Minggu, 27 Maret 2011

WIN-WIN SOLUTION

Pernahkan anda mendengar istilah Win-Win Solution? Atau pernah mengalami situasi seperti itu? Istilah ini umum terjadi saat kita bernegosiasi atau saat kita menghadapi situasi konflik. Win-win solution secara sederhana dapat diartikan suatu situasi dimana para pihak (umumnya dua pihak) memperoleh keuntungan dan atau kerugian yang relatif seimbang saat memutuskan suatu permasalahan yang melibatkan kepentingan para pihak tersebut.

Dalam situasi bisnis, politik maupun sosial sering kita dihadapkan pada benturan kepentingan dengan pihak lain. Situasi ini terkadang sulit diselesaikan bahkan kemudian tidak jarang yang harus dilanjutkan dalam jalur hukum. Berlarut-larutnya penyelesaian konflik dan tidak tuntasnya negosiasi sering sekali berpangkal pada egoisme para pihak sendiri yang hanya melihat kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan pihak lain.

Ketidakjujuran dan ketidakterbukaan merupakan faktor lain yang turut menyuburkan konflik dan menghambat proses negosiasi. Melihat permasalahan dari perspektif yang tunggal atau dari satu sisi saja turut memperkeruh penyelesaian suatu konflik. Keengganan melihat permasalahan secara menyeluruh dengan turut mempertimbangkan perspektif phak lain membuat penyelesaian konflik sulit tercapai.

Keinginan untuk menang sendiri turut menyumbang kegagalan sebuah negosiasi. Tidak memberikan kesempatan pihak lawan untuk memperoleh secara objektif dan adil apa yang menjadi tuntutannya merupakan hambatan terhadap penyelesaian suatu konflik.

Seorang pakar dalam bidang manajemen, perilaku organisasi dan komunikasi – Michael LeBoeuf, Ph.D – mengatakan jika orang hanya ingin mendapatkan apa yang ia inginkan dengan tidak memperdulikan kepentingan apapun dari pihak lain maka situasi ini biasanya akan menghasilkan perang, perceraian, tuntutan hukum, sakit hati, hilangnya pelanggan dan berakhirnya suatu hubungan bisnis. Ia menyebutkan perlunya pendekatan win-win solution, yaitu bekerja dengan pihak lain untuk menemukan solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak.

Michael LeBoeuf, Ph.D, menganjurkan beberapa cara untuk melakukan pendekatan win-win solution dalam rangka menyelesaikan konflik secara konstruktif, sebagai berikut :

  1. Anda harus fokus terhadap tujuan yang ingin anda capai. Anda harus yakin terhadap apa yang akan anda putuskan. Seperti menetapkan keuntungan yang ingin anda raih, mendapatkan harga yang murah dari pemasok atau meluaskan pangsa pasar.
  2. Anda harus bisa mengendalikan emosi dengan cara meredakan emosi dari masalah yang dihadapi. Cobalah berpikir anda sebagai pihak ketiga yang sedang mengamati dua pihak lain yang berkonflik. Jangan terseret emosi dan amatilah masalah tersebut dengan objektif.
  3. Anda harus memahamai betul tugas anda dan lakukan tugas tersebut. Cari tahu apa yang diinginkan pihak lain. Konflik terjadi karena orang memiliki kepentingan lain dan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda. Letakkkan diri anda di posisi yang berbeda. Pahamilah posisi mereka dan coba rasakan jika anda menjadi mereka.
  4. Fokuslah pada masalahnya bukan pada orangnya. Jangan bertindak defensif atau menjadi emosional. Berkomunikasilah dengan cara yang hangat dan tidak mengvonis. Jangan tergesa-gesa menuju solusi, jangan menyela atau menantang, ciptakan posisi interaksi yang positif.
  5. Setelah memahami posisi masing-masing lalukan pertukaran pendapat dan gagasan. Jangan langsung mengevaluasi gagasan atau pendapat orang lain, catat saja dan renungkan. Secara bertahap buat solusi semakin mengerucut, ingat : lakukanlah secara bertahap, tidak melompat dan jangan tergesa-gesa.
  6. Pada saat sampai pada solusi yang memuaskan, sepakati dan terjemahkan kedalam tindakan. Jangan bersikap untuk berupaya mendapatkan semua yang kita inginkan. Berikan secara adil apa yang menjadi bagian pihak lain. Kita harus dapat mempertahankan jalinan hubungan yang harmonis dan ciptakan situasi agar semua pihak yang terlibat perundingan keluar dengan situasi yang nyaman. Jika ada hal-hal prinsip tentang kesepakatan maka hal tersebut perlu dituangkan secara tertulis dan ditandatangani para pihak.

