Sabtu, 13 Juni 2009

TOXIC EMPLOYEE, KARYAWAN BERACUN DISEKITAR ANDA

Racun tidak hanya ada dimakanan, tumbuhan atau mungkin obat-obatan. Racun juga dapat terjadi pada perilaku manusia. Anthony Dio Martin dalam bukunya yang berjudul TOXIC EMPLOYEE menyebutkan hal tersebut.

Menurutnya ada tujuh ciri-ciri karyawan beracun, yaitu :

1. Negaholic dan pesimis
2. Menyedot enerji tim
3. Menjadi masalah
4. Bukan solusi
5. Self centered
6. Emosional
7. Menggosip dan tidak bisa bersyukur

Disekeliling diri kita memang banyak orang-orang yang berperilaku demikian, mungkin rekan kerja, bawahan, atasan atau bahkan diri kita sendiri. Bagaimana menetralisasinya? Bahkan mengubah orang-orang tersebut menjadi berperilaku lebih positif? Ini memang merupakan suatu tantangan dalam organisasi kerja.

Dalam pengalaman penulis memang ditemukan orang-orang berperilaku demikian, namun bukanlah tanpa sebab. Selain faktor individu yang bersangkutan terdapat pula faktor lain seperti gaya kepemimpinan, iklim kerja, sistem dan prosedur yang sudah tidak fit, termasuk ketidaksesuaian minat dan bakat dalam bekerja.

Dikaitkan dengan pemetaan karyawan menurut Boston Consulting Group (sebagaimana yang pernah penulis ulas sebelumnya di blog ini) maka sangat mungkin Toxic Employee ini adalah mereka yang tergolong berada pada grid PROBLEM EMPLOYEE, yaitu mereka yang memiliki potensi yang baik namun berkinerja rendah.

Orang-orang yang memiliki potensi yang tinggi namun tidak mampu menampilkan kinerja yang sesuai dengan harapan bisa karena berbagai sebab, yaitu :

1. Ditempatkan pada bidang yang tidak sesuai minatnya
2. Kurang mampu beradaptasi
3. Memiliki ambisi yang tinggi yang menuntut kesegeraan dalam promosi
4. Berpikir jangka pendek dibandingkan jangka panjang
5. Memiliki tingkat kebutuhan yang berlevel rendah sesuai dengan hirarki kebutuhan Maslow

Orang-orang yang memiliki ciri sebagaimana disebutkan diatas sangat mungkin menjadi Toxic Employee, karyawan beracun yang dapat menganggu lingkungan kerja bahkan menghambat kemajuan organisasi atau perusahaan.

Untuk mengatasi hal tersebut yang paling penting dilakukan adalah pencegahan, namun apabila sudah terjadi diperlukan upaya untuk mengatasinya secara lebih terarah dan terstruktur.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mulai pada saat rekrutasi, carilah mereka yang memiliki nilai yang sama dengan nilai perusahaan, tidak sekedar memiliki nilai akademik yang tinggi seperti IPK.
2. Galilah kebutuhan utama mereka dan lihatlah apakah mereka bekerja dengan orientasi jangka panjang? Berkaitan dengan ini dapat pula dilihat track-recordnya.
3. Tempatkan pada bidang yang sesuai dengan minatnya, namun perhatikan pula tingkat toleransinya untuk menerima pekerjaan yang kurang sesuai dengan minatnya, karena pada kenyataannya kebutuhan organisasi tidak selalu dapat disesuaikan dengan minat karyawan.
4. Perhatikan kematangan emosinya (gunakan perangkat psikologi), karena mereka yang tidak matang akan sangat berpotensi menjadi Problem Employee.
5. Mintalah komitmen yang bersangkutan untuk mampu bekerjasama demi kepentingan dan kemajuan perusahaan.
6. Setelah bekerja lakukan langkah monitoring dan evaluasi secara berkala.
7. Berikan reward dan recognition secara tepat.

Apabila tindakan preventif telah dilakukan, namun masih muncul karyawan yang tergolong Problem Employee, maka lakukanlah langkah-langkah perbaikan sebagai berikut :

1. Lakukan konseling secara tepat.
2. Berikan peringatan secara bertahap dan berjenjang.
3. Berikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan manajemen maupun manajer lini memberikan dukungannya.
4. Tempatkan yang bersangkutan pada pekerjaan dan lingkungan yang sesuai.
5. Libatkan yang bersangkutan pada tim kerja yang positif sehingga diharapkan dapat menularkan perilaku kerja yang lebih baik kepada dirinya.
6. Terbuka untuk memperbaiki gaya kepemimpinan, sistem maupun prosedur, karena sangat mungkin hal ini menjadi salah satu sumber masalah.
7. Tetapkan jangka waktu untuk memperbaiki diri dan libatkan yang bersangkutan untuk melakukan evaluasi bersama.
8. Apabila dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati tetap tidak ada perubahan dapat dilakukan tindakan yang lebih tegas mulai dengan mutasi, demosi, skorsing atau pemberhentian, tergantung dari situasi dan kondisi yang dihadapi.

Namun, dalam pengalaman penulis komunikasi dan gaya kepemimpinan sangat memegang peranan penting untuk mengatasi orang-orang yang tergolong Problem Employee atau bahkan mereka yang tergolong Toxic Employee. Jadi berkomunikasilah secara tepat dan sesuaikanlah gaya kepemimpinan anda.

Dalam hal ini penulis teringat sebuah kalimat bijak :

"Mengubah lingkungan memang sulit, yang paling mungkin adalah merubah diri anda sendiri dan demikian diharapkan lingkungan anda pun turut berubah."

Tidak ada komentar: