Saat ini sedang marak persiapan untuk Pemilihan Umum Kepala
Daerah (Pilkada) termasuk pada tahun 2017 nanti DKI Jakarta akan memilih orang
nomor 1 didaerah ini sebagai Gubernur. Memilih pemimpin merupakan salah satu
kegiatan terpenting dalam masyarakat karena pemimpinlah yang akan menentukan
hitam putih dan maju mundurnya masyarakat tersebut.
Sebuah organisasi termasuk masyarakat akan kuat apabila
pemimpinnya kuat, akan maju apabila pemimpinnya memiliki visi untuk maju dan
akan sejahtera apabila pemimpinnya berpikir dan bertindak untuk mengutamakan
kesejahteraan masyarakat. Hal sebaliknya akan terjadi apabila pemimpin tidak
memiliki visi untuk maju dan tidak mengutamakan kepentingan rakyatnya, maka
masyarakat tersebut akan hancur.
Apa syarat agar kita dapat memperoleh pemimpin yang dapat memajukan dan menyejahterakan masyarakatnya? Banyak kriteria yang disebutkan seperti pemimpin tersebut harus visioner, cakap, komunikator yang baik dan sebagainya.
Dalam Islam jika merujuk pada Al-Quran dan Hadits
terterdapat empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat
untuk menjadi pemimpin. Keempat hal tersebut dimiliki oleh para nabi/rasul
sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan
dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya
adalah bohong. (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara
dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang
yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3)
Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan
menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4).
Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala
tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah
menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan). Keempat kriteria pemimpin
ini umum diketahui dikalangan umat Islam.
Jika kita simpulkan dengan mengkristalisasikan keseluruhan hal tersebut dalam satu kata yang ringkas maka kita temukan kata Integritas. Meskipun kata integritas tidak dapat mewakili sepenuhnya pengertian dari keempat kriteria tersebut, namun dari definisi dan penjabarannya tampak mendekati kriteria dimaksud.
Dalam konteks inilah kita
membutuhkan pemimpin yang berintegritas untuk memajukan masyarakatnya. Apa itu
integritas? Stephen Robbins dalam bukunya Organizational
Behavior menyebutkan integritas bagian terpenting untuk membangun trust atau kepercayaan. Integritas
terdiri dari honesty dan truthfulness. Jadi integritas dibangun
dari fondasi kejujuran dan dapat bertindak sesuai dengan apa adanya.
Stephen M.R. Covey menyebutkan tentang integritas : "to most people integrity means honesty, not
only telling the truth but also leaving the right impression." Umumnya
orang mengartikan integritas itu adalah kejujuran dan mampu meningggalkan kesan yang baik.
Kejujuran adalah hal yang penting yang harus dimiliki oleh
pemimpin. Namun, integritas sendiri lebih dari sekedar kejujuran, integritas juga
berarti satunya hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Hal ini mirip apa yang
dikatakan oleh Mahatma Gandhi, yaitu : "my life is indivisible whole, and all my activities run into one
another …….. My life is my message." Gandhi menyebutkan hidupnya
adalah kesatuan yang utuh, artinya adanya kesatuan antara niat, pikiran, ucapan
dan perbuatan.
Pemimpin yang demikianlah yang kita butuhkan saat ini. Punya niat yang tulus untuk membangun dan menyejahterakan rakyat, yang kemudian tergambar dalam pikirannya, konsep dan rencananya untuk membuat daerah yang dipimpinnya jaya, perkataannya dapat dipegang dan tindakan serta perbuatannya mampu mewujudkan janji-janjinya. Sosok pemimpin seperti itulah yang kita dambakan.
Pengertian lain tentang
integritas adalah dari DDI, sebuah lembaga konsultan bidang manajemen dan
psikologi yang berkantor pusat di USA. Integritas
dibagi menjadi tiga komponen besar yaitu honesty, consistency, dan commitment.
Ketiga hal tersebut dipakai sebagai basis dalam melihat integritas
seseorang. Dalam pengertian ini kriteria seseorang pemimpin selain jujur,
harus mampu bertindak konsisten dan memiliki komitmen untuk mewujudkan
janji-janjinya dalam memajukan dan menyejahterakan masyarakat.
Bagaimana cara kita
menilai integritas? Sesuai dengan penjelasan diatas ada beberapa cara untuk
mengukur integritas seperti ; menggunakan referensi dari
sejumlah tokoh/ahli terkemuka yang bersih dan berdedikasi, multi- rater survey (360 degree) yang
melibatkan seluruh pihak yang pernah berinteraksi dengan para calon, assessment centre
untuk
melihat kompetensi manajerial dan leadership
serta wawancara untuk melihat personal appearance yang bersangkutan. Masing-masing tools
tentunya memiliki kegunaan dan tantangan yang berbeda.
Jika kita sepakat untuk
mengedepankan integritas sebagai syarat penting dalam memilih pemimpin, maka
saat menentukan calon-calonnya dapat menggunakan cara-cara pengukuran diatas.
Setelah para calon terpilih baru kemudian diserahkan ke masyarakat untuk
melakukan pemilihan secara demokratis, sehingga siapapun yang akan dipilih oleh
masyarakat kita sudah tidak meragukan lagi kadar integritasnya.
Semoga kita akan
mendapatkan pemimpin yang berintegritas yang ditangannya kita percayakan bahwa
kita akan maju, jaya dan sejahtera.