Inti pendekatakan win-win solution adalah adalah adanya sebuah solusi yang memuaskan semua pihak, bukan kemenangan satu pihak, atau kemenangan semu. Semua pihak harus mendapat keuntungan atau kerugian yang proporsional sesuai dengan posisi objektif para pihak yang terlibat.

Menutup tulisan ini layak kutip sebuah pandangan dari pakar manajemen dan pengembangan kepribadian Robert E. Dittmer, yaitu :

“Keputusan mufakat hampir selalu menghasilkan keputusan yang bermutu lebih bagus serta penerimaan dan pelaksanaan kelompok dengan segera.”

Selasa, 01 Maret 2011

PERFORMANCE & HEALTH

Pada tanggal 15-16 Februari 2011 yang lalu penulis berkesempatan mengikuti kegiatan Asia Transformation Leaders' Forum di The Capella Hotel Singapore. Kegiatan ini diikuti oleh para eksekutif perusahaan dari Asia Pasifik dengan fasilitator program oleh Mc Kinsey.

Banyak isu menarik tentang pengelolaan perusahaan khususnya yang berkaitan dengan transformasi dibahas didalam forum ini. Salah satunya adalah kaitan kinerja dengan kesehatan perusahaan (Performance and Health). Perusahaan yang sehat merupakan prasyarat mutlak untuk menghasilkan perusahaan yang berkinerja tinggi. Tidak jauh dengan manusia, manusia dapat berkarya dan berprestasi apabila memiliki kesehatan yang prima baik secara mental maupun fisik.

Sir William Castell, Chairman Wellcome Trust, menyebutkan dengan jelas bagaimana ciri organisasi yang sehat, sebagai berikut :

"Healthy organization get things done quicker, better, and with more impact than unheatlhy ones."

Dalam pemahaman diatas organisasi yang sehat adalah organisasi yang mampu bergerak cepat melebihi yang lainnya, mampu melakukan hal-hal yang lebih baik dibandingkan rata-rata organisasi lainnya dan memberikan dampak yang jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan organisasi yang tidak sehat. Inilah ciri-ciri organisasi yang sehat.

Untuk membangun kesuksesan jangka panjang organisasi haruslah sehat. Kesuksesan jangka panjang dimulai dengan kesuksesan dalam jangkan pendek. Dan ini berarti dalam situasi apapun organisasi haruslah sehat. Jika sedikit mengalami sakit harus segera diobati bahkan sebelum diobati harus ada upaya pencegahan. N.R Narayan Murthy, Chairman and Chief Mentor dari Infoys Technologies menyebutkan "you need to create organizational DNA for long-term success. And that's what enables you to perform in the short-term."

Untuk mendapatkan pemahaman secara lebih jelas ciri-ciri organisasi yang sehat dan mampu memberikan kinerja yang tinggi, dapat dilihat dari 9 ciri-ciri sebagai berikut :

1. Direction
Adanya suatu pemahaman yang jelas kemana organisasi akan menuju dan bagaimana hal ini dipahami oleh seluruh anggota organisasi.

2. Leadership
Adanya kepemimpinan yang mampu menginspirasi orang lain.

3. Culture and Climate
Berbagi keyakinan dan kualitas interaksi yang intens dari berbagai unit yang ada.

4. Accountability
Setiap orang memahami apa yang diharapkan dari diri mereka, memiliki cukup kewenangan dan mengambil tanggung jawab untuk melakukan tindakan.

5. Coordination and Control
Adanya kemampuan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dan resiko serta kemampuan untuk mengantisipasi isu dan menangkap peluang yang muncul.

6. Capability
Tersedianya keahlian dan talenta yang dibutuhkan untuk mengeksekusi strategi dan memunculkan suatu competitive adavantage.

7. Motivation
Adanya antusiasme yang mendorong karyawan untuk bekerja secara maksimal dan menghasilkan kinerja tinggi.

8. External Orientation
Adanya kualitas yang tinggi dalam interkasinya dengan customer, suppliers, mitra dan eksternal stakeholder untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai.

9. Innovation and Learning.
Adanya kualitas dan aliran ide-ide baru serta kapasitas untuk mengadaptasi kemampuan organisasi dalam mengahadapi berbagai perkembangan yang ada.

Sudahkan organisasi kita memilik syarat-syarat kesehatan diatas?