Jumat, 08 Juli 2011

TELKOM RAIH 5 PENGHARGAAN INDONESIAN HUMAN CAPITAL STUDY (IHCS) 2011


Pada hari Kamis (30/6/2011) Penulis ikut menghadiri penyerahan penghargaan Indonesian Human Capital Study (IHCS). Telkom meraih 5 kategori penghargaan. BUMN ternama ini masih menunjukkan kehandalannya dalam pengelolaan SDM atau Human Capital. Hal ini terbukti dengan diraihnya berbagai penghargaan di bidang SDM atau Human Capital. Pada penyerahan penghargaan IHCS kali ini Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah dan Direktur HCGA Telkom, Faisal Syam hadir untuk menerima piala penghargaan dalam ajang Indonesian Human Capital Study (IHCS) 2011. Dalam kesempatan itu, Telkom membawa pulang 5 piala untuk masing-masing kategori yang berbeda. Acara tersebut berlangsung di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta.

Adapun kategori yang dimenangkan oleh Telkom adalah The Best For Human Capital Index Kategori Infrastructure, Utilities, & Transportation Industry, The Best For Employee Net Promoter Score Kategori Infrastructure, Utilities, & Transportation Industry, The Best for All Criteria, The Best for CEO Commitment, dan The Best For Human Capital Initiative untuk kategori Career Management.

Di bagian lain, saat itu juga dilakukan penetapan tanggal 30 Juni sebagai Hari Kinerja Karyawan Nasional (HK2N) yang nantinya akan ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. Dalam kesempatan itu Direktur Utama, Rinaldi Firmansyah dan Direktur HCGA, Faisal Syam dan para pimpinan perusahaan peserta 2011 IHCS melakukan penandatangaan prasasti, menandai dicanangkannya HK2N.

M. Lutfi Handayani selaku Ketua Panitia Penyelenggara 2011 IHCS sekaligus Pemimpin Redaksi Business Review menyebutkan, ”2011 IHCS dilaksanakan pula untuk memperkuat kebersamaan dalam membangun dan meningkatkan kinerja karyawan. Selain itu dalam event IHCS ini juga dilakukan launching Hari Kinerja Karyawan Nasional (HK2N) yang bertujuan untuk mendorong upaya peningkatan kinerja perusahaan melalui peningkatan kinerja karyawan”, jelasnya.

Lutfi menambahkan, IHCS mengukur tiga komponen Human Capital System meliputi pemenuhan kebutuhan management dalam penerapan Human Capital System di suatu perusahaan dengan indikator Human Capital Index (HCI), pemenuhan kebutuhan karyawan dalam penerapan Human Capital System di suatu perusahaan dengan indikator Net Promoter Score (NPS) dan Human Capital Score (HC Score) serta mengukur bagaiman inisiatif-inisiatif sistem Human Capital yang dimiliki oleh suatu perusahaan baik yang sudah, sedang dan akan dilakukan.

(Dikutip dari Portal Telkom)


Minggu, 03 Juli 2011

GENGHIS KHAN SANG PENAKLUK


Jika kita ingin memilih dari sekian banyak Panglima Perang dan Penakluk Besar Dunia apakah Alexander The Great, Napoleon Bonaparte, Timurlenk, Jabal Tarik, Saladin, Ramses, Herodes, Hitler, tiada satu pun dari mereka yang dapat menyaingi keperkasaan dari Genghis Khan si Penakluk Besar Dunia yang berasal dari Mongolia.

Mengapa demikian? Lihatlah dari data-data berikut ini (sumber : Sam Djang) : Ia menaklukan wilayah 2,2 lebih besar dari wilayah yang ditaklukan oleh Alexander The Great, 6,7 kali lebih besar dari wilayah yang pernah ditaklukan oleh Napoleon Bonaparte. Wilayah kekuasaannya 4 kali lebih besar dari Imperium Romawi. Imperium Mongol memiliki luas sebesar 35.624.550 s/d 37.538.315 kilometer persegi. Bandingkan dengan wilayah taklukan dari Kerajaan Inggris setelah beratus-ratus tahun hanya mencapai luas 33.122.532 kilometer persegi.

Genghis Khan terkadang sering secara keliru dianggap sebagai seorang yang bengis kejam dan tanpa ampun. Padahal dari sejarah kehidupannya ia dikenal pula sebagai seorang yang spiritualis, berbakti kepada orang tua, menyayangi pasangan hidup, anak-anak dan keluarganya. Menghargai persahabatan, orang yang sangat berhutang budi dan senantiasa mengingat kebaikan orang lain.

Ia mampu mempersatukan bangsa Mongol yang tadinya hidup terpecah-pecah, saling berperang dan memusuhi sesamanya. Awalnya bangsa Mongol sangat mengagungkan sukunya masing-masing, mereka saling menaklukan, sampai akhirnya muncul Genghsi Khan untuk mempersatukan mereka. Apa rahasia kepemimpinannya sehingga mampu mempersatukan bangsa Mongol?

Ia adalah seorang visioner yang memiliki ide mulia. Target hidupnya bukanlah kekuasaan dan harta. Ia bercita-cita ingin membangun Bangsa Mongol yang besar. Dalam menjalankan kepemimpinannya ia senantiasa mendekatkan diri dan meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa, yang ia sebut (dan bangsa Mongol sebut) Tengri. Ia sering menyepi untuk mendekatkan diri ke Tengri. Senantiasa meminta restu dari orang tua sebelum menjalankan misi besar seperti peperangan dan penaklukan. Menghargai persahabatan dan persaudaraan. Melindungi orang-orang lemah, wanita dan anak-anak. Dalam setiap peperangan ia melarang prajuritnya untuk membunuh wanita dan anak-anak. Ia memerintahkan prajuritnya untuk melindungi wanita dan anak-anak dari pihak musuh sekalipun. Ia tidak segan-segan mengambil anak angkat dari kalangan musuhnya yang telah kehilangan orang tua. Ia mengasuh anak-anak tersebut secara baik.

Ia hidup secara sederhana, tidak mengutamakan materi. Ia memakan makanan sebagaimana umumnya makanan yang dimakan oleh prajurit dan rakyatnya, Berpakaian sebagaimana umum prajuritnya. Kekuasaan ia gunakan untuk kesejahteraan rakyatnya. Ia seorang pemimpin yang adil. Jika memperoleh pampasan perang maka 90% hasil pampasan ia berikan kepada prajuritnya, ia hanya memegang 10% itu pun digunakannya sebagai cadangan jika sewaktu-waktu rakyat dan prajuritnya membutuhkan. Ia tidak memiliki istana, tidak tinggal digedung megah. Ia tinggal di tenda sebagaimana yang dilakukan prajurit dan rakyatnya. Tidak heran dengan sikap seperti ini ia memiliki sejumlah Panglima yang setia dan prajurit yang bersedia mati untuknya. Sebagian prajurit dari musuhnya beralih menyeberang menjadi prajuritnya karena melihat kemuliaan sikap dari Genghis Khan.

Dari Wikipedia dapat ditelisik kehidupan Genghis Khan sebagai berikut :

Kehidupan awal

Jenghis Khan dilahirkan dengan nama '''Temüjin''' sekitar tahun [[1162]] dan [[1167]], anak sulung Yesügei, ketua suku [[Kiyad]] (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya.

Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di [[Asia Tengah]]. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni [[suku Tartar]] tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.

Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan [[suku Tartar]] di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.

Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.

Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 10%, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia.

Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.

Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis KJenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kerajaan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan karena terjatuh dari kuda dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogodai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).han.

Tentang kehebatan Genghis Khan Arif Perdana di Kompasiana menuliskan beberapa kelebihannya sehingga mampu menjadi Panglima Perang yang tangguh. Ia membandingkan dengan Muhammad SAW (meskipun dalam banyak hal yang lain mereka jauh berbeda pula), tulisannya sebabagi berikut :

Muhammad SAW dan Genghis Khan adalah dua orang yang ummi (buta huruf) tetapi memiliki kepemimpinan yang visioner dan mampu mempersatukan umat. Rasulullah berhasil mempersatukan suku-suku Arab dalam ikatan kabilah-kabilah menjadi bangsa yang mampu menaklukan dua pertiga bagian dunia selama +/- 700 tahun. Sementara itu Genghis Khan berhasil mengubah gerombolan-gerombolan berkuda bangsa Mongolia menjadi mesin tempur yang hebat dan disiplin, membentuk pasukan dengan taktik revolusioner dan persenjataan jenius, dan memiliki kekuasaan kekaisaran yang terbentang meliputi sepertiga daratan bumi dari Asia hingga Eropa Timur selama +/- 150 tahun. Kekaisaran Mongolia tidak mampu bertahan lama dikarenakan kebudayaan mereka tidak mengakar kuat di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya. Fokus mereka hanya pada perluasan wilayah melalui kekuatan militer tanpa ada misi untuk penyebaran ajaran spiritual seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah dan Genghis Khan sama-sama menggabungkan kepasrahan diri terhadap Tuhan dengan strategi perang yang handal dalam setiap peperangan yang dilakukannya (meskipun dalam konteks Tuhan yang disembah jauh sekali berbeda). Dua panglima perang ini selalu berada di barisan terdepan ketika berperang melawan musuh. Semua balatentara yang dipilih oleh kedua panglima perang hebat ini adalah tentara-tentara pilihan yang luar biasa hebatnya.

Kondisi peperangan yang dihadapi juga sama yaitu mereka berdua mampu menghadapi pasukan yang amat besar dengan jumlah pasukan yang lebih kecil. Keduanya juga nyaris tidak pernah kalah dalam peperangan, memiliki perhatian yang amat tinggi terhadap pasukannya, menghidari pembunuhan terhadap wanita dan anak kecil dan meminimalisir setiap korban dari prajuritnya sendiri. Sikap toleransi yang tinggi juga dimiliki oleh kedua panglima perang ini. Rasulullah sangat menjunjung tinggi dan menghormati keyakinan penduduk negeri yang diperanginya, begitu juga dengan Genghis Khan, sikapnya begitu toleran terhadap agamawan dan tempat-tempat ibadah. Ia tetap memiliki toleransi terhadap kebudayaan di wilayah yang berhasil ditaklukkannya. Orang-orang muslim masih tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan kebudayaannya.Terakhir, adalah kesamaan strategi perang yang dilakukan dengan didasarkan atas lima elemen penting yaitu kecepatan, serangan mendadak, gagah berani, variasi taktik, dan disiplin ketat.

Selain sebagai panglima perang yang hebat, ternyata Genghis Khan juga memiliki keteladanan yang sesungguhnya membuat kita berdecak kagum seperti bakti terhadap orang tua, kesetiaan dan cinta terhadap pasangan hidup, kesetiaan dalam persahabatan, memiliki sikap spiritual yang tinggi, tidak pernah melupakan pertolongan orang lain, dan kepeduliannya terhadap orang lain.

Genghis khan adalah sosok pemimpin yang tidak tamak harta, visioner dan memiliki kemampuan dalam mengelola emosi dengan baik. Setiap kali peperangan, Genghis Khan selalu membagikan 9/10 bagian harta rampasan perang kepada prajurit-prajurit yang berada di bawah kendalinya, sementara itu ia hanya menikmati 1/10 bagian sisanya. Meskipun Genghis Khan dibesarkan dalam kebudayaan nomadic, pada masa kepemimpinanya Ia membangun ibu kota kerajaan permanen, Karakorum menjadi tempat pilihannya dan ia ingin menjadikannya sebagai pusat dagang dan budaya yang besar.

Genghis Khan ingin bangsanya sejahtera dari penaklukan yang dilakukannya. Ia menginginkan rakyatnya memakan daging yang empuk, hidup dalam tenda yang indah dan mengembalakan ternak-ternak mereka di tanah yang subur. Genghis Khan adalah seorang yang buta huruf tetapi ia paham betul dengan kekuatan tulisan dan ia tidak menginginkan rakyatnya seperti itu dan memerintahkan agar warisan kekuasaannya tercatat untuk generasi mendatang.

Untuk mensejahterakan rakyatnya Genghis Khan mengimpor pengetahuan dan teknologi militer dari China, mendirikan korps pelatihan medis dengan tabib-tabib China, memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kodifikasi atas catatan dan peraturan darinya sebagai cikal bakal hukum dan perundang-undangan di masa kekaisarannya. Pada masa kekuasanaanya tidak seorangpun diperbolehkan memiliki budak dari bangsa Mongol, dan tiap suku diberikan kebebasan untuk menentukan tanahnya sendiri.

Genghis Khan juga merupakan seseorang yang mampu mengelola emosinya dengan baik. Setiap penumpasan yang kejam dan tanpa ampun selalu ia lakukan dengan penuh kesadaran atas manfaat dan akibatnya, bukan dengan keadaan membabi buta. Ia tahu kapan harus membalas dendam dan kapan harus memaafkan seseorang meskipun orang tersebut telah menyiksanya. Penyerangan yang dilakukannya terhadap kesultanan Khawarizm yang menghabiskan darah sejuta manusia di kawasan Persia juga bukan dengan alasan yang membabi buta dan haus kekuasaan. Keinginan Genghis untuk membuka jalur perdagangan dengan Kesultanan Khawarizm ternyata dibalas dengan pengiriman penggalan kepala utusan Sang Kaisar.

Meskipun ganas di medan pertempuran Sang Kaisar juga seorang pemaaf, Tindakan untuk memaafkan Jamukha merupakan sikap yang amat brilliant dan sulit untuk ditiru. Jamukha sang Saudara angkat yang awalnya memang banyak memberikan pertolongan kepada Genghis namun dalam perjalanannya Jamukha sendirilah yang menghancurkan kehidupan Genghis dengan menyiksanya dan menjualnya sebagai budak akibat perebutan kekuasaan yang tak sehat. Genghis Khan pun tidak mau menuruti permintaan Jamukha untuk menghukum dirinya.

Bagaimana dengan pandangan umat Islam terhadap Genghis Khan yang melakukan penyerangan di kesultanan Khawarizm. Penyerangan ini merupakan langkah awal kesuksesan bagi penyerbuan berikutnya oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang semakin memundurkan peradaban Islam ? Kita harus memandangnya dari sisi yang positif juga. Saat itu kekhalifahan Islam sesunguhnya telah banyak melakukan banyak penyimpangan. Kesombongan, keangkuhan, perpecahan antar umat, perebutan kekuasaan antara bani Umayyah dan Abassiyah dan ketamakan atas gelimang harta dunia telah meliputi masa kekhalifahan Abassiyah di zaman tersebut. Dengan demikian datangnya bangsa Mongol menaklukkan peradaban Islam juga sesunguhnya merupakan pelajaran, ujian dan peringatan yang berharga dari Tuhan bagi umat Muslim agar tidak selalu berpecah belah memperebutkan kekuasaan.

Dirangkum dari:

The Secret History of Mongols : The Life and Times of Chinggis Khan, translated by, Urgunge Onon, Routledge Curzon Press : 2001

The Life of Genghis Khan, BBC Documentary, 2008