Menyongsong Pemilihan Presiden tahun 2009, saat ini marak bermunculan sejumlah tokoh yang menyatakan dirinya siap untuk maju dalam Pemilihan Presiden tersebut. Mulai dari SBY, Sultan HB X, Megawati, Wiranto, Prabowo, Sutiyoso dan teranyar kemarin tanggal 9 Desember 2009 Meutia Hatta mendeklarasikan diri sebagai Calon Presiden.
Tentu mereka semua sebagai warga negara memiliki hak untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Menurut perkiraan sejumlah calon baru akan bermunculan untuk mencoba peruntungan di tahun 2009. Ini akan menjadi ajang pesta demokrasi yang sangat menarik sekaligus mendebarkan mengingat hal ini sekaligus pertaruhan bagi kelangsungan kehidupan berdemokrasi.
Tahta-Harta-Wanita (baca seksual, jadi sebenarnya termasuk Pria juga) memang memiliki daya magnit bagi yang namanya makhluk manusia untuk dikejar dan dimiliki. Namun, sesungguhnya ketiga magnit itu pun merupakan suatu amanah yang mesti dipertanggung-jawabkan baik di dunia maupun di akhirat.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam memilih Presiden tahun 2009 sangatlah penting melakukan penilaian terhadap Kepribadian Calon Presiden. Presiden sebagai pemimpin eksekutif tertinggi akan sangat menentukan warna pembangunan negara untuk lima tahun kedepan. Memilih Presiden harus dilakukan secara bertanggungjawab dan penilaian yang paling penting adalah menyangkut Kepribadian Calon Presiden tersebut. Memang hal ini sebaiknya dilakukan oleh para ahli yang memiliki kompetensi dan kapasitas untuk melakukannya yaitu Psikolog/Ahli Psikologi yang memang secara kemampuan dan legalitas menguasai tentang analisa kepribadian.
Secara ringkas menganalisa kepribadian khususnya dalam konteks menilai Kepribadian Calon Presiden dapat diteropong melalui 5 komponen dasar yaitu SEKSI (Spritual-Emosional-Kerja (Sikap Kerja)-Sosial-Intelektual.
Spiritual dalam bahasa Latin memiliki akar kata spirit, yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas menurut Danah Zohar & Ian Marshall penulis best-seller SQ, adalah suatu peningkatan kualitas kehidupan di dunia, yaitu suatu kebutuhan kita untuk menempatkan upaya kita dalam suatu kerangka makna dan tujuan yang lebih luas, menciptakan perubahan dunia kearah yang lebih baik.
Emosi adalah suatu suatu keadaan yang kompleks dari organisme yang ditandai adanya unsur perasaan yang kuat yang mempengaruhi kondisi fisiologis maupun psikologis yang mempengaruhi munculnya bentuk prilaku tertentu. Kerja atau Sikap Kerja adalah kecenderungan perilaku seseorang dalam dunia kerja ditandai oleh motivasi, kemampuan perencanaan, pengelolaan energi, daya juang, kemampuan mengatasi hambatan, orientasi berprestasi dan kecermatan baik dalam menentukan tindakan maupun mengelola sumber daya yang dimiliki.
Sosial atau utamanya hubungan sosial adalah menyangkut tentang kemampuan seseorang berinteraksi dengan individu lain, kemampuan membina pergaulan, penempatan diri dalam lingkungan sosial, mampu memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memainkan peran yang signifikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam lingkungan sosial dan mampu mempromosikan kehidupan sosial yang sehat.
Intelektual menyangkut aspek kognisi dan kecerdasan. Meliputi pula wawasan seseorang, kemampuan problem-solving, strategic-thinking, berpikir sistematis, kemampuan menangkap-memahami-mencerna masalah, mengurai permasalahan dan mengambil kesimpulan secara akurat (analisa-sintesa), berpikir induktif dan deduktif, mampu mengintegrasikan. Dalam posisi setinggi Presiden tentu harus mampu berpikir makro-holistik sekaligus berpikir maju kedepan (future-orientation).
Dalam menganalisa Kepribadian Calon Presiden setidaknya kelima aspek SEKSI ini harus menjadi perhatian agar kita dapat menemukan seorang Presiden yang memiliki kualitas kepribadian yang prima sehingga mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.