuang. Bagi pejuang target jangka panjang jauh lebih penting
dibandingkan jangka pendek. Perantau berpikir sebagai seorang investor. Investasi
utamanya adalah dalam bidang sosial dan membangun relasi yang luas. Berbeda jika
dikampung halaman hubungan sosial sudah “given.” Diperantauan seseorang harus
berinisiatif sendiri untuk membangun jejaring sosial agar ia eksis dalam
kehidupan sosialnya.
Seorang perantau akan bangun
lebih pagi dan istirahat lebih malam. Bekerja lebih cerdas, lebih cepat dan
lebih berkualitas. Bersikap lebih kompetitif sekaligus lebih kooperatif. Bergaul
lebih luwes untuk memperoleh “social acceptance.”
Seorang perantau memiliki
mentalitas seperti bola tenis dibandingkan seperti telur. Jika telur jatuh maka
akan pecah berantakan, namun jika bola tenis jatuh ia akan mental kembali ke
atas. Perantau tidak akan mudah menyerah, kegagalan tidak membuat dirinya
punah, kegagalan akan dijadikan pelajaran pahit dan untuk kemudian tampil lebih
sukses lagi.
Jadi apakah anda tetap ingin
tinggal di kampung halaman? So MERANTAULAH